Ig : @ai.sah562
Bismillahirrahmanirrahim
Diana mendapati kenyataan jika suaminya membawa istri barunya di satu atap yang sama. Kehidupannya semakin pelik di saat perlakuan kasar ia dapatkan.
Alasan pun terkuak kenapa suaminya sampai tega menyakitinya. Namun, Diana masih berusaha bertahan berharap suaminya menyadari perasaannya. Hingga dimana ia tak bisa lagi bertahan membuat dirinya meminta.
"TALAK AKU!"
Akankah Diana kembali lagi dengan suaminya di saat keduanya sudah resmi bercerai? Ataukah Diana mendapatkan kebahagiaan baru bersama pria lain?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Arion Alfattah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pergi
"Diana hilang tidak ada di ruang perawatan."
"Apa...!"
Danu dan Papa Fakhri memekik kaget mendapatkan kabar buruk dari pria yang telah menjadi wali hakim dalam menikahkan Diana dan Danu.
Mama Karin mengeraskan suara handphone nya. "Pak Rio, apa kau yakin Diana hilang tidak ada di ruangan?" tanya Karin memastikan kembali kabar tersebut.
"Saya serius, Diana beneran tidak ada di ruangannya. Saya baru sampai rumah sakit ingin menengok dia tetapi saat saya masuk ruangan tersebut, sudah kosong tidak ada jejak Diana di manapun, di toilet bahkan di mana-mana tidak ada," papar Rio panik.
Danu merebut handphone Mamanya. "Halo om, Om jangan bercanda, ini tidak lucu. Dimana Diana sekarang ini, Om? Tolong jangan sembunyikan dia dari saya, Om." Danu berharap ini hanyalah sebuah prank saja. Dia sungguh tidak ingin kehilangan Diana.
Rasa sesal dan kesadaran akan cinta yang ia sadari sekarang membuatnya ingin kembali memperjuangkan Diana tak peduli apapun. Meski Diana membencinya, dia akan berjuang mendapatkan kembali hati serta cinta Diana untuknya.
Rasa khawatir bergejolak di dada membayangkan jika Diana beneran meninggalkannya. Ketakutan itu begitu besar, ketakutan itu sungguh membuat Danu khawatir dengan gejolak rasa yang sangat luar biasa sesaknya.
"Kau pikir dalam keadaan genting seperti ini saya masih bisa melucu? saya masih bisa bercanda? saya tidak mungkin menelpon kalian jika situasinya tidak seperti ini. Dan ini semua berawal dari dirimu sendiri. kalau sampai saya tidak bisa menemukan Diana maka saya tidak akan segan-segan membunuhmu," sentak Rio di balik sebrang telpon memarahi Danu.
Seandainya Danu ada di hadapan pria itu, mungkin saja saat ini dia sudah kembali di hajar oleh Rio.
Tubuh Danu kembali melemas tak berdaya, tangan yang memegang ponselnya gemetar. "Pah, putar balik!" ujar Danu ingin kembali ke rumah sakit untuk memastikan sendiri kabar ini.
Tanpa banyak berkata dan tanpa basa-basi, Fakhri langsung mencari jalan memutar balik kendaraan yang ia kemudikan.
"Kenapa bisa begini, sih?" ujar Karin panik.
"Kau dengar, Zio. Hal bodoh yang kau lakukan membuat Diana seperti ini. Asal kau tahu Papa begitu senang mengetahui kamu menikahi Diana dan berjanji akan menjaga gadis itu. Papa memiliki rasa bersalah sangat dalam kepada keluarganya yang sudah menyebabkan dia kehilangan Ibu sekaligus kembarannya secara bersamaan."
Deg...
Danu terdiam bagaikan orang linglung, tanpa berkata lagi, Danu menunduk mengusap wajahnya terlihat gusar dan kacau.
Setelah beberapa menit di perjalanan, mereka sampai di rumah sakit. Tanpa menunggu lama lagi dan segera berlari menyusuri koridor Rumah sakit menuju tempat ruangan di mana Diana dirawat. Disusul oleh Fahri dan tari di belakangnya.
Setibanya di sana, dia sudah melihat Papanya Rio sedang mondar-mandir menelpon seseorang entah siapa yang ditelepon namun dia terlihat sangat besar penuh kekhawatiran.
"Om..." langkah Danu memelan, dia menatap sayu pria yang berada di hadapannya. Pria baik yang sudah berkenan menikahkan dirinya dengan Diana, yang sudah mempercayakan Diana kepada dirinya, dan sudah menjadi sosok pengganti ayahnya yang sudah tiada.
"Ini semua gara-gara kau, seandainya kau tidak melakukan ini, Diana tidak mungkin pergi," geramnya Rio membuat Danu diam tak menjawab. Dia menyadari semuanya berawal dari dia.
"Rio, mengapa bisa Diana pergi?" seru Fakhri sedikit berlari menghampirinya.
"Saya tidak tahu, saya juga baru sampai ke sini setelah mengantarkan Cici kuliah. Saya pikir dia ada tapi ternyata kosong melompong. Saya hanya menemukan kertas ini di atas kasur nya," ujar Papa Rio menunjukan secarik kertas berwarna putih bertuliskan tinta hitam.
Mereka semua memandangi kertas tersebut. Dengan tangan gemetar, Danu menerima kertas yang masih terlihat rapi. Perlahan ia membuka lipatan tersebut.
Deg...
Suatu hari aku pernah membiarkan jiwaku tenggelam dalam cinta. Ku berharap malam kelam ku bisa berganti dengan cahaya hingga mampu menghilangkan sepiku atas kehilangan keluargaku.
Saat kamu datang menawarkan sebuah keindahan sampai membuatku terlena dan lupa diri. Aku pun semakin menyandarkan kehidupanku padamu. Berharap kamulah pelabuhan terakhirku menghilangkan segenap gelisah dan resah hingga satu nama terpatri di dalam hati.
Namun, semuanya sirna, harapanku tidak sesuai dengan kenyataan. Kamu membawaku terbang tinggi ke angkasa tapi kamu juga yang menghempaskannya hingga ke jurang terdalam penuh luka.
Kenapa mudah bagimu menggugurkan segala rasa yang pernah tercipta antara kita? Kamu menggantikannya dengan luka dan kecewa.
Kamu bagaikan langit yang selalu kupandangi agar ku selalu mendongakkan kepalaku untuk menghormatimu dan melihatmu seorang.
Namun, aku salah, kamu menghianatiku dengan segala perbuatanmu. Duniaku runtuh, aku kehilangan tujuan hidupku, jika kepergianku adalah bagian dari kebahagiaanmu, maka aku akan pergi.
Hujan telah reda, tugasku untuk memayungimu telah usai. Sekarang nikmati pelangimu bersama dia wanita yang kamu cintai. Selamat tinggal, maaf jika kehadiranku membunuh adikmu. Aku pergi, ku tunggu surat perceraian kita. Jangan cari aku.
Tes...
Tetes air mata membasahi sederet tulisan tersebut. Seperkian detik dia mematung dengan jantung berdetak kencang. Luruhlah sudah pertahanan tubuhnya terduduk dengan lutut menyentuh lantai.
Usai sudah, Diana nya pergi. Wanita yang mulai merasuk kedalam hatinya kini telah pergi meninggalkan sejuta kenangan dan penyesalan mendalam.
Ia menggenggam erat kertas di tangannya. Menggelengkan kepala menolak ini semua.
"Tidak... Diana tidak boleh pergi dariku, dia istriku, dia istriku." Danu bangkit kembali dengan jiwa yang kosong, matanya mencari sekeliling tempat berharap menemukan Diana.
"Diana, kamu dimana, Dee? Jangan tinggalkan aku, Dee. Aku minta maaf." Danu kelimpungan berlarian kesana-kemari mencari Diana.
Karin menunduk terisak kecil dalam dekapan Fakhri saat melihat putranya terluka. Hatinya sakit tersayat perih.
Fakhri mendongak mengerjapkan mata berharap air matanya tidak menetes. "Maafkan, Papa. Papa tidak ingin membuat Diana jauh tersakiti lagi olehmu. Mungkin, dengan kehilangan dia dalam hidupmu kau mampu menghargai setiap pasanganmu. Jika kalian berjodoh, Allah pasti akan menyatukan kembali kalian dengan caranya," batin Fakhri. Rio menepuk-nepuk pundak Fahri.
"Terkadang, kehilangan adalah cara terbaik untuk menyadarkan seseorang jika orang tersebut sangatlah berharga."
Danu, pria itu masih belum menyerah. Dia masih terus mencari Diana sampai keluar rumah sakit berharap wanitanya tidaklah pergi jauh.
Tak memperdulikan tatapan orang lain yang melihatnya aneh dengan wajah kacau serta tangis air mata, tak peduli dengan orang-orang yang menegurnya karena berlarian menabrak orang. Yang ada di benaknya ingin menari Diana.
"Diana... Kamu jangan seperti ini, Dee. Ku mohon kembalilah." Danu berteriak memanggil Diana sampai ke depan jalan rumah sakit.
Kepalanya kelimpungan dengan tangan memegangi kepala. Rasa sakit ini sangatlah menyiksanya. Dia tidak sanggup jika harus kehilangan lagi. Kehilangan adik, anak, dan sekarang harus kehilangan wanita yang ternyata ia cintai meski terlambat menyadari.
"Aaakkhhh.... Diana...."