" Dia tidak mencintaimu, dia mencintaiku. Dia tidak ingin menikahi mu, akulah satu-satunya wanita yang ingin dia cintai. Kami saling mencintai, tapi karena beberapa hal kami belum bisa mewujudkan mimpi kami, berhentilah untuk menolak percaya, kami sungguh saling mencintai hingga nafas kami berdua amat sesak saat kami tidak bisa bersama meski kami berada di ruang yang sama. " Begitulah barusan kalimat yang keluar dari bibir indah wanita cantik berusia tiga puluh tahun itu. Tatapan matanya nampak begitu sendu dan ya tega mengatakan apa yang baru saja dia katakan. Rasanya ingin marah Ana mendengarnya, tapi bisa apa dia karena nyatanya memang begitu.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon dewi wahyuningsih, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 21
" Dia tidak mencintaimu, dia mencintaiku. Dia tidak ingin menikahi mu, akulah satu-satunya wanita yang ingin dia cintai. Kami saling mencintai, tapi karena beberapa hal kami belum bisa mewujudkan mimpi kami, berhentilah untuk menolak percaya, kami sungguh saling mencintai hingga nafas kami berdua amat sesak saat kami tidak bisa bersama meski kami berada di ruang yang sama. " Begitulah barusan kalimat yang keluar dari bibir indah wanita cantik berusia tiga puluh tahun itu. Tatapan matanya nampak begitu sendu dan ya tega mengatakan apa yang baru saja dia katakan. Rasanya ingin marah Ana mendengarnya, tapi bisa apa dia karena nyatanya memang begitu.
Ana menaikkan tatapan matanya, dia menatap berani kedua bola mata Soraya. Kedua bola mata berwarna coklat itu duku begitu ia kagumi, dia mengagumi tatapan penuh kasih dari kedua bola mata Soraya. Cara wanita itu tersenyum, mengulurkan tangan dan berkata, tidak apa-apa, sekarang ada aku yang akan menjadi Ibumu. Lihat, kau dan aku sekarang adalah Ibu dan anak, kita bisa bahagia bersama bukan? Haha...... Betapa lolosnya Ana saat itu hingga mengingatnya dia ingin sekali menertawakan kebodohannya. Wanita yang memiliki sifat lemah lembut, perhatian, juga penyayang itu nyatanya tak mencintainya sepenuh hati. Dia menyayangi karena merasa itu adalah kewajibannya sebagai orang yah berhutang banyak kebaikan. Andai saja dia dan Ayahnya bisa lebih sensitif membedakan antara tulus dan tidaknya apa yang dilakukan Soraya, mungkin semua akan baik-baik saja meksi tanpa Ibu tiri, tanpa seorang istri dari Ayahnya.
" Dia mencintaimu, di bilang ingin menikahi mu, dia menjanjikan banyak hal padamu, dia bilang kau adalah impiannya, nyatanya akulah yang dia nikahi, akulah yang mendapatkan semua yang dia janjikan untukmu, aku lah yang harus dia pikirkan mulai sekarang. " Ucap Ana dengan tatapan yang sama sekali belum pernah Soraya lihat sebelumnya. Dingin, angkuh, arogan, keyakinan, juga kelicikan, semua itu tergambar jelas melalui sepasang bola mata berwarna hitam milik Ana. Di usianya yang baru saja sembilan belas tahun dia mampu menunjukan ekspresi semacam itu, Soraya benar-benar sangat tertekan karenanya. Adik bungsunya berusia dua puluh satu tahun, tali dia sangat polos dan mudah sekali di bodohi, dia pikir Ana sama dengan adiknya, tapi kali ini Ana menjelaskan dirinya bahwa dia adalah gadis yang tidak bisa di anggap mudah di hadapi.
" Kau tahu? Sekarang, entah nanti, kau tidak akan bisa berada di posisiku. " Ana kembali tersenyum miring, dai tatapannya Soraya bisa merasakan betapa menakutkannya Ana sekarang ini. Apalagi Ana sama sekali tak memanggilnya Ibu seperti biasanya, dan entah mengapa itu membuat dada Soraya sesak.
Soraya mencengkram sprei yang membungkus ranjang tidur. Sebenarnya dia mengatakan semua itu karena marah melihat banyaknya tanda merah di tubuh Ana, padahal niatnya adalah melihat keadaan Ana, dan menjelaskan dengan beberapa alasan tentang apa yang terjadi semalam. Dia yang begitu kecewa dan marah pada akhirnya melontarkan ucapan yang seharusnya tidak dia ucapkan sama sekali.
Ana tersenyum tipis melihat tatapan Soraya yang begitu tak terima melihat tanda merah di tubuhnya. Sekarang pasti hati Soraya sedang kacau kan? Wanita itu pasti sedang merasakan kemarahan yang mungkin saja akan semakin menggoyahkan keyakinannya terhadap Jordan.
" Ana, pria itu kadang-kadang suka kehilangan kendali atas tubuhnya, jadi jangan salah paham, dan maafkan jika Jordan melampaui batasan. "
Ana terkekeh mendengar kalimat itu. Entah apakah Soraya menganggapnya begitu polos dan naif, ataukah dia menganggap bahwa Ana adalah anak bodoh yang bisa di bodohi kapak saja dia mau sampai menanyakan hal-hal yang bahkan orang tidak memiliki otak pun akan tercengang mendengarnya.
" Batasan? Sebenarnya batasan seperti apa yang kau maksud? Kehilangan kendali? Maksudnya apa? "
" Ana, Jordan selama ini hanya melakukan kontak fisik denganku. Jika pada akhirnya menyentuhmu maka aku yakin dia sedang kehilangan kendali atas tubuh dan akalnya. Dia pasti sedang menganggap mu sebagai aku. Aku juga tahu kau hanya pura-pura hamil saja kan? "
Ana mengembuskan nafas untuk mengusir emosinya yang hampir saja terpancing.
" Kontak fisik? Sayangnya ini bukan yang pertama kali kita lakukan. Jika keheranan melihat begitu banyak tanda cinta ini di tubuhku, maka aku minta maaf kalau mengganggu penglihatan mu. Tapi, aku yakin Jordan tidak pernah meninggalkan jejak seperti ini saat bersamamu. Ah iya, aku rasa Jordan tidak pernah segila itu hingga membayangkan aku sebagai dirimu saat kami melakukannya, karena aku mendengar dengan jelas Jordan terus memanggil namaku. Masalah aku berbohong hamil, itu Ibunya Jordan loh yang meminta ku melakukannya, soalnya dia hanya ingin aku sebagai menantunya. " Ana tersenyum dengan begitu manis menunjukkan dengan jelas kepada Soraya jika dia tidak boleh memimpikan posisinya, setidaknya sampai Ayahnya sendiri yang tidak lagi menginginkan Soraya terus berada di sampingnya.
Soraya, dia terdiam menahan diri yang sudah begitu tertekan dan ingin menangis. Sebenarnya dia benar-benar tidak tahan dengan semua kalimat yang keluar dari bibir Ana, tapi dia juga tidak boleh menunjukkan kepada Ana bahwa dia tidak mempercayai Jordan karena dia yakin benar Ana akan senang jika dia menunjukkan secara jelas betapa hatinya sangat kacau sekarang ini.
" Ana, aku sungguh menyayangimu. Aku mengatakan ini bukan semata-mata karena mencintai Jordan, tapi karena aku tidak ingin kau terluka dan menjadi korban dalam hubungan rumit ini. Aku tahu aku bukan contoh yang baik, tapi aku ingin yang terbaik untukmu, kau gadis baik, kau pantas mendapatkan pria yang lebih baik dari pada Jordan. "
Ana menatap Soraya dengan tatapan heran.
" Kau sudah tahu Jordan bukan pria yang baik, tapi kau tetap ingin menjalin hubungan terlarang dengannya. Kau pasti tahu Ayahku adalah pria yang baik kan? Tapi kau tetap memilih dan meletakkan hatimu di tempat lain. Kau ini sedang menceramahi ku tapi kau tidak lihat bagaimana dirimu? "
" Aku tahu, aku sangat tahu Ayahmu begitu baik, maka dari itu aku merasa tidak bisa mencintainya karena dia amat sangat baik dan membuatku tidak lantas untuknya. "
Ana menggeleng heran.
" Alasan bodoh macam apa itu? Kau berselingkuh karena merasa tidak pantas bersanding dengan Ayahku yang amat baik, lalu kau memilih pria brengsek dan kau mencintainya dengan sangat, kau merasa bajingan kah sampai kau begitu cocok dengan pria bajingan pula? "
Soraya mengepalkan tangan menahan hatinya yang begitu sakit, juga kemarahannya yang hampir tak tertahankan.
" Intinya, aku adalah wanita yang dinginkan Jordan. Aku adalah wanita yang bisa membahagiakan dia, aku satu-satunya wanita yang dia sentuh dengan perasaan cinta. Jadi aku yakin kami akan bersama suatu hari nanti meski jalanya sulit. "
Ana tersenyum.
" Kau boleh saja disentuh sebanyak apa oleh Jordan, kau boleh saja mengatakan jika kau dicintai oleh Jordan, tapi yang berhasil menjadi istrinya adalah aku. Jadi sekarang aku merasa kasihan padamu, sudah sering ditiduri olehnya, tapi tidak dinikahi. "
Bersambung.
..maaf Thor AQ tinggal dulu ya sebenarnya suka tp masih kurang greget