Pertanyaan “Kapan nikah?” pasti sering muncul ketika bertemu dengan keluarga besar atau teman lama, salah satunya pada momen kumpul keluarga atau reuni sekolah.
Pertanyaan ini sering menjadi m0mok bagi sebagian orang terutama kaum hawa. Dapat memicu munculnya rasa cemas dan stres dalam lingkungan sosial atau pergaulan. Tak terkecuali bagi seorang wanita berusia tiga puluh tahun bernama Yumna Salsabila.
Terlebih ibunya menuntut Yumna untuk segera menikah. Dikarenakan Salwa, adik Yumna, juga berencana menikah dengan kekasihnya.
Hidup Yumna mendadak jungkir balik saat kedatangan mantan playboy kelas kakap bukan kelas bulu, bernama Alden Pratama Bentley. Lelaki blasteran yang satu ini telah jatuh hati pada Yumna sejak pertama kali mereka berjumpa. Sementara Yumna belum bisa dengan cepat naik pelaminan bersama Alden karena ada bias di masa lalu yang ia pendam.
Bagaimana jungkir balik cinta Yumna ? Simak kisah mereka💋
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Safira, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 18 - Menikah Tanpa Restu (Masa Lalu~Part 1)
33 tahun silam, Bandung.
Sepasang pengantin muda bernama Bagas Kuncoro (29 tahun) baru saja resmi menikah di KUA setempat secara sederhana dengan pujaan hatinya bernama Yulia Pramesti (19 tahun).
Keduanya menikah di KUA dihadiri oleh Ratih, kakak kandung Yulia. Ratih membawa Pak RT sebagai saksi nikah dari pihak mempelai wanita. Sedangkan Bagas juga menghadirkan pamannya sebagai saksi nikah dari pihaknya.
Bagas dan Yulia menikah tanpa restu dari kedua orang tua masing-masing. Kebetulan Bagas dan Yulia adalah sama-sama anak yatim karena ayah mereka sudah meninggal dunia. Hanya ada ibu kandung yang masih hidup.
Bu Titik adalah ibu kandung Ratih dan Yulia. Ia dengan tegas tidak akan merestui Yulia untuk menikah dengan Bagas, sebelum Ratih menikah terlebih dahulu.
"Bagus kalian menikah tanpa restuku. Dasar anak dur_haka!" maki Bu Titik saat Bagas dan Yulia baru saja pulang ke rumah setelah urusan di KUA selesai. Ratih berjalan di belakang, mengekori sepasang pengantin baru tersebut.
"Maafkan kami, Bu. Kami saling mencintai. Aku mempercepat menikahi Yulia karena tak ingin berlama-lama pacaran. Takutnya kami terjerumus dalam dosa zi_na. Ibuku juga mendesak ingin menjodohkanku dengan wanita lain. Aku tak mau. Hanya Yulia yang aku cintai," tutur Bagas.
"Apa yang kalian lakukan sekarang ini, sudah menutup jodoh untuk Ratih. Dia itu kakak kandungmu, Yul. Teganya kamu melangkahi kakakmu yang selama ini banting tulang sekolahin kamu sampai lulus SMA. Kamu mau Ratih jadi pera_wan tua seumur hidupnya, hah!" bentak Bu Titik.
"Maafkan aku, Bu. Enggak seperti itu. Aku sayang Mbak Ratih, tapi aku juga cinta Mas Bagas. Hiks...hiks...hiks..." Yulia pun menangis pilu sampai-sampai rela berlutut di kaki ibunya. Ia tulus meminta maaf dan berharap mendapat restu.
"Sepeninggal bapak, harta apa yang ibu dapat? Enggak ada, Yul. Yang ada utang menumpuk karena buat biaya berobat bapak sampai dia meninggal," ucap Bu Titik. "Siapa yang melunasi itu semua? Ratih, kakak kandungmu sendiri. Sampai-sampai dia enggak mikirin kehidupannya untuk cari suami. Semua fokusnya hanya buat ibu dan kamu. Lalu, ini balasan kamu, Yul !!"
"Maaf, Bu. Saya sebagai suami Yulia saat ini akan berusaha membantu ekonomi keluarga di sini. Jika nanti banyak proyek yang saya kerjakan, bisa untuk mengganti uang Mbak Ratih yang dahulu dipakai melunasi utang-utang bapak tadi."
"Kamu pikir dengan uang gajimu sebagai mandor proyek bisa membeli jodoh buat Ratih! Aku enggak butuh uangmu!" pekik Bu Titik seraya menatap tajam Bagas.
"Sudah, Bu. Enggak baik marah-marah terus. Enggak enak didenger tetangga. Pernikahan mereka juga sudah terjadi. Benar yang dikatakan Bagas. Mereka menikah untuk kebaikan. Daripada lama-lama pacaran nanti zi_na, malah ibu lebih malu." Ratih berusaha meredam kemarahan ibunya terhadap sang adik.
Ratih berada di pihak tengah alias netral. Walaupun dalam hatinya tak dapat dipungkiri jika ada setitik rasa iri terhadap Yulia karena sang adik dengan mudah mendapatkan kekasih hati yang langsung serius meminangnya.
Tidak seperti dirinya yang hingga usianya sudah menginjak 26 tahun, masih juga tidak pernah punya pacar. Teman laki-laki saja tidak ada. Apalagi soal calon suami atau jodoh. Rasanya jauh dari angan hingga menipiskan hati seorang Ratih.
Secara fisik memang Yulia lebih cantik daripada Ratih. Yulia juga dikenal sebagai orang yang supel dan mudah bergaul. Sehingga Yulia lebih punya banyak teman daripada Ratih. Banyak laki-laki yang menginginkan Yulia menjadi pacar atau calon istri. Namun Bagas lah pemenang di hati Yulia.
Dalam keluarga Bu Titik, menganut pemahaman pamali seorang adik melangkahi kakaknya untuk menikah duluan. Khawatir sang kakak s3ret jodohnya. Bahkan k0non katanya bisa-bisa tidak dapat jodoh seumur hidupnya alias pera_wan tua. Bu Titik menyuruh Yulia menunda pernikahan dengan Bagas sampai ada jodoh untuk Ratih.
Namun jodoh, maut dan rezeki bukan manusia yang mengaturnya melainkan Tuhan. Bagas dan Yulia sudah menunggu satu tahun sejak Yulia lulus SMA. Akan tetapi, jodoh untuk Ratih belum terlihat hilalnya.
Akhirnya pernikahan Bagas dan Yulia pun terpaksa dilakukan di saat Ratih belum mendapatkan jodoh. Itulah akhirnya yang membuat Bu Titik mur_ka.
"Pergi kalian berdua dari rumahku detik ini juga !! Aku ha_ramkan kalian menginjakkan kaki lagi di sini. Walaupun nantinya kalian mendengar kabar kematianku sekalipun!" usir Bu Titik pada Bagas dan Yulia.
Keduanya tak pantang menyerah dan berusaha meminta maaf pada Bu Titik hingga Yulia menangis tersedu-sedu di kaki ibunya. Namun Bu Titik tetap bergeming pada keputusannya.
Bahkan ia menendang Yulia agar melepaskan kakinya. Lalu Bu Titik pun pergi meninggalkan area ruang tamu dan memilih untuk masuk ke dalam kamarnya.
BRAKK !!
Pintu kamar Bu Titik banting dengan kencang untuk menumpahkan rasa kekesalan sekaligus kekecewaannya pada Bagas dan Yulia. Ratih pun sebenarnya tak tega melihat adiknya bersedih seperti ini. Terlebih hari ini adalah hari bahagia Yulia.
Ratih memutuskan berjalan mendekati sang adik yang masih terduduk di lantai ruang tamu seraya menangis tersedu-sedu. Bagas berusaha menenangkan Yulia yang sedang bersedih hati.
"Bagunlah, Yul. Sudahlah, jangan terus bersedih. Jangan dengerin omongan ibu yang lagi emosi. Nanti kalau kondisinya sudah membaik, Mbak akan kabari kamu. Nah, baru kalian datang lagi kemari untuk meminta restu pada ibu."
Yulia pun akhirnya bangkit dibantu oleh Bagas.
"Makasih banyak ya, Mbak. Maafin aku," ucap Yulia tulus seraya memeluk erat tubuh sang kakak.
"Iya, enggak apa-apa. Mbah Ratih paham keadaan kalian. Semoga di mana pun kalian berada, tetap sehat dan tak kurang suatu apapun." Ratih balas memeluk tubuh adiknya itu.
"Aamiin..." jawab Bagas dan Yulia bersamaan.
Bagas dan Yulia pun terpaksa pergi dari sana. Di hari yang sama, keduanya bertolak dari Bandung menuju Surabaya, tepatnya ke rumah orang tua Bagas. Mereka naik mode transportasi kereta api dari Stasiun Bandung ke Stasiun Gubeng, Surabaya.
☘️☘️
Setibanya di kediaman ibu kandung Bagas yang bernama Mama Anik, sepasang pengantin baru itu pun bukan mendapat pelukan hangat dan ucapan selamat melainkan tatapan sinis dari sang empunya rumah terutama tertuju pada Yulia.
Dikarenakan Mama Anik tak setuju jika putra semata wayangnya itu menikah dengan Yulia yang berasal dari keluarga dengan level ekonomi di bawahnya. Ia ingin Bagas menikah dengan wanita yang level ekonominya setara atau lebih tinggi dari keluarganya.
Bahkan ia sudah merencanakan perjodohan Bagas dengan Mawar, putri dari teman dekatnya sendiri. Namun sayang perjodohan itu pun batal karena Bagas lebih memilih menikah dengan Yulia daripada Mawar.
"Jadi, ini wanita miskin yang sudah membuatmu jadi anak durha_ka ke Mama." Sindir ibu kandung Bagas.
"Ma, aku mohon jangan begitu pada Yulia. Dia sekarang sudah resmi jadi istriku sekaligus menantu Mama," jawab Bagas dengan lembut. Ia berusaha tidak ikut emosi karena di depannya saat ini adalah ibu kandungnya sendiri.
"Dengan menikahimu, memangnya apa yang bisa ia beri untuk keluarga kita? Kelebihan dia apa?" pancing Mama Anik seraya menatap Yulia dengan tatapan tak suka.
Bersambung...
🍁🍁🍁