Apa jadinya jika suami yang kita banggakan akan kesetiaanya nyatanya telah memiliki anak bersama wanita lain. Bian Mahardika seorang pengusaha kaya raya yang memiliki istri cantik muslimah bernama Nayla Saraswati seorang anak dari panti asuhan yang ditelantarkan oleh kedua orangtuanya. Dua tahun pernikahannya belum juga mendapatkan buah hati, hingga Nayla pun yakin bahwa Bian adalah pria setia dan penyabar. Cinta Nayla dan keyakinannya harus terpatahkan oleh fakta bahwa suami yang ia banggakan ternyata telah memiliki anak bersama wanita lain. Hingga pernikahan diam diam yang Bian Lakukan pun terungkap. Akan kah Nayla terus bertahan dengan pernihakan yang sudah didasari dengan ketidak jujuran. Ataukah ia mundur dan memulai hidup baru bersama cinta sejatinya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sari Nurdiyanti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pertarungan Hebat
Wajahku yang tampan rupawan harus terkena air liur dari wanita durjana dihadapanku. Tak ada kata maaf yang keluar darinya hanya tawa keras yang terucap dari mulut manisnya.
"Sungguh terlalu" ucapku seraya mengelap wajah.
"Maafkan aku Rhoma, aku tak sengaja. Aku tadi... "
"Cukup Ani! kau itu jahat sekali padaku. Dengan teganya kau menyemburkan air liurmu yang sangat mematikan itu padaku. Kau tahu, kau itu sangat beracun. Racunmu akan membuatku lemah kemudian mati dalam cintamu Ani. Tega nya, teganya, teganya"
Tawa renyah keluar dari mulut Nayla, tak dihiraukannya kata kataku yang sejujurnya menyatakan perasaan saat ini. Untung saja dia menyangka bahwa saat ini aku tengah menggodanya dengan guyonanku.
Pukul 06.00 pagi, saatnya aku membereskan semua barang barang milik Algi disini. Susu formula, dot dan beberapa helai pakaian kini kurapihkan bersama Nayla dan memasukannya kedalam tas besar yang disimpan Clara dipojok ruangan.
Kupandang wajah gadis didepanku. Sungguh indah cipatanmu ini Ya Allah. Kuatnya hati seorang Nayla Saraswati dalam menghadapi ujian pernikahnnya yang membuat ia tak putus asa dan tak memilih jalan yang salah.
Dukungan akan selalu aku berikan pada wanita didepanku ini. Janjiku pada Arumi, takan pernah diingkari. Kebahagiaan Nayla adalah tanggung jawabku saat ini. Akan aku perjuangkan semua keadilan untuknya dirumah Atmaja nanti. Takan pernah aku biarkan setetespun air mata keluar darinya lagi.
"Nay nanti kamu mau ikut ke makam Arumi gak? " tanyaku pada Nayla.
Terlihat binar dimatanya yang menandakan bahwa ia sangat ingin pergi ke makam sahabatnya itu.
"Aku ikut mas, udah lama juga aku gak pergi menemui Arumi. Kita beli banyak bunga buat dia, dan jangan lupa kita mengaji disana" jawabnya.
Senyum terukir diwajahku. Sungguh bahagia sekali, sekarang aku dapat memiliki teman spesial seperti Nayla. Walaupun dia sangat menyebalkan tapi aku sangat senang jika berada disisinya.
"Ah iya mas, jangan lupa nanti ajak Ibu Aisyah sekalian. Kemarin kita berbohong pada orang dirumah bahwa pergi kemakam Arumi, padahalkan kita menemui Hamdi untuk mengecek rekaman cctv. Sekarang kita harus benar benar pergi menuju makam Arumi dan mengajak ibu agar kebohongan yang kita lakukan kemarin bisa terwujudkan" Sambungnya.
Kuanggukan kepala dan terus memasukan barang barang Algi kedalam tas. Kuambil minyak telon didalam tas milik Algi. Dan kubalurkan keseluruh tengkuk leher karna merasa sedikit pusing.
"Mas tak papa?" tanya Nayla padaku.
"Aku tak papa Nay, mungkin karna kecapean aja jadinya sedikit pusing"
Tanpa menungu waktu lama, kini Nayla beranjak bangkit dan pergi entah kemana. Selang beberapa menit, kini dia menjingjing sebuah kantong keresek dengan benda yang kuperkirakan itu kerupuk menyembul didalamnya.
"Nay dari mana ?" ucapku pada Nayla yang kini tengah membuka bungkusan dihadapanku.
"Ini mas, tadi aku beli bubur didepan. Sekarang mas makan dulu, supaya pusingnya sedikit reda"
Dikeluarkannya 2cap besar berisi bubur yang masih mengeluarkan asap dan ditaburkannya kerupuk berwarna putih.
"Makasih Nay" dengan tangan yang mulai mengambil bungkusan didepanku, kini kuaduk semua toping dalam bubur menjadi satu.
Kulihat Nayla tengah melotot kearahku. Dan tak lama, diambilnya kerupuk dalam kresek hitam lalu menyimpannya diatas sofa. Aku dan Nayla sengaja duduk diatas ubin yang dingin agar lebih leluasa untuk duduk. Hingga saat aku ingin meminta kerupuk darinya, dia malah menyeringai seperti singa.
"Nay minta kerupuknya" ucapku pada Nayla dengan tangan menengadah.
"Udah dikasih masih minta lagi" jawabnya dengan kesal.
Tanpa menunggu persetujuan darinya, kini aku bangkit dan mengambil kerupuk disampingnya.
Terlihat perlawanan dari Nayla untuk mempertahankan semua harta karun yang ia miliki saat ini.
Kini kami saling berebut kerupuk didalam kantung keresek berwarna hitam. Persaingan kami yang sangat sengit membuatku tak hilang akal. Kutarik kerudungnya sedikit dan mengambil keresek ditangannya. Tanpa menunggu waktu yang lama kini aku bisa mendapatkan sekantong penuh kerupuk dari tangan Nayla yang sangat pelit.
" Kau itu sangat pelit Nay" kukunyah beberapa kerupuk hingga membuat mulutku penuh. Terlihat tatapan tajam dari arah mata Nayla yang saat ini tengah diam mematung mengahadapku.
"Kau itu tak tahu diri mas! Udah dikasih masih saja merebut hak orang lain" ucapnya ketus.
Hingga akhirnya aku mengalah dan menyodorkan keresek berisi kerupuk yang hanya tinggal setengahnya saja.
Bibirnya yang kini ditekuk seraya mengunyah beberapa kerupuk yang tersisa, membuatku sangat gemas melihatnya.
Tak ada obrolan diantara kami, hanya ada pandangan yang tajam muncul dimata Nayla padaku. Kami saling pandang dengan tangan yang menyendok sesuap demi sesuap bubur kedalam mulut masing masing. Kupelototi Nayla dengan gemas dan dia balik menatapku dengan penuh kekesalan.
Dan saat dia ingin menyendokan sesuap lagi bubur ditangannya, karna mungkin ia tak fokus akhirnya malah menusukan sesendok penuh bubur kearah hidungnya sendiri. Lubang hidung yang besar membuat bubur menyangkut dilubang hidungnya sendiri.
Gelak tawa tak bisa kuhindari, terlihat kini hidungnya yang mengembang penuh dengan bubur didalamnya.
"Mulutmu dimana Nay?" tanyaku mengejek.
Bangkitnya seekor singa dihadapanku dengan cakar sendok ditangannya membuat nyaliku sedikit menciut. Tak ada kata yang keluar dari bibirnya yang datar, dan tak ada ucapan kekesalan darinya membuatku bertanya apakah Nayla kesurupan?.
Tanpa menunggu lama kini dia menarik rambutku dan mulai menjambaknya dengan sangat keras.
"Ampun Nay, ampun. Sakit Nay" teriakku.
Tak dihiraukannya kesakitan yang aku alami. Jambakan tangannya diatas kepalaku semakin menguat. Fix Nayla kesurupan jin penunggu rumah sakit.
Kuatur nafas dan mulai memegang tangannya, kemudian membalikan tubuh seraya tangan menahan dipucuk kepalanya.
"Sareng saha ieu ? anjeun saha?" ucapku dengan mulut yang terus melafalkan doa doa sebisaku.
"Aing maung" jawab Nayla dengan keras.
Ternyata benar, Nayla kerasukan harimau betina.
"Nay sadar Nay. Aku minta maaf Nay"
Tak ada jawaban darinya hanya auman yang terucap.
"Nanti aku ganti kerupuknya ya Nay, sekarang kamu sadar ya " bujukku pada Nayla dengan tangan tetap menahan kepalanya karna takut mengingit.
"Kau mau menggantinya berapa banyak hah?!" jawabnya lagi.
Kupikirkan jumlah yang tepat agar Nayla segera berhenti menakutiku dengan aktingnya yang berpura pura kerasukan. Jika dipikir pikir, hanya masalah kerupuk saja, bisa membuatku terkena masalah sebesar ini. Ya Allah terbuat dari apa wanita tua ini.
"Aku akan menggantinya dengan sekarung penuh Nay, aku janji!"
Detik kemudian Nayla berdiri tegak dan mengulurkan tangannya kepadaku.
"Deal!"
Kupandangi wajah gadis aneh didepanku. Hanya karna sekantong keresek kerupuk, dia tega teganya memerasku.
"Nay kau itu gila atau apa?" tanyaku memastikan.
"Aku tak gila wahai bujang lapuk yang tampan" jawabnya dengan santai.
Wanita aneh dihadapanku kini hanya bisa berdiri ditepi ranjang Algi dan mulai menggendong tubuh kecil itu. Setelah perdebatan dan persaingan yang amat melelahkan hanya karna seonggok kerupuk. Kini dengan santainya, ia menggendong Algi seperti tidak ada pertarungan diantara kami.
Mungkin nanti jika nanti kami pulang dari makam Arumi, akan kuajak dia pergi menuju kiyai terdekat untuk meruqiah Nayla dari segala khodam yang ia miliki. Karna tak menutup kemungkinan bahwa dia memiliki khodam berupa singa betina atau nenek lampir didalam tubuhnya.
Kuikuti langkah kaki Nayla yang sedang berjalan mondar mandir menggendong Algi dipangkuannya. Diajaknya mengobrol dan bercanda malaikat kecil bernama Algi itu. Tak ada rasa benci yang diperlihat Nayla untuk Algi. Hanya kasih sayang tulus yang ia curahkan pada bayi mungil didalam dekapannya.
"Uhh sayangnya tante ganteng banget. Masih harum pula ummm" diciumnya seluruh tubuh Algi, membuatnya menggelinjang karna geli.
Algi tertawa riang didalam pangkuan Nayla. Kucium pucuk kepala Algi dan mengendus bau khas bayi yang menyeruak dari tubuhnya.
"Wanginya ituloh Nay yang buat aku kecanduan" ucapku pada Nayla.
"Mas itu kecanduan bau pesing sama bau ee. Jadinya kalau nemu bau kaya gitu diendusnya kaya yang merasakan sensai kenikmatan" ejek Nayla padaku.
Kutatap Nayla dengan datar. Tak ada ekspresi yang muncul diwajahku karna kesal. Andai saja kau tak menyebalkan dan berstatus istri orang Nay, mungkin saja kau sudah aku gigit dari tadi.
"Justru kamu Nay yang suka sama barang barang jorok. Kemarin saat aku ambil handuk Algi, tak sengaja aku melihatmu dengan ekor mataku, kau sedang menjilati tanganmu yang penuh dengan pup Algi" jawabku dengan santai.
Terlihat Nayla kini tengah menarik nafas dalam dalam untuk meredakan amaranya padaku.
"Sabar Nay, sabar" ucapku lagi.
Senyum psikopat dia berikan padaku kali ini. Mungkin saja setelah ini, jika hanya ada aku dan Nayla dirumah, dia akan menguliti tubuhku dan dijadikannya kerupuk.
kalau sama Arumi mungkin sayang sekedar sebagai adik kakak
terlalu bnyk berkorban tpi g di anggp..
semoga kmu bahagia y hamdi..
tanpa Siska..
Siska jg g pntas buat kmu..