"Hangatkan tubuhku. Only one night."
Sebuah kalimat yang mengubah seluruh kehidupan Leon dan Bianca yang bertemu di Paris secara kebetulan.
Pertemuan singkat yang awalnya sebatas di Paris saja, siapa sangka berlanjut hingga saat keduanya kembali ke Indonesia.
Keduanya dipersatukan dengan status yang berbeda. Atasan dan bawahan. Hal tersebut membuat Leon memanfaatkan wewenangnya untuk bertindak dan bertingkah agresif kepada Bianca yang diam-diam telah mencuri ciuman pertamanya di Paris.
🫧🫧🫧
Halo semua! Ini novel terbaru Kak Shen. Yuk kepoin! 💜
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sheninna Shen, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Memperjelas Semuanya
..."Maaf, aku belum mengatakannya dengan benar. Tapi malam ini, aku akan memperjelas semuanya." – Leonidas Salvatore...
“Bi, senang kenalan denganmu,” ucap Bella sambil menyodorkan tangannya untuk berjabat tangan dengan Bianca. Hal tersebut mengakhiri makan malam mereka bertiga.
Bianca menjabat tangan Bella sambil tersenyum lega. Ternyata wanita yang sempat ia curigai adalah teman dekat Leon sekaligus wanita yang menaruh perasaan khusus pada Reinhard Salvatore, CEO sebelumnya. Tapi sayang, pria itu sudah menikah.
“Heh, awas lo sakitin dia ya,” ancam Bella sambil menunjuk ke arah Leon dengan tatapan yang tajam, “selama ini gue terpaksa memaklumi sifat lo karena demen sama Kak Rein.”
"Bi, kalo emang ga tahan sama dia, putusin aja. Aku punya banyak stok cowo tampan dan mapan, bahkan jauh lebih baik dari Leon. Ntar aku kenalin," celetuk Bella gregetan karena takut Bianca tersakiti dengan sifat dingin Leon.
Leon meraih pinggul Bianca dan menarik tubuh gadis itu berdempetan dengan tubuhnya. "Aku akan memperlakukannya dengan baik."
Usai mengatakan kalimat tersebut, Leon mengecup lembut kepala Bianca dengan penuh kasih sayang. Tentu saja hal tersebut membuat Bianca semakin melayang.
"I'm happy for you two," ucap Bella bersungguh-sungguh.
Setelah mengakhiri obrolan kecil tersebut, Bella menuju ke parkiran dan ke arah mobilnya. Mereka bertiga berpisah di depan restoran. Sedangkan Leon dan Bianca, mereka masuk ke dalam mobil.
Leon bertingkah seperti biasa, hanya saja Bianca masih merasa canggung dan tak tahu bagaimana harus memulai percakapan. Rasanya apa yang baru ia hadapi tadi masih seperti mimpi. Ia tak menyangka bahwa Leon akan se-ekspresif itu.
"Ah!" Bianca terkejut saat Leon mendempetkan tubuh ke arahnya. Padahal pria itu ingin memasangkan sabuk pengaman.
Cup!
Leon mencuri kesempatan untuk mengecup bibir Bianca saat mereka sedang berdekatan. Pria itu tersenyum menatap wajah kaget Bianca.
"Jangan sedih dan jangan menangis lagi, hmm?" gumam Leon sambil membelai lembut pipi Bianca. Ia masih merasa bersalah jika mengingat gadis itu menangis sesenggukan di pelukannya siang tadi.
"Maaf karena aku telat mengenalkanmu padanya," imbuh Leon.
Bianca menatap wajah Leon dengan seksama. Hatinya terasa hangat mendapatkan perhatian yang segitu besarnya dari pria bermata biru itu. Ada kupu-kupu yang berseliweran disekujur tubuhnya jika kembali mengingat perlakuan Leon tadi. Tapi ... ia ingin memastikan bahwa apa yang terjadi tadi bukan hanya sandiwara. Jadi ia tak akan terluka jika memang itu bukanlah sungguhan.
"Leon ... yang tadi itu ...."
Leon menaikkan kedua alisnya menunggu Bianca melanjutkan ucapannya yang sempat terhenti.
"No, forget it," papar Bianca gengsi menanyakan kebenaran pada Leon. Lagipula, rasanya ia tak sanggup jika yang terjadi tadi hanya sebatas sandiwara belaka. Mungkin ia akan menghilang dari hadapan pria itu tanpa jejak karena rasa sakit yang begitu mendarah daging.
Leon menghela nafasnya. Ia mengambil tangan kanan Bianca dan membelainya dengan lembut. Kemudian ia menatap mata hazel Bianca dengan ekspresi yang serius.
"Aku nggak tau, yang tadi itu maksudmu yang mana? Yang jelas, aku nggak pernah menarik kembali apa yang sudah aku katakan."
"Maaf, aku belum mengatakannya dengan benar. Tapi malam ini, aku akan memperjelas semuanya."
"I love you, My Love. Jadi kekasihku ya? Hmm?" pinta Leon sambil mengecup lembut punggung tangan Bianca.
"Pilih, kamu mau menjawab ya atau yes?"
Mendengar ucapan Leon, Bianca mendadak tertawa geli. Pilihan macam apa itu? Keduanya memiliki arti yang sama. Tentu saja itu sebuah paksaan untuk menjadi kekasih pria itu.
"Gimana kalau aku jawab—”
"No no no. Kamu hanya boleh menjawab ya atau yes," potong Leon tak sabar sembari mengedipkan matanya dengan manja ke arah Bianca.
"Aaahhhh ... Leonnnn," geram Bianca merengek manja. "Aku 'kan belum bilang mau jawab apa."
"Pokoknya ya atau yes," tegas Leon memaksa sembari matanya melotot menahan tawa.
Bianca tak mampu menahan tawanya. Rasanya ia telah memakai semua keberuntungannya tahun itu untuk hari ini. Ia hanya bisa mengangguk tanpa berkata apa-apa. Entah kenapa rasanya malu hanya untuk mengatakan 'ya'. Seperti anak SMP yang baru puber.
Leon kegirangan bukan kepalang. Ia langsung memeluk tubuh Bianca dengan sangat erat.
"Malam ini tidur di apartemen ya?"
"Leonnnnn!!!"
...🫧🫧🫧...
...BERSAMBUNG......
semangat terus🥰💪