Pernikahan Suamiku
Pagi menyapa dengan sinarnya yang menyusup kedalam celah jendela kamarku. Kutatap wajah pria yang berstatus suamiku dengan penuh cinta dan kasih sayang seraya membelai pipinya lembut dan berbisik bahwa pagi telah tiba.
Dua tahun telah berlalu sejak saat kami memutuskan untuk menikah dan mengucapkan janji suci, kami belum juga dipercaya oleh Allah untuk mendapatkan buah hati sebagai pelengkap rumah tangga ini.
"Mas bangun sudah pagi" bisikku lembut ditelinganya.
"Sebentar lagi Nay, mas masih ngantuk" tanpa membuka mata, kini Mas Bian membelakangiku dengan bantal yang tetap dia peluk.
"Ya sudah, aku mau masak dulu."
Tanpa menunggu jawaban akhirnya akupun mulai bergegas menuju dapur dan bertemu dengan Siska, adik dari suamiku.
"Enak ya, yang bisa bangun siang. Kaya nyonya aja dirumah ini, pengen makan tinggal makan" dengan sedikit berteriak Siska mulai memotong wortel ditangannya.
"Ya enaklah. Namanya juga ratu, gak mungkin mau kotor tangan bikin makanan. Pantesan aja nikah udah lama belum ngisi, wong ke mertua aja gak bantu." Bukannya membela Ibu malah menimpali Siska dengan perkataan yang membuatku diam tanpa suara.
Selama aku tinggal dirumah ini tak pernah kurasakan sentuhan hangat dari ibu mertua serta adik iparku. Aku sadar akan posisiku dirumah ini hanya sebatas menantu dan tak lebih dari wanita malang dari panti asuhan yang dipinang seorang pengusaha muda. Aku tak tahu siapa ayah dan ibuku. Yang kutahu hanya Ibu Aisyah sang pemilik panti adalah pelita hidupku.
Setelah makanan tersusun rapih diatas meja makan, ayah, ibu, Siska dan Mas Zidan kakak dari suamiku kini tengah menyantap makanan dengan lahap. Aku hanya berdiri mematung tidak diperkenankan untuk makan sebelum Mas Bian.
"Cepat panggil Bian! suruh dia makan bersama" seru ayah mertuaku.
Kuanggukan kepala dan bergegas membuka pintu kamar ku dan Mas Bian. Namun dia sedang berada dikamar mandi sedang membersihkan diri. Kuambil kemeja dan jas dilantai, yang kemarin ia pakai pergi kekantor. Harum maskulin dapat kucium dari pakaian yang telah ia kenakan.
Kumasukan semua berkas yang berceceran dimeja kerja suamiku ini dengan hati hati agar tak ada yang tertinggal. Hingga tak sengaja, kulihat ada sebuah foto bayi yang terselip disalah satu berkas penting Mas Bian. Seketika, muncul seribu pertanyaan dibenakku. Siapa bayi ini? mengapa bisa ada fotonya di tumpukan kertas kerja Mas Bian? Apakah ini foto anak dari salah satu klien?.
Segera kuambil gawai milik suamiku yang tersimpan diatas laci. Kubuka seluruh pesan diaplikasi berwarna hijau, namun tak kutemukan percakapan yang mencurigakan selain bisnis. Hingga kubuka aplikasi berwarna biru dan terdapat 2akun yang salah satunya bukan atas nama Mas Bian melainkan atas nama Dika.
Dengan berbagai tanda tanya dikepala, kubuka aplikasi itu dan terpampang jelas foto Mas Bian dan beberapa foto bayi laki laki yang sangat tampan tengah bersama suamiku. Profil akun atas nama Dika ini banyak sekali mengupload foto bayi tampan yang memiliki paras sama persis seperti Mas Bian.
Kreeeett
Pintu kamar mandi telah dibuka. Mas Bian keluar dari kamar mandi dan langsung memelukku dari belakang dengan handuk yang masih terlilit dibadannya. Aku terkejut setengah mati dan langsung memasukan gawai miliknya kedalam selimbut.
"Pagi istri mas yang cantik" pujinya seraya mencium pipiku.
"Pagi mas" ucapku singkat.
Entah aku harus bagaimana dengan keadaan ini. Yang jelas aku masih bertanya tanya dengan hal yang tengah Mas Bian sembunyikan. Bayi yang memiliki rupa sama persis dengan Mas Bian, akun palsu bernama Dika. Dan semua hal yang mungkin tengah ia rahasiakan. Apakah aku harus bertanya langsung pada suamiku atau kepada ayah dan ibu mertuaku. Entahlah, mungkin untuk saat ini aku harus menyelidikinya sendiri.
"Mas nanti siang aku pergi kepanti asuhan dulu ya mas. Nanti pulangnya agak malaman, soalnya mau pergi mengajak Ibu Aisyah dulu"
"Ya sudah pergi saja tapi hati hati. Mas juga nanti pulangnya agak malam karna mau ada pertemuan sama klien penting. Kamu langsung tidur saja jangan tunggu mas dirumah" diciumnya keningku dan iapun langsung pergi memakai pakaian rapih serta turun menuju meja makan.
Teriknya mentari menandakan bahwa hari ini alam tengah berseri. Angin bertiup lembut menyusup kedalam hijab yang kukenakan.
"Ibu kapan sampai? bagaimana kabar ibu, sehat?" tanyaku pada Ibu Aisyah yang tengah berdiri didepan sebuah runah makan.
"Baru tadi sampai Nay. Alhamdulillah ibu sehat. gimana kabarmu?"
"Alhamdulillah bu sehat. Mari kita masuk dulu, aku tahu ibu pasti belum makan" ajakku pada ibu.
Siang berganti malam, tak terasa waktu begitu cepat. Aku yang baru saja pulang mengantar ibu ke panti dan mampir sebentar menuju mall didekat kantor Mas Bian, dikejutkan oleh pemandangan yang membuat hatiku berdenyut nyeri.
Keluarga besar suamiku, Ayah, Ibu, Siska, dan Mas Bian kini tengah makan malam bersama wanita cantik dengan dres selutut sedang bercanda gurau tanpa ada yang memberitahu bahkan mengajaku. Yang lebih menyakitkan lagi mengapa ada bayi dalam foto yang tengah tertawa dipangkuan Mas Bian.
Tanpa pikir panjang kuambil gambar agar nanti bisa kutanyakan pada imamku yang selalu kusanjung dan puji akan kesetiaanya pada sahabat dipantiku.
Bulir bening terus membanjiri pipiku. Tak peduli dengan tatapan orang disekitarku yang memandang entah iba atau hanya sekedar ingin bertanya. Kini ku telah tiba di rumah yang kuimpikan sebagai tempat curahan kasih sayang yang tak pernah kudapatkan dari orang tuaku. Kutatap sekeliling ruangan ini hanya luka jika kuingat setiap perlakuan semua anggota keluarga ini padaku.
Hatiku hancur dan tubuhku luruh dilantai. Tangisku tak bisa dibendung kala kuingat tawa bahagia dari seluruh keluarga suamiku.
"Kau kenapa ?" tepukan lembut dipundak menyadarkanku.
"Mas Zidan tak ikut makan bersama Ayah, Ibu dan Siska?" tanyaku seraya menghapus seluruh air mata.
"Makan? kenapa tak ada yang memberi tahuku. Terus kenapa kau pulang dan menangis disini?"
Diam adalah caraku agar tak lebih sakit jika Mas Zidan mulai curiga dengan perlakuan keluarganya terhadapku.
"Apakah kau tak diajak ?"
"Tadi aku sakit perut mas, makanya pulang duluan. Jika nanti semua orang sudah pulang tolong jangan beritahu mereka jika aku menangis. Aku tak ingin mereka khawatir" suaraku sedikit bergetar sebab menahan sakit didalam hati.
"Baik. Apakah perlu aku antar kau kedokter? kau terlihat sangat pucat" dengan tangan terjulur menyentuh keningku dia terlihat sangat panik. Berbeda dengan Mas Bian yang mungkin kini sedang tertawa bersama mereka.
Kutepis tangan Mas Zidan dari keningku dan mengatakan bahwa semuanya baik baik saja. Perlahan tapi pasti, kakiku melangkah menuju kamar atas tempat aku dan Mas Bian bercanda gurau. Hingga terbesit pikiranku untuk mencari tahu akun atas nama Dika diaplikasi berwarna biru. Mungkin saja aku yang terlalu curiga sehingga berfikiran aneh aneh.
Bukan jawaban yang kudapat, namun foto- foto jelas yang berisi proses siraman tujuh bulanan wanita yang kulihat di mall bersama Mas Bian.
Dan yang paling mengejutkan adalah foto buku pernikahan Mas Bian bersama wanita bernama Clara. Ternyata suamiku telah menikah setahun yang lalu bersama wanita itu, jadi suamiku sudah menikahi Clara tepat satu tahun setelah kami menikah. Benar benar hebat sandiwaramu mas. Kau berpura pura setia padaku selama dua tahun ini padahal nyatanya kau sudah menikahi wanita lain setelah satu tahun kita menikah.
Runtuh sudah pertahananku. Tubuhku lunglai bagai tak bertulang. Suami yang aku banggakan akan kesetiaannya menanti buah hati. Pria yang selalu kusebut dalam doa agar selalu diberikan kebahagiaan, justru benar benar bahagia bersama wanita lain dan darah dagingnya.
Tangisku pecah dan jeritanku terdengar sangat pilu. Ketukan didepan pintu tak henti hentinya terdengar.
"Nay kamu kenapa? cepat buka pintu. Aku akan bawa kamu kerumah sakit Nay" suara Mas Zidan terdengar sangat panik
Kubuka pintu dan ia langsung memelukku. Tangis dan tawa menjadi satu. Hancur benar benar hancur. Aku yang bodoh karna percaya bahwa pria akan setia walaupun belum ada buah hati diantara kami.
"Hahahaha jangan pura pura mas. Aku sudah tahu kau bersekongkol menyembunyikan pernikahan kedua adikmu. Bah...bahkan orang tua kalian pun sangat bahagia karna berhasil mendapatkan cucu yang akan menjadi penerus keluarga Atmaja"
"Aku sungguh tak tahu Nay. Mungkin kau salah, bisa saja itu hanya editan Nay. Kau tak boleh langsung percaya dengan semua itu .
kuhapus kasar air mata yang sedari tadi mengalir dipipiku. Sakit yang amat sangat kurasa kala mengetahui suamiku menikah untuk kedua kalinya bahkan telah menghasilkan anak. Semua orang seakan tertawa saat ini dengan keadaanku.
"Aku bersumpah Nay aku tak tahu jika Bian telah menikah lagi. Akan ku pastikan bahwa semua keluargaku menjelaskan semua kebenarannya dihadapanmu. Aku berjanji"
Mungkin benar, Mas Zidan tak tahu apapun tentang pernikahan Mas Bian dengan Clara.
"Tak usah mas. Biarkan aku yang menyelesaikannya sendiri. Kau tak perlu ikut campur dengan pernikahanku. Dan satu lagi, aku mohon jangan beritahu siapapun tentang diriku yang menyedihkan ini. Jangan beritahu keluargamu bahwa aku telah mengetahui semua rahasia pernikahan kedua suamiku"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 186 Episodes
Comments
Yuli Yuli
apa Zidan blom punya kluarga kok kyaknya bebas sentuh" nay
2024-04-17
0
Siti rauhun muhsin Akem
slm knl thoor ku nyesek bc novel mu ini sm dgn kisah pernikahan ku yg akhirxa Berakhir Di pengadilan agama yg smpi skrg ini mmbuat ku trauma akan sebuah pernikahan 😭
2022-11-21
2
Dwi Intan Retno Asih
emang nya Nay dr Panti apa nggak diajarin masak? Koq pg pg gak bantuin mertua di dapur?
2022-08-19
0