Aisyah, seorang istri yang selalu hidup dalam tekanan dari mertuanya, kini menghadapi tuduhan lebih menyakitkan—ia disebut mandul dan dianggap tak bisa memiliki keturunan.
mampukah aisyah menghadapi ini semua..?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon prettyaze, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
rencana yang gagal
Di hari keberangkatan, Aisyah dan Farhan sudah berada di bandara, siap memulai perjalanan bulan madu mereka. Farhan menggenggam tangan istrinya erat, memberikan senyum menenangkan. "Ini akan menjadi liburan terbaik kita," bisiknya lembut.
Namun, di tempat lain, Rania dan ibu Farhan tengah cemas. Mereka sudah merencanakan sesuatu.membuat Farhan harus membatalkan perjalanannya. Ibu Farhan menelepon putranya, berpura-pura sakit parah.
"Farhan, Nak... Ibu merasa tidak enak badan. Mungkin ibu harus ke rumah sakit..." suaranya dibuat lemah.
Farhan yang mendengar itu sempat ragu. Namun, sebelum ia sempat menjawab, Aisyah menggenggam tangannya dan berbisik, "Mas, ini pasti hanya akal-akalan Ibu. Jangan biarkan mereka mengendalikan kita."
Farhan menghela napas dan akhirnya menjawab tegas, "Bu, kalau Ibu benar-benar sakit, aku bisa panggilkan dokter. Tapi aku dan Aisyah akan tetap pergi."
Ibu Farhan terdiam, tak menyangka putranya akan menolak. Ia menoleh ke Rania yang tampak tegang.
Tak ingin menyerah, Rania pun mencoba cara lain. Ia menelepon Farhan menggunakan suara panik, "Farhan! Aku butuh bantuanmu. Ada masalah besar di kantor, hanya kamu yang bisa menyelesaikannya!"
Namun, Farhan sudah menduga trik ini. Dengan suara dingin, ia menjawab, "Rania, aku sedang bersama istriku. Apa pun masalahnya, selesaikan sendiri atau minta bantuan orang lain. Aku tidak akan terganggu dengan hal-hal seperti ini lagi."
Setelah menutup telepon, Farhan menatap Aisyah dan tersenyum. "Sepertinya mereka benar-benar berusaha menghentikan kita. Tapi kali ini, tidak akan berhasil."
Aisyah tersenyum lega dan memeluk suaminya erat. "Terima kasih, Mas, sudah memilih aku."
Beberapa jam kemudian, mereka sudah berada di pesawat, meninggalkan semua intrik dan rencana jahat di belakang mereka.
Sementara itu, di rumah, ibu Farhan melempar ponselnya ke sofa dengan wajah kesal. "Anak itu benar-benar berubah! Semua gara-gara perempuan itu!"
Rania menggigit bibirnya, merasa frustasi. "Apa yang harus kita lakukan sekarang, Tante?"
Ibu Farhan menatap tajam. "Kita tidak akan menyerah. Tapi kali ini, kita harus mencari cara yang lebih cerdas."
Namun, tanpa mereka sadari, Farhan dan Aisyah semakin kuat. Tidak ada yang bisa menggoyahkan mereka lagi.
•••
Ibu Farhan Merencanakan Sesuatu
Di ruang tamu rumahnya, Ibu Farhan duduk dengan wajah masam. Rencana sebelumnya gagal, dan itu membuatnya semakin bertekad untuk tidak membiarkan Aisyah terus berada di sisi putranya.
Rania duduk di seberangnya, tampak tidak sabar. "Tante, kita harus melakukan sesuatu. Farhan semakin jauh dariku."
Ibu Farhan mengetuk-ngetukkan jarinya ke meja, berpikir keras. "Aku sudah tahu caranya."
Rania menatap penuh harap. "Apa itu, Tante?"
Ibu Farhan tersenyum tipis. "Aku akan menggunakan kelemahan Aisyah."
"Maksud Tante?" Rania mengernyit bingung.
"Aisyah paling takut kehilangan Farhan, kan? Aku akan membuatnya merasa tidak pantas lagi untuk Farhan. Aku ingin dia sendiri yang memilih pergi."
Rania mulai paham. "Tante mau membuatnya menyerah?"
"Tepat sekali," jawab Ibu Farhan dengan nada licik. "Kita akan cari cara untuk membuatnya merasa dia adalah penghalang bagi Farhan, bahwa dia bukan istri yang layak. Dengan begitu, dia sendiri yang akan mundur."
Rania tersenyum penuh arti. "Kalau begitu, aku siap membantu."
Ibu Farhan menatapnya tajam. "Kali ini, kita tidak boleh gagal."
Mereka pun mulai menyusun rencana baru, rencana yang lebih halus tapi mematikan.