NovelToon NovelToon
Menjahit Luka Dengan Benang Khianat

Menjahit Luka Dengan Benang Khianat

Status: sedang berlangsung
Genre:Cerai / Selingkuh
Popularitas:3.5k
Nilai: 5
Nama Author: Mbak Ainun

Penasaran dengan cerita nya lansung aja yuk kita baca

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mbak Ainun, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 3: Pola yang Tersembunyi

Setelah meninggalkan ketegangan di meja makan, Arini tidak langsung menuju butiknya. Ia mengendarai mobilnya sendiri, menyusuri jalanan Jakarta yang mulai padat. Tujuannya bukan tempat kerja, melainkan sebuah kantor pengacara di kawasan SCBD yang hanya melayani klien-klien kelas atas dengan kerahasiaan tingkat tinggi. Di sana, Rendra sudah menunggunya.

Rendra adalah teman masa kuliah Arini, seorang pria dengan rahang tegas dan tatapan mata yang seolah bisa membaca pikiran orang. Ia adalah salah satu dari sedikit orang yang tahu betapa kerasnya Arini bekerja untuk membangun L’Atelier Arini dari sebuah garasi kecil hingga menjadi imperium mode.

"Kau terlihat sangat tenang untuk seseorang yang suaminya baru saja ketahuan berselingkuh dengan asistennya sendiri," ujar Rendra sembari menyodorkan secangkir teh hangat ke depan Arini.

Arini menyesap tehnya perlahan. "Menangis tidak akan mengubah surat kepemilikan aset, Rendra. Aku butuh strategi, bukan simpati."

Rendra tersenyum tipis, mengagumi kekuatan wanita di depannya. Ia membuka sebuah map kulit berwarna hitam. "Sesuai permintaanmu, aku sudah menelusuri aliran dana dari rekening perusahaan yang dikelola Adrian. Dia tidak hanya berselingkuh, Arini. Dia melakukan penggelapan dana secara halus untuk membiayai gaya hidup Maya dan beberapa investasi pribadi atas namanya sendiri."

Tangan Arini yang memegang cangkir sedikit mengencang. "Berapa banyak?"

"Cukup untuk menjebloskannya ke penjara selama lima sampai tujuh tahun jika kau mau melaporkannya sekarang," jawab Rendra tegas.

Arini terdiam sejenak. Matanya menatap keluar jendela kaca besar yang menampilkan gedung-gedung pencakar langit. "Tidak. Belum saatnya. Jika aku melaporkannya sekarang, dia hanya akan hancur secara hukum. Aku ingin dia hancur secara mental dan sosial. Aku ingin dia merasakan bagaimana rasanya kehilangan segalanya, termasuk martabat yang selama ini dia banggakan."

"Jadi, apa rencanamu?" tanya Rendra ingin tahu.

"Aku akan memberinya tali yang cukup panjang sampai dia sendiri yang menjerat lehernya," jawab Arini dengan nada dingin. "Aku akan membiarkan dia merasa bahwa dia berhasil membodohiku. Aku akan memberinya proyek besar, sebuah investasi bodong yang akan menyerap seluruh sisa dana yang dia miliki. Dan Maya... aku akan membuatnya merasa seolah-olah dia akan segera menggantikanku sebagai ratu di rumah itu."

Rendra mengangguk paham. "Kau sedang menjahit sebuah jebakan yang sangat indah, Arini."

"Aku sedang menjahit luka, Rendra. Hanya saja, benang yang kugunakan memang sedikit beracun," sahut Arini tanpa ekspresi.

Setelah pertemuan itu, Arini kembali ke butiknya. Di sana, Maya sudah menunggu dengan wajah cemas. Arini bersikap seolah kejadian di meja makan tadi pagi hanyalah angin lalu. Ia menyapa stafnya dengan ramah, memberikan arahan desain, dan bersikap sangat manis kepada Maya.

"Maya, tolong siapkan draf kontrak untuk kerja sama dengan Global Textile. Aku ingin kau yang menangani proyek ini secara penuh. Aku percaya padamu," ujar Arini sembari memberikan setumpuk berkas.

Maya tampak terkejut sekaligus lega. "Mbak... Mbak yakin? Ini proyek besar."

"Tentu saja. Kau adalah asisten terbaikku, bukan? Anggap saja ini caraku meminta maaf karena pembicaraan kaku tadi pagi. Aku hanya sedang stres karena pekerjaan," Arini tersenyum sangat tulus, senyuman yang merupakan akting terbaik dalam hidupnya.

Saat Maya keluar dari ruangan dengan langkah ringan dan hati yang berbunga-bunga, Arini mengambil gunting kain dari atas mejanya. Ia memotong selembar kain sisa di atas meja dengan satu gerakan cepat. Crak.

Kain itu terbelah sempurna. Arini tahu, di balik draf kontrak yang ia berikan pada Maya, terdapat klausul-klausul yang akan mengikat Maya dalam tanggung jawab hukum yang berat jika terjadi kegagalan finansial. Arini tidak hanya memberikan kesempatan karier, ia sedang menyerahkan surat kehancuran yang dibungkus dengan pita emas.

Malam itu, Arini pulang ke rumah dan mendapati Adrian sudah menunggunya dengan sebuket bunga mawar merah. Pria itu tampak ingin menebus kesalahannya. Arini menerima bunga itu, menghirup aromanya, lalu meletakkannya di vas bunga yang berada di sudut gelap ruangan.

"Bunganya indah, Ian. Sama seperti kebohongan yang dirangkai dengan rapi," gumam Arini dalam hati sembari tersenyum pada suaminya. Permainan baru saja dimulai, dan Arini adalah pemegang bidak terakhir.

1
Yulitajasper
Cerita yang 👍
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!