NovelToon NovelToon
Manisnya Dosa Janda Penggoda: Terjerat Paman Direktur

Manisnya Dosa Janda Penggoda: Terjerat Paman Direktur

Status: sedang berlangsung
Genre:CEO / Janda / Konflik etika / Cinta Terlarang / Percintaan Konglomerat / Romansa
Popularitas:3.9k
Nilai: 5
Nama Author: Bangjoe

Mampukah janda muda menahan diri saat godaan datang dari pria yang paling tabu? Setelah kepergian suaminya, Ayana (26) berjuang membesarkan anaknya sendirian. Takdir membawanya bekerja di perusahaan milik keluarga suaminya. Di sana, pesona Arfan (38), paman direktur yang berkarisma, mulai menggoyahkan hatinya. Arfan, duda mapan dengan masa lalu kelam, melihat Ayana bukan hanya sebagai menantu mendiang kakaknya, melainkan wanita memikat yang membangkitkan gairah terpendam. Di antara tatapan curiga dan bisikan sumbang keluarga, mereka terjerat dalam tarik-ulur cinta terlarang. Bagaimana Ayana akan memilih antara kesetiaan pada masa lalu dan gairah yang tak terbendung, di tengah tuntutan etika yang menguji batas?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Bangjoe, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 3: Dosa yang Memabukkan

Bibir Arfan menempel. Lembut di awal, seperti penjajakan yang hati-hati, lalu perlahan menekan, menuntut lebih. Ayana tidak melawan. Bahkan ketika lidah Arfan dengan lembut menyentuh bibirnya, meminta akses, tubuh Ayana menegang, tapi benaknya seolah lumpuh. Ini salah. Sangat salah. Namun, detak jantungnya yang bergemuruh di telinga, panas yang menyebar dari bibir ke seluruh tubuhnya, berkata lain.

Ia merasakan Arfan memiringkan kepalanya, memperdalam ciuman itu. Tangannya bergerak, salah satunya naik untuk menangkup pipi Ayana, ibu jarinya membelai lembut kulit di bawah matanya. Sensasi itu, sentuhan maskulin yang asing namun terasa begitu pas, membuat Ayana memejamkan mata. Ia mencium aroma maskulin Arfan, perpaduan kopi, mint, dan wewangian mahal yang memabukkan.

Napanya memburu, seiring Arfan semakin berani. Ciuman itu menjadi lebih intens, lebih dalam, mengikis sedikit demi sedikit pertahanan yang Ayana bangun selama bertahun-tahun. Ia bahkan tak sadar kapan tangannya sendiri terangkat, mencengkeram erat kemeja linen Arfan di bahu, seolah mencari pegangan, atau justru menarik pria itu lebih dekat.

Pikirannya berteriak tentang mendiang suaminya, tentang anaknya, tentang rasa malu dan dosa. Tapi sensasi itu, rasa takut dan gairah yang campur aduk, terlalu kuat. Arfan menarik diri sedikit, hanya cukup untuk memberi Ayana ruang bernapas, tapi tatapan matanya tetap mengunci, seolah menelanjangi jiwanya. Nafasnya memburu, bibirnya bengkak dan merah.

“Manis sekali,” bisik Arfan, suaranya serak, matanya berkilat penuh kemenangan. Ibu jarinya mengusap sudut bibir Ayana, membersihkan sedikit saliva yang tertinggal. Gerakan kecil itu, begitu intim, membuat pipi Ayana memanas. Ia merasa seperti baru saja terbangun dari mimpi buruk yang indah, atau justru mimpi indah yang akan menjadi malapetaka.

Ayana mendorong Arfan, kali ini dengan tenaga yang nyata. Arfan membiarkannya, mundur beberapa langkah, seringai kecil terukir di bibirnya. “Saya… saya harus pergi,” kata Ayana, suaranya gemetar, tidak percaya dengan apa yang baru saja terjadi. Ia merapikan rambutnya yang sedikit berantakan, dan buru-buru meraih tasnya.

“Hati-hati di jalan, Ayana,” ucap Arfan, nadanya begitu santai, seolah ciuman barusan hanyalah obrolan ringan. Kontras sekali dengan badai di dalam diri Ayana. Ia tak berani menatap Arfan lagi, buru-buru meninggalkan ruangan itu, jantungnya masih berdebar kencang.

Sepanjang perjalanan pulang, bayangan bibir Arfan, sentuhannya, dan bisikannya terus berputar di benaknya. Rasa bersalah menghimpitnya. Bagaimana bisa ia, seorang janda yang seharusnya menjaga nama baik mendiang suaminya, membiarkan hal itu terjadi? Apa yang akan dikatakan putranya jika tahu?

Sesampainya di rumah, Ayana langsung masuk ke kamar mandi, mengguyur tubuhnya di bawah pancuran air dingin, berharap bisa menghapus jejak Arfan, jejak dosa yang terasa begitu manis itu. Namun, aroma Arfan seolah melekat di kulitnya, di pori-porinya. Setiap sentuhan air dingin justru memperjelas ingatan tentang panasnya bibir pria itu.

Pagi berikutnya di kantor, Ayana berusaha keras bersikap normal. Ia mengenakan blouse berlengan panjang, rok pensil, dan sepatu hak yang membuatnya terlihat profesional. Matanya sesekali melirik ke arah ruangan Arfan, yang tertutup. Ia berharap tidak bertemu pria itu, setidaknya untuk hari ini. Wajahnya terasa panas hanya membayangkan tatapan mata Arfan yang penuh arti.

Saat ia sibuk menata berkas di mejanya, pintu ruangan Arfan terbuka. Jantung Ayana mencelos. Arfan keluar, mengenakan setelan jas abu-abu gelap, rambutnya tertata rapi. Ia tampak… lebih tampan dari biasanya. Dan lebih berbahaya. Mata mereka bertemu sebentar, dan seringai tipis muncul di bibir Arfan. Ayana segera mengalihkan pandangan, berpura-pura sangat sibuk.

“Ayana, bisa ke ruangan saya sebentar?” suara Arfan terdengar profesional, namun entah mengapa Ayana merasa ada nada lain di sana, nada yang hanya bisa ia tangkap. Ayana mengangguk kaku, berusaha keras agar kakinya tidak gemetar saat berjalan menuju ruangan Arfan.

Di dalam ruangan, Arfan sudah duduk di balik meja kerjanya. Ruangan ini, yang kemarin menjadi saksi bisu kejatuhannya, kini terasa lebih sesak. Ayana berdiri kaku di depan meja, menghindari tatapan Arfan.

“Saya punya proyek baru yang cukup besar,” Arfan memulai, suaranya tenang. “Proyek merger dengan perusahaan properti dari Singapura. Saya ingin kamu yang menangani ini bersama saya.”

Ayana terkejut. “Saya, Pak?” Ia hanya seorang manajer junior, biasanya menangani hal-hal kecil. Proyek merger sebesar itu biasanya ditangani oleh tim senior, atau langsung oleh Vina sebagai Direktur Keuangan.

“Ya, kamu. Saya butuh seseorang yang detail, punya etos kerja tinggi, dan bisa dipercaya,” jawab Arfan, matanya kini menatap Ayana lurus, menembus. “Dan saya percaya kamu punya semua itu.”

Percaya, atau punya motif lain? Ayana menelan ludah. Ini adalah kesempatan besar untuk kariernya, tapi juga berarti harus bekerja sangat dekat dengan Arfan. Sangat dekat, terlalu dekat. Bahaya yang terasa begitu manis.

“Tapi… bukankah biasanya proyek sebesar ini ditangani oleh Bu Vina, atau tim senior?” Ayana mencoba mengelak, mencari alasan. Ia tidak siap untuk berada di pusaran Arfan lagi, terutama setelah kejadian kemarin.

Arfan menyandarkan punggungnya ke sandaran kursi, senyum tipis masih melekat di bibirnya. “Vina sedang sibuk dengan proyek internal lain. Dan saya pribadi merasa kamu lebih cocok. Kita akan mulai besok, dan ini akan butuh banyak waktu lembur. Mungkin sampai larut malam.”

Kalimat terakhirnya diucapkan dengan penekanan yang Ayana rasakan hingga ke tulang. Larut malam. Berdua saja. Di kantor yang sepi. Arfan sengaja melakukan ini. Ia menciptakan jebakan, sebuah skenario yang mustahil dihindari Ayana tanpa terlihat tidak profesional. Ini bukan hanya tentang pekerjaan, ini adalah undangan. Undangan untuk kembali mencicipi dosa yang memabukkan.

“Jadi?” Arfan mengangkat alisnya, menunggunya menjawab. Ada tantangan di matanya, sebuah janji tersirat yang membuat perut Ayana melilit. Menolak berarti menutup pintu pada kesempatan emas karier, tapi menerima berarti membuka pintu lebar-lebar untuk godaan yang semakin nyata. Ia terperangkap. Arfan berhasil menjeratnya.

Ayana menarik napas dalam, memejamkan mata sesaat. “Baik, Pak,” jawabnya pelan, seperti baru saja menandatangani kontrak dengan iblis.

Senyum Arfan semakin lebar. “Bagus. Saya sudah siapkan ruang kerja khusus untuk kita berdua di lantai ini. Lebih nyaman, dan privasi lebih terjaga. Kita bisa mulai rapat pertama sore ini di sana.”

Ruang kerja khusus? Privasi lebih terjaga? Ayana merasa seluruh darahnya berdesir dingin. Pria ini bergerak cepat, lebih cepat dari yang ia duga. Pria ini tidak main-main. Ia tidak hanya menginginkannya, tapi juga bertekad mendapatkannya. Dan kini, ia tak bisa lari kemana-mana. Ia sudah ada di dalam sarang singa, dan singa itu baru saja menutup rapat pintunya. Sebuah bayangan melintas di benaknya, sosok Vina yang kejam, yang seolah mengawasinya dari jauh. Ayana tahu, jika Vina tahu tentang ini, hidupnya akan berakhir. Tapi, bagaimana caranya ia bisa menolak pesona Arfan yang berbahaya itu?

“Siapkan materi presentasi awal untuk pukul empat nanti, Ayana,” kata Arfan, suaranya kini terdengar begitu lembut, namun penuh otoritas. “Dan jangan lupa, panggil saya Arfan di luar jam kerja. Kita ‘kan akan sering bertemu.”

Ayana hanya bisa mengangguk, lidahnya kelu. Jantungnya bergemuruh. Bagaimana mungkin ia bisa bertahan dalam skenario yang sudah direncanakan begitu matang ini? Ia tahu ia sudah melangkah terlalu jauh. Dan mungkin, justru ia sendirilah yang menginginkannya.

Saat Ayana keluar dari ruangan Arfan, ia melihat Vina berdiri di dekat dispenser air, menatapnya dengan tatapan tajam dan curiga. Mata Vina seolah menembus, mencoba membaca apa yang baru saja terjadi di dalam sana. Ayana merasa hawa dingin menjalari tulang punggungnya. Perangkap Arfan, dan kini tatapan tajam Vina. Ia benar-benar dalam masalah besar. Malam ini, ia harus lembur dengan Arfan. Berdua. Di ruangan ‘pribadi’ mereka. Ayana tak bisa membayangkan apa yang akan terjadi selanjutnya. Ia hanya tahu, ia tidak punya pilihan. Ia harus masuk ke dalam perangkap itu.

1
zaire biscaya dite
Gw trs trg bingung dgn jln ceritanya novel ini, selain berganti2 nama para tokoh yg ada, jg perbedaan rahasia yg diungkapkan oleh Arfan kpd Ayana
Benar2 membingungkan & bikin gw jd malas utk membaca novel ini lg
panjul man09
bosan
panjul man09
sudah janda koq ,bisa memilih jalan hidup , siapa vina , bisa bisanya mengatur hidup orang .
panjul man09
siapa nama anak ayana , maya , kirana atau raka ?
zaire biscaya dite
Tolong perhatikan dgn benar ttg nama tokoh dlm novel ini, spt nama anak yg selalu berganti2 nama, Arsy, Maya, Raka, Alisha
Jgn membingungkan pembaca yg berminat utk membaca novel ini
panjul man09
mereka boleh menikah, karna mereka bukan mahrom
panjul man09
lanjuut
zaire biscaya dite
Betul, tlg diperhatikan dgn baik nama yg ada di dlm novel ini. Nama suami itu Adnan atau Daniel, nama anaknya itu Arsy, Maya, Kirana atau Raja ? Jgn smpe ceritanya bagus, tp malah bikin binging yg baca krn ketdkkonsistenan penyebutan nama tokoh di dlmnya, y
Bang joe: terimakasih atas masukannya kak 🙏
total 1 replies
Greenindya
yg bnr yg mana ya kok nama anaknya gonta ganti Kirana maya raka
Bang joe: mohon maaf atas kekeliruannya kak
total 3 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!