NovelToon NovelToon
Berondongku Suamiku

Berondongku Suamiku

Status: sedang berlangsung
Genre:Berondong / Ibu Tiri
Popularitas:229.2k
Nilai: 5
Nama Author: mama reni

Kirana harus menerima kenyataan bahwa calon suaminya meninggalkannya dua minggu sebelum pernikahan dan memilih menikah dengan adik tirinya.

Kalut dengan semua rencana pernikahan yang telah rampung, Kirana nekat menjadikan, Samudera, pembalap jalanan yang ternyata mahasiswanya sebagai suami pengganti.

Pernikahan dilakukan dengan syarat tak ada kontak fisik dan berpisah setelah enam bulan pernikahan. Bagaimana jadinya jika pada akhirnya mereka memiliki perasaan, apakah akan tetap berpisah?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon mama reni, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab Tiga

Tanpa menunggu jawaban Samudera, Kirana langsung meraih lengan jaket pria itu. “Kita berangkat sekarang!" ajaknya dengan suara datar.

Sebelum Sam sempat memprotes, Kirana sudah melangkah cepat menuju motor hitamnya yang masih terparkir miring di pinggir jalan. Ia menggeser helm cadangan di gantungan motor, lalu tanpa rasa takut, ragu, atau mikir dua kali, langsung naik dan duduk di jok belakang.

Samudera membeku. “Mbak … yang bener aja .…”

Kirana menatapnya dari balik helm yang baru saja ia pakai. “Aku bilang aku ikut. Kalau kamu nolak, ingat perjanjian kita barusan.”

Sam mengusap wajah dengan kedua telapak tangannya, frustasi. “Astagaaaa Mbak, saya mau balapan, bukan ojek.”

“Terserah. Malam ini aku nggak mau sendirian.” Nada Kirana terdengar lelah, tapi keras. Dan itu cukup untuk membuat Sam terdiam.

Ia akhirnya naik ke motor, menyalakan mesin, lalu menatap ke depan. “Pegangan yang bener.”

Kirana otomatis memegang sisi jok. Sam meliriknya dari spion dan mendecak. “Bukan begitu. Kamu bisa jatuh. Pegang aku.”

Kirana menghela napas, tapi tetap menurut. Tangannya memegang jaket Sam, tidak terlalu erat, tapi cukup untuk menjaga keseimbangan.

Sam mengembuskan napas panjang sebelum akhirnya menarik gas. Motor melesat menembus jalanan malam. Angin menerpa wajah Kirana dari celah helm, dan selama lima menit perjalanan, ia baru sadar kalau dia sudah tak merasakan sesak seperti sore tadi lagi.

Lokasi balap liar itu terletak di ujung kota, sebuah lahan kosong yang disulap jadi arena. Begitu mereka tiba, deru mesin dan sorak penonton menyambut seperti badai.

Remaja-remaja laki-laki berkerumun. Lampu-lampu mobil menerangi jalan lurus sepanjang beberapa ratus meter. Musik elektronik menghentak, bercampur bau asap knalpot dan kopi instan.

Begitu motor berhenti, puluhan pasang mata langsung menoleh. Bukan ke Samudera tapi ke Kirana.

Karena semua orang tahuz Samudera Genta tak pernah bawa cewek. Dia begitu dingin dengan lawan jenis, entah alasan apa dibalik semua itu. Tak pernah sekalipun dia mengenali wanitanya.

“Wah, Sam!” salah satu pemuda tinggi bersweater abu-abu tertawa lebar. “Sejak kapan bawa penumpang? Gila, nggak kebayang gue liat lo kayak begini!”

Temannya yang lain bersiul. “Apa jangan-jangan ini alasan lo telat?”

Sam mengabaikan komentar itu dan justru menoleh ke arah Kirana. “Turun!”

Nada suaranya pendek, seperti sedang menahan sesuatu, entah malu, jengkel, atau bingung.

Kirana turun dari motor tanpa ekspresi. Ia merasa puluhan mata menilainya, tapi ia tidak peduli. Malam ini hidupnya sudah berantakan, penilaian orang-orang ini bahkan tidak ada di level yang layak ia pikirkan.

“Siapa tuh, Sam?” tanya pemuda lain.

“Bukan urusan kalian,” jawab Sam datar.

Sebelum pertanyaan lanjutan muncul, seorang panitia menghampiri dengan wajah kesal. “Sam! Satu menit lagi lo telat, gue diskualifikasi! Telat banget!”

“Maaf, macet,” jawab Sam cepat.

“Macet apaan jam segini?” panitia itu cemberut.

Sam menoleh ke Kirana sebentar, lalu kembali ke panitia. “Nggak penting, kan? Yang penting gue dateng.”

Panitia itu menggerutu, tapi akhirnya mengangguk. “Cepet siap-siap. Lawan lo udah nunggu.”

Sam langsung melepas jaket dan helm, menyisakan kaos hitam yang menempel di tubuh. Beberapa gadis langsung bersorak kecil, seolah menunggu momen itu.

Kirana duduk di bangku panjang dekat arena, mengamati dari jauh. Sesuatu terasa aneh melihat bagaimana Sam berjalan penuh percaya diri, tapi tidak sombong. Tidak seperti kebanyakan pembalap liar yang suka pamer. Ia hanya fokus ke arena.

Ketika mesin motor Sam meraung, bulu kuduk Kirana berdiri. Suara itu menggetarkan udara.

Sam berada di garis start. Lawannya, pria berjaket merah, memasang ekspresi menantang. Hitungan mundur dimulai.

“Tiga!”

Kirana menarik napas mendengar ucapan itu.

“Dua!”

Ia bahkan tidak sadar sedang menggertakkan gigi.

“Satu—GO!” Dua motor melesat seperti peluru.

Deru knalpot memecah malam. Penonton berteriak histeris. Lampu-lampu mobil memantul di aspal, dan tubuh Kirana otomatis condong ke depan, matanya tak berkedip.

Sam memulai sedikit lambat. Kirana merasa jantungnya turun ke perut. Terasa mual.

Namun, detik berikutnya Sam mulai menyusul. Caranya bermanuver begitu rapi, begitu halus, seolah tubuhnya menyatu dengan motor. Lawannya mencoba menahan, tapi Sam justru meninggalkannya.

Dalam hitungan detik, garis finish tercapai. Sorak kemenangan meledak.

“SAM MENANG! WOIII SAM MENAAAANG!”

Kirana menghembuskan napas yang entah sejak kapan ia tahan. Hatinya kacau. Bukan karena balapannya, tapi karena sesuatu yang baru ia sadari, Samudera bukan sekadar anak muda urakan yang ngebut nggak pakai SIM.

Dia punya bakat. Dan keberanian. Dan entah apa lagi.

Sam turun dari motor, disambut teman-temannya yang langsung berpelukan, menepuk bahu, dan memuji. Namun anehnya, Sam hanya tersenyum tipis, mengangguk, menerima semua ucapan selamat itu tanpa keinginan untuk tebar pesona. Padahal beberapa gadis langsung berkerumun.

“Sam, minum dulu nih!”

“Sam! Selamat ya!”

“Sam mau foto bareng nggak?”

Sam hanya menggeleng halus. “Nanti. Gue ada urusan.” Dan langkahnya langsung menuju Kirana.

Kirana terpaku saat pria itu berdiri di depannya. Peluh masih menetes di pelipis Sam, napasnya masih tersengal ringan. Tapi tatapannya tajam dan fokus, seolah tidak peduli pada kerumunan di belakangnya.

“Ayo,” katanya sambil meraih helmnya. “Aku anter kamu pulang.” Sepertinya Samudera sudah mulai terbiasa hingga memakai kata aku bukan saya lagi.

Kirana berdiri pelan. “Aku nggak mau pulang.”

Sam berkedip. “Apa?”

“Aku … nggak mau pulang,” ulang Kirana, kali ini lebih lirih.

Sam memperhatikannya. Lebih lama dari sebelumnya. Sorot matanya, untuk pertama kalinya malam itu, tidak galak atau tertekan.

Ia tampak bingung. Dan sedikit khawatir.

“Mbak Kirana,” katanya pelan, menyebut namanya untuk pertama kali. “Malam-malam begini… kamu mau ke mana?”

Kirana menggeleng, merasa dadanya kembali berat. “Aku nggak tahu. Ke mana aja. Aku cuma nggak mau pulang.”

Sam menelan ludah, jelas tidak siap menghadapi situasi ini. “Maksudnya … kamu mau nginep di mana?”

“Di mana aja, terserah kamu.”

Sam membuka mulut, tapi tidak ada suara yang keluar. Untuk pertama kalinya, Kirana melihat Samudera Genta yang ramah masalah, nekat, dan suka balapan itu sekarang benar-benar tidak tahu harus apa.

“Hah …?” itu satu-satunya respon yang bisa keluar.

Lampu-lampu mobil, suara penonton, dan dentuman musik masih bergema di belakang mereka. Tapi malam itu, semuanya seperti menghilang. Terasa sunyi.

Samudera tampak masih kebingungan. Dia tak tahu harus membawa Kirana kemana malam ini. Membawa pulang ke rumah itu tak mungkin, apa kata orang tuanya.

"Merepotkan!" gumam Samudera. Kirana mendengarnya, tapi pura-pura tak mengerti. Yang terpenting dia tak berada di rumah malam ini. Di rumah dia akan merasakan sesak kembali.

1
Rahma
😂😂😂 mam Reni bs aja yg ngelamar jd pembantu mlh mmh tiri kiran 🤭🤭
𝕸𝖆𝖗𝖞𝖆𝖒🌹🌹💐💐
mami kirana msh ada..
𝕸𝖆𝖗𝖞𝖆𝖒🌹🌹💐💐
Sam paket komplit🥰🥰🥰
Yessi Kalila
kok bisa Mama Kirana nglamar jadi pembantu....???
Patrick Khan
ahhh siapa yg di panggil mama tu🤔🤔🤔
D_wiwied
aku jg mewek nih, terharu banget sm kebahagiaan yg Kiran dapatkan dr Sam dan keluarganya sekarang.. benar2 diratukan
D_wiwied
ibunya tisa kah? koq tetiba mau nglamar jd asisten, sesulit itukah hidup mereka sekarang
Ilfa Yarni
apKah yg melamar kerja itu mama tiri Kirana ya
Pjjmakkem
mami vania kan dokter kandungan ya.. alias obgyn..
kok kayak ga ada aura obgyn nya ya di rumah.. haha..

aku pengalaman kontrol ke obgyn sampe 6 obgyn yg beda utk 2 kehamilan.
semua obgynnya sama aja, kandungan sehat bu, ga ada masalah, makan aja apa yg mw dimakan, ga usah takut asal ga berlebihan, ga ada tuh yg namanya ngidam bikin ileran. ngidam bs disebabkan hormon yg ga stabil, emosi labil, pengen sesuatu tp susah ungkapinnya, jd lah otak merespon ide2 cemerlang ibu hamil alias ngidam.
haha..

awas mami, reputasi dokter kandungan jd rusak gegara ngerjain sam spy jd suami siaga 🤣🤣
Radya Arynda: semogah kirana dan samudra selalu baik2 saja....harus waspada,,,karena ulat bulu sudah datang.semangaaat
total 1 replies
Felycia R. Fernandez
nah lho...gak mungkin kan jadi asisten dirumah anak sendiri...
kenapa bisa juga jadi asisten?? gimana nih hidup mereka setelah ditinggal Kirana???
Felycia R. Fernandez
aku mewek nih 😭😭😭😭😭
Semua impian Kirana perlahan di wujudkan Samudera dan keluarga...
rumah tempat dia hidup,suami yang baik yang tulus menyayangi dia,dan masa kecil yang indah yang akan terwujud melalui anaknya
Teh Euis Tea
bahagianya kirana selalu di ratukan sm mertua dan suaminya
ini mama kandung kirana atau mamanya tisa yg melamar jd art, jd penasaran
dyah EkaPratiwi
mama kandung Kirana?
Dew666
🌹🌹🌹🌹🌹
Felycia R. Fernandez
gak tau gimana ntar reaksi Tissa dan Irfan liat rumah Kirana dan Samudera
Ayna Adam
Mama Kandung Kirana?
Selama ini Mama Kirana pergi kemana ya?
Sampai tega ninggalin Kirana tinggal dengan Mama Tiri dan Saudara Tiri yg licik dan kejam
Ikaaa1605
Mama siapa yaaa kira2
Daplun Kiwil
alaaa maaaa,, penasaran
Fitria Syafei
waduh mama? mama Kirana? mama cantik pinisirin 🤭
nuraeinieni
aq suka baca,ceritanya bagus dan keren,,,,👍👍👍
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!