Aryani Faizah yang sedang hamil tua mengalami kecelakaan tertabrak mobil hingga bayi yang ia kandung tidak bisa diselamatkan.
Sang suami yang bernama Ahsan bukan menghibur justru menceraikan Aryani Faizah karena dianggap tidak bisa menjaga bayinya. Aryani ditinggalkan begitu saja padahal tidak mempunyai uang untuk membayar rumah sakit.
Datang pria kaya yang bernama Barra bersedia menanggung biaya rumah sakit, bahkan memberi gaji setiap bulan, asalkan Aryani bersedia menjadi ibu susu bagi kedua bayinya yang kembar.
Apakah Aryani akan menerima tawaran tuan Bara? Jika mau, bagaimana kisah selanjutnya? Kita ikuti yuk.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Buna Seta, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 3
Faizah berusaha untuk tidak menangis di depan Ahsan dan wanita barunya. Bohong, jika Faiz tidak merasa cemburu, karena selama tujuh tahun selalu tinggal satu atap, walaupun diperlakukan tidak baik.
Faizah tidak mau ribut yang hanya akan membuang waktu, karena harus cepat kembali ke rumah sakit. Kakinya berjalan cepat hendak ambil pakaian ke kamar yang seminggu lalu masih dia tiduri.
Namun, sebelum membuka lemari, Faiz membuka laci di mana sertifikat tanah ia simpan beberapa waktu yang lalu. Matanya menoleh ke belakang tidak ada siapapun, kemudian memasukkan sertifikat ke dalam daster. Bukannya apa-apa, tapi Faiz khawatir jika Ahsan menjual rumah itu lalu kabur, Faizah tidak akan mendapat apa-apa.
"Heh, mau apa kamu masuk ke kamar kami?" Ahsan akhirnya tiba di kamar, bersama istri barunya.
Namun, Faizah tidak menjawab, dia membuka lemari pakaian, tapi dadanya sesak ketika isi lemarinya sudah diganti dengan pakaian milik orang lain.
"Mana baju saya?!" Tandas Faizah, kali ini matanya mengembun karena Ahsan sudah keterlaluan.
"Sudah saya buang ke tempat sampah, jika kamu mau, korek-korek saja tempat sampah di luar sana." Ahsan lagi-lagi tertawa diikuti istri barunya.
"Keterlaluan kamu Bang, jika suatu saat nanti saya punya uang, akan mengambil jatah gono gini saya" Faizah benar-benar sudah hilang kesabaran.
"Hahaha... wanita pengangguran sepertimu dari mana mau dapat uang untuk menyewa pengacara." Ahsan tertawa meremehkan. "Sudahlah Faiz, kamu itu cocoknya menjadi gelandangan di luar sana." Lanjut Ahsan tidak punya perasaan.
Faizah tidak lagi menjawab, ia hendak keluar kamar, tapi langkahnya berhenti ketika tatapan matanya tertuju ke tangan wanita di sebelah Ahsan. Istri Ahsan rupanya menggunakan hape miliknya. Faiz tidak mau pulang tanpa sesuatu, lalu merebut handphone tersebut dengan mudah.
"Mas, hape aku..." istri Ahsan merengek manja.
Ahsan pun mengejar Faizah hendak merebut handphone, tapi secepatnya Faizah menarik kunci pintu depan dan menguncinya dari luar.
"Selamat bersenang-senang" ujar Faizah dari luar. Dia bawa kunci pintu, tidak peduli bagaimana caranya dua orang di dalam sana keluar. Sekarang sudah saatnya ia berontak, karena sudah terlalu sakit hati selama ini.
Faizah berhenti ketika melewati tempat sampah, kemudian memperhatikan apa benar kata-kata Ahsan jika pakaiannya dibuang.
"Astagfirullah..." Faizah tidak bisa untuk tidak menangis ketika melihat pakaiannya yang sudah campur dengan sampah busuk. Ia sedih, entah bagaimana nanti dia ganti pakaian, karena hanya daster yang melekat di badan yang ia punya. Itupun entah siapa yang mengganti ketika kecelakaan seminggu yang lalu.
"Hati-hati kamu Ahsan, Allah tidak tidur" Faizah menarik napas panjang. Ia memeriksa handphone hendak memesan ojek, bagusnya pasword belum diganti oleh istri Ahsan.
Setelah memesan ojek, Faiz menunggu dengan perasaan khawatir, jika Ahsan bisa keluar lalu berbuat ulah.
Allah melindungi Faizah, tidak lama kemudian ojek pun tiba.
"Mbak Aryani Faizah, bukan?" Tanya ojek yang sudah membuka helm.
"Benar Bang" Faiz menggunakan helm yang di sodorkan ojek, selanjutnya ojek berangkat hingga tiba di tempat yang dituju.
"Tidak ada kembalinya Mbak." kata ojek ketika Faizah menyerahkan uang 100 ribu.
"Yaah... terus..." Faiz tentu tidak akan memberikan uang itu semua, sebab sisanya untuk membeli keperluan lain. Faizah minta ojek untuk menunggu, lalu ke warung sebelah rumah sakit membeli perlengkapan mandi, tidak lama kembali membawa kantong plastik, selanjutnya membayar ojek yang seharusnya delapan belas ribu, ia bayar dua puluh.
Ketika berjalan ke ruangan si kembar, bekas Caesar terasa nyeri. Sebab, saat di rumahnya sampai lupa jika habis Caesar, berjalan terburu-buru menghindari kejaran Ahsan.
"Lama sekali Faiz" Barra menatap Faiz yang datang tidak membawa apapun menjadi curiga.
"Maaf Tuan" hanya itu jawaban Faizah, ia membungkuk ketika lewat di depan Bara karena khawatir si kembar menangis. Setelah melihat kembar masih tidur, Faiz mencuci tangan ke kamar mandi, sebelum si kembar bangun tangannya sudah bersih.
Faizah mengecek botol susu sudah kosong, sudah bisa dipastikan jika si kembar tadi bangun.
"Mana barang yang kamu ambil?" Barra tidak puas dengan kata 'maaf' lalu mendekat ke sebelah Faiz, tangannya menekan box.
"Baju-baju saya ternyata ada yang membuang Tuan." jawab Faiz memelas, ia sedih ketika ingatanya kembali ke tong sampah.
Barra tidak menjawab penuturan Faizah, ketika menatap mata Faiz sembab, lalu pergi begitu saja.
Faizah menatap kepergian Barra perasaannya seketika takut dan khawatir. "Kok malah pergi, jangan-jangan Tuan Barra marah." gumamnya, karena sudah diberi pekerjaan, tapi justru mengecewakan.
Faizah duduk di kursi mengecek bekas Caesar yang terasa nyeri, lalu minum obat. Siang ini sampai lupa.
"Oeeekk... Oeeek..."
Baru selesai terdengar bayi menangis, Faiz berdiri mendekati box. Kali ini hanya satu bayi yang bangun. "Sayang..." Faiz angkat bayi ke kursi mengajak bicara lalu menyusui sembari mengusap-usap kepala si bayi.
Faizah segera menutup aset dengan jilbab ketika pintu masuk ada yang membuka. Ia memandangi ke arah pintu Barra datang membawa banyak bawaan.
"Ini buat kamu Faiz" Barra meletakkan bawaan di atas meja.
"Apa itu Tuan? Kok banyak sekali." Faizah hanya bisa menatap barang dari jauh karena sedang menyusui.
"Baju buat kamu, nanti terus ganti ya. Baju kamu sampai kucel begitu" kata Barra perhatian lalu duduk tidak jauh dari Faiz.
Faizah memandangi lengan daster memang kucel. Namun begitu tidak bau, karena ketika menggunakan baju yang disediakan rumah sakit, Faiz menguceknya di kamar mandi.
Faizah melepas asetnya dari mulut bayi yang sudah bobo lalu menidurkan di box, kemudian kembali mengecek banyak paper bag.
"Terima kasih Tuan" Faizah kaget ketika mengecek paper bag, isinya pakaian berbeda model, dan muslim semua. Anehnya Barra sudah paham bagaimana seharusnya membeli pakaian untuk wanita yang menyusui. Kancing dan resleting bagian depan semua.
"Sudah, kamu ganti dulu sebelum Arrohman Arrohim bangun" titahnya. Ternyata si kembar diberi nama tersebut.
Faizah memilih salah satu baju, kali ini bukan daster lalu ke kamar mandi. Belum selesai ganti pakaian terdengar bayi menangis, Faiz cepat-cepat menyelesaikan kemudian ke luar.
"Biar saya beri asi Tuan" Faizah ambil alih Arrohman dari tangan Barra, setelah ambil tempat tersembunyi dia menyusui.
Waktu berganti sore, Faizah menggendong Arrohman, sementara Arrohim digendong Barra pulang ke rumah mewah.
Supir membuka kaca menekan remote pagar, setelah terbuka mobil mewah pun masuk ke halaman.
Kali ini gantian Bara yang menekan bel rumah, wanita muda membuka pintu lalu membungkuk menyilakan tuanya yang diikuti Faiz masuk.
"Sudah pulang?" Tanya wanita yang muncul dari kamar.
...~Bersambung~...
Bener kayanya ada mata² kira2 siapa ya
anda penasaraaaan???
samaaa aku jugaaa 🤣
ayooo trima faiz, jngan lama lama kalau mikir....
lanjut...
semangat...
terima ajaaa