“Semua saudara Oliver lelaki. Aku tak percaya jika gadis manis itu dititipkan pada pria.” — Arline Franklin
“Aku juga lelaki. Kau pikir aku ini wanita?!” — Arthur Franklin
Arthur Franklin. Pria dingin dan misterius itu sangat mencintai 3 hal dalam hidupnya. Pekerjaan, wanita dan alkohol. Sayangnya, Arline yang merupakan kakak kandungnya menitipkan anak tirinya, Hailey Owen kepada Arthur, si pria pecinta wanita.
Akankah gadis manis itu tetap aman saat berada di bawah pengawasan dan penjagaan Arthur? Atau … Hailey malah menjadi mangsa, seperti wanita lainnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sheninna Shen, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Apa Kau Yakin?
..."Kau begitu yakin dengan orang yang kau cintai. Tapi ... apa kau yakin, dia juga mencintaimu? Apa kau yakin dia setia saat tak bersamamu? Apa kau yakin, dia hanya bercinta dengan kau seorang?" — Arthur Franklin...
Cukup lama Arthur berdiam diri menerima ciuman dari Hailey. Bukan karena kaget. Ia hanya sengaja ingin melihat sejauh apa kemampuan yang gadis itu miliki.
Tapi sayang ... Arthur malah terbuai dan menikmati kelemahan Hailey dalam berciuman. Kelemahan gadis itu lah yang membuat ia bersemangat dan menjadi terpancing untuk menaklukkan Hailey.
Arthur meraih tengkuk dan menarik pinggul Hailey untuk menghapus jarak di antara mereka berdua. Kemudian ia mulai memimpin permainan.
"Kena kau pria tua!" Batin Hailey puas. Ia mendorong keras tubuh kekar Arthur karena ingin menyudahi ciuman tersebut.
Pagutan bibir mereka lepas dan menyisakan deruan nafas yang membara dari tubuh pria dewasa itu. Sementara Hailey? Ia tak bergairah sedikitpun. Pasalnya ia hanya ingin memberi pria itu pelajaran.
Hailey menatap Arthur dengan senyuman yang mengejek. "Kau kalah Arthur!"
"Katakan kalau aku tidak membosankan!" Imbuhnya menyuruh Arthur dengan tegas. Kemudian ia memutar tubuhnya dengan senyuman puas penuh kemenangan karena berhasil menaklukkan pria tua itu.
"Ah ... karena kau kalah, pulang saja sendiri. Aku tak mau tinggal di apartemenmu!"
Arthur mengikuti langkah Hailey dan membalikkan tubuh gadis itu agar menghadap ke arahnya. Kemudian ia meraih tengkuk Hailey dengan seringai tajam yang cukup membuat Hailey bergidik. "Kau tahu ... aku tak suka melakukan sesuatu setengah-setengah."
"Hei! Tadi itu hanya sebuah pembuktian! Pembuktian kalau— ... hmphhh!!!"
Arthur membungkam bibir Hailey mengikuti nalurinya yang sudah mulai membara. Pria itu membuat Hailey terbelalak tak menyangka.
"Bukan ini yang ku inginkan!" Batin Hailey sambil mencoba meronta-ronta.
Arthur terus menggila. Ia membawa kedua tubuh mereka berada di atas ranjang dengan kedua kaki Hailey yang menggantung di sisi ranjang. Kedua tangan Hailey yang sejak tadi tak bisa diam, ia bawa ke atas dan menguncinya dengan tangan kiri. Sementara satu tangan lagi mulai bermain dengan dua bukit yang masih tertutup kaos yang Hailey kenakan.
Arthur menurunkan bibirnya menuju ke dagu gadis itu menuju ke leher. Kemudian ia bermain dengan leher jenjang milik gadis itu.
"Arthur ... lepaskan. Aku sedang sakit."
"Kau tidak melakukan apa-apa. Terima saja kenikmatan yang aku berikan."
Arthur menyibak ke atas kaos biru muda yang gadis itu kenakan. Terlihat dua buah harta karun milik Hailey yang masih segar.
Sesaat, Arthur terkekeh pelan. "Sepertinya mantan-mantanmu masih amatir."
Hailey mengerutkan keningnya menatap ke arah Arthur. Ia tak mengerti dengan apa yang pria itu katakan. "Apa maksudmu?"
Arthur menyibak kain yang menutupi d4d4 gadis itu. Menampakkan dua buah benda yang cukup membuat Arthur menelan paksa salivanya berulang kali.
"Benda seindah ini masih utuh. Jelas sekali dia tak tahu seperti apa bermain dengan benar," terang Arthur sambil mendaratkan bibirnya ke tubuh Hailey.
"Argh!" Hailey terbelalak. Sekujur tubuhnya mendadak tersentak begitu merasakan hangatnya bibir pria itu mendarat ke tubuhnya. Terlebih lagi saat bibir itu mulai bekerja keras memberikan kenikmatan baginya.
"Kau kalah Arthur! Lepaskan!"
Hailey terus meronta-ronta sementara tangan Arthur perlahan turun ke bawah dan menyapa lembut benda lembut di bawah sana. Meskipun jarinya masih belum masuk, tapi ia dapat merasakan milik gadis itu basah.
"Ck! Kau meronta-ronta, tapi di sini basah," ledek Arthur sambil mengangkat wajahnya menatap lekat ke arah Hailey.
Hailey terdiam sesaat dengan penuh rasa kesal. Ia menatap mata biru itu dengan sangat dalam. "Kau tahu, kau berhasil membuatku menikmati pemanasan ini."
"Tapi Arthur ... aku tak ingin bercinta denganmu."
"Kenapa?" Tanya Arthur penasaran. "Wanita lain berlomba-lomba ingin bercinta denganku."
"Karena aku bukan mereka," terang Hailey dengan tegas. "Aku hanya bercinta dengan pria yang aku cintai."
Arthur melonggarkan genggamannya dan Hailey melepaskan diri dari Arthur.
"Kau begitu yakin dengan orang yang kau cintai," lirih Arthur sambil menghela nafasnya. "Tapi ... apa kau yakin, dia juga mencintaimu?"
"Apa kau yakin dia setia saat tak bersamamu? Apa kau yakin, dia hanya bercinta dengan kau seorang?" Imbuhnya dengan sorot mata yang kosong.
Hailey terdiam. Ucapan Arthur membuatnya terhenyak seketika. Pasalnya, apa yang Arthur tanyakan, membuat ia teringat pada Adam.
"Apa kau yakin dia setia saat tak bersamamu?"
"Tidak, dia tidak setia saat aku tak bersamanya," batin Hailey menjawab saat pertanyaan Arthur kembali terngiang di kepalanya.
"Apa kau yakin, dia hanya bercinta dengan kau seorang?"
"Tidak. Dia bahkan bercinta dengan teman dekatku," kembali Hailey menjawab sendiri pertanyaan Arthur tadi.
"Kenapa diam?" Arthur membuat Hailey tersentak.
Gadis yang saat ini berdiri tepat di depan Arthur yang sedang duduk di sisi ranjang, ia menatap Arthur dengan dahi yang mengkerut.
"Hari ini kau terlalu banyak bicara Arthur," rutuk Hailey sambil mengeram mengepalkan tinjunya.
Arthur bangkit dari duduknya dan lanjut mengemaskan pakaian Hailey. Dengan wajahnya yang datar, pria itu mengakatan sebuah kalimat yang sangat dalam dan memiliki makna tersirat.
"Ternyata kau tidak yakin padanya. Lantas, untuk apa kau setia?"
...🌸...
Sore hari menjelang malam, setelah kalah berdebat dengan Arthur, akhirnya Hailey mengikuti pria itu ke apartemen. Tentu saja mereka berada di atap yang sama untuk beberapa hari ke depan.
Saat di lobby, sebelum lift tertutup, Isabella menahan lift tersebut. Ia melihat Arthur dan seorang gadis dengan sebuah koper besar.
"Hai," sapa Isabella sambil melambaikan tangannya ke arah Arthur.
Wanita berambut hitam legam dengan mata coklat dan hidung bangir. Mata almond dengan dandanan yang sedikit tebal itu menatap ke arah Arthur sambil tersenyum.
"Sejam aku di sini. Dan kau tak mengangkat telfonku?"
"Ponselku mati. Seharian aku di rumah sakit karena menjaganya di sana," jawab Arthur datar.
Isabella masuk ke dalam lift dan berdiri di samping Arthur. Ia menatap Hailey dari ujung kepala hingga ujung kaki. "Dia ...."
"Keponakanku dari Jerman," ucap Arthur lagi.
Isabella mengangguk pelan. Kemudian ia tersenyum ramah ke arah Hailey. Hailey pun membalas senyuman itu dengan paksa.
"Apa tak masalah jika ada dia di apartemen?" Bisik Isabella yang hampir terdengar oleh Hailey.
Arthur menyeringai tipis. "Biarkan saja. Dia sudah dewasa. Biar dia belajar, dewasa itu seperti apa."
Ting!
Pintu lift pun terbuka.
Hailey dan Arthur keluar. Pria itu membawa koper besar bersamanya. Sementara Isabella? Wanita dengan dress coklat dipadukan jaket cream, ia hanya menatap punggung Arthur tanpa beranjak sedikitpun dari lift.
Arthur menyadari itu. Ia pun menoleh ke belakang ke arah Isabella.
"Sepertinya, janji kita hari ini ditunda dulu," ucap Isabella sambil melambaikan tangannya. "Aku tak bisa bersenang-senang di saat Nona itu sendirian."
"Nona cantik ... lekas sembuh ya," imbuhnya sambil tersenyum.
...🌸...
...🌸...
...🌸...
...Bersambung .......
😀😀😀❤❤❤❤
buaya dikadalin..
❤❤❤❤❤❤❤
daripada dutusuk dari belakang...
dan kenapa Arthur yang cuek bisa penarasan dengan Hailey krna itu tentang kau Hailey...perempuan yg sebenarnya Arthur cintai