Sofia Ariadne seorang wanita cantik, mandiri dan kuat, terjebak dalam permainan taruhan yang dibuat oleh Alessandro Calvin Del Piero, seorang mafia playboy, tampan dan berkuasa.
Ketika Sofia mengetahui dirinya hamil benih dari Alessandro, dia harus menghadapi ancaman dari musuh Alessandro yang ingin menggunakan bayi itu sebagai alat untuk menghancurkan Alessandro.
Namun, Sofia yang tidak ingin terlibat lagi dengan Alessandro memilih untuk melarikan diri sejauh mungkin. Meskipun harus menjalani susahnya hidup dengan kehamilan tanpa adanya pasangan.
Bagaimana kelanjutan kisah percintaan antara Sofia dan Alessandro yang penuh dengan intrik serta konflik etika. Yuk, kepoin terus ceritanya hanya di Noveltoon. Update setiap hari.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Erchapram, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kamu Pemiliknya
Di sebuah kamar mewah bernuansa hitam abu-abu, Sofia yang kesadarannya hampir menghilang menggeliat kala sebuah ciuman melumat kasar bibirnya.
Samar terlihat wajah seorang pria yang telah menorehkan luka di dalam hatinya ada di hadapannya. Sofia tidak mampu menolak sentuhan dari pria itu. Dalam kepasrahan, Sofia mengutuk kebodohannya saat ini.
"Kau tahu Sofia, sejak hari itu aku tak lagi bisa menyentuh wanita selain dirimu. Dan kau tau kenapa aku membencimu. Karena kau telah mengkhianati cintaku. Tapi hari ini, demi kekuasaan aku akan membuatmu hamil anakku."
Sofia hanya bisa mendengar tanpa bisa melawan. Tenaganya benar-benar habis, diambang batas kesadarannya Sofia mengeram karna milik pria itu menghujamnya dengan sangat brutal. Seolah sang pria sedang melampiaskan rasa yang bercampur aduk di hatinya. Marah, benci, rindu, dan takut menjadi satu. Hentakan demi hentakan, tak terasa hampir tiga jam mereka melakukan penyatuan. Lebih tepatnya, sang pria meng gauli dengan paksa demi sebuah tantangan untuknya.
Karena kelelahan, mereka tertidur bersama dengan saling berpelukan. Hingga pagi menjelang, Sofia yang terbangun lebih dulu memegang kepalanya yang masih terasa pening. Memandang sekeliling, Sofia sadar jika ini bukan rumahnya.
"Di mana aku tidur semalam, apakah Naren sewa apartemen untukku?" Gumam Sofia tanpa sadar tangannya meraba sesuatu yang terasa keras.
Deg
Jantung Sofia berdetak sangat cepat, kala netranya melihat ada seorang pria te lan jang seperti dirinya berada di ranjang yang sama. Meskipun bukan pertama bagi Sofia tapi sejak hari dia dicampakkan bagai sepah manis dibuang, Sofia sudah berjanji untuk tidak pernah mau disentuh pria manapun sebelum ada ikatan pernikahan.
"SIAPA KAMU?" Teriak Sofia nyaring.
"Kamu baru bangun Sofia?" Jawab pria itu tanpa membuka mata.
Deg
"Suara itu..." Ya, Sofia mengingatnya. Suara pria yang ingin dia lupakan tapi terasa sulit.
"Mandilah, setelah itu kita bicara sebentar sebelum aku mengantarmu pulang."
Sambil menutupi tubuh dengan selimut, Sofia masuk ke kamar mandi.
Setelah memastikan wanitanya hilang dibalik pintu kamar mandi, pria itu membuka mata perlahan. Duduk bersandar pada dashboard ranjang, dia berulang kali mengusap kasar wajahnya sendiri.
Inilah yang selalu dia takutkan jika berada di dekat Sofia. Tidak bisa mengendalikan dirinya sendiri, karena hasrat ber cinta yang selalu tiba-tiba melambung tinggi.
Tapi dia selalu gagal ber cinta dengan wanita lain. Miliknya tidak bereaksi, seolah terkena kutukan.
Krieettt... Pintu kamar mandi dibuka dari dalam, terlihat Sofia sudah segar dengan pakaian yang sama. Menatap tajam pria yang tidak hanya melukainya di masa lalu. Tapi kini juga telah melecehkannya disaat dia dalam pengaruh alkohol.
"Kenapa kamu lakukan itu Alessandro? Tidak cukupkah dulu aku memberikan dengan cuma-cuma kesucianku setelahnya kamu buang aku bagaikan sampah."
"Ini cek kosong, tulis saja berapa yang kamu mau. Sebagai kompensasi jika kamu hamil anakku. Ingat, jangan pernah berfikir untuk menggugurkannya. Atau aku akan melenyapkan nyawamu." Ucap Alessandro penuh ancaman.
"Kamu pikir aku takut mati? TIDAK! Bahkan jika detik ini kamu ingin membunuhku, maka lakukanlah."
"Pergilah sekarang Sofia, sebelum aku benar-benar menarik pelatuk pistol ini." Ucap Alessandro sambil menodongkan sepucuk pistol di kening Sofia.
Tanpa mengambil cek yang diberikan oleh Alessandro, Sofia pergi meninggalkan kamar dengan penuh api amarah.
Sementara Alessandro menatap dingin kertas putih yang masih kosong kolom nominalnya. Pria itu tersenyum miring.
"Kamu pikir, dengan menolak cek ini harga dirimu terlihat mahal di mataku Sofia?" Gumam Alessandro.
Sofia menuruni gedung apartemen dengan wajah datar. Pikirannya melayang mengingat perkataan Alessandro yang menginginkannya hamil.
"Apa yang ada di otaknya?"
"Aku harus ke apotek untuk membeli pil kontra sepsi, semoga masih belum terlambat. Jika dulu aku tidak hamil, karena waktu itu aku tidak dalam masa subur. Tapi sekarang, aku tidak yakin bisa lolos. Dan aku tidak mau hamil, terlebih harus mengandung benih pria breng sek sepertinya. Penjajah wanita." Gumam Sofia.
Beberapa saat kemudian, Sofia tiba di rumahnya. Rumah peninggalan keluarganya. Sofia tinggal sendiri, karena seluruh keluarga yang dia punya telah habis dibantai mafia. Kakek, nenek, ayah, ibu dan adiknya yang masih bayi, Sofia temukan telah bersimbah darah di rumah ini. Sedangkan dia selamat, karena hari itu menginap di rumah Naren.
Dulu Sofia tidak tahu apa kesalahan keluarganya hingga menjadi sasaran kebrutalan mafia. Tapi sebuah buku tebal nan lusuh yang dia temukan di gudang belakang rumah telah memberikan gambaran mengenai keterlibatan keluarganya dengan para mafia itu.
Sejak saat itu, Sofia diam-diam mempelajari ilmu bela diri dan cara menggunakan bermacam senjata.
Tapi, semua kemampuannya itu masih dia simpan rapat. Hingga tiba waktunya, Sofia akan menggunakannya untuk membalas dendan kematian seluruh keluarganya.
"Naren, segera datang ke rumah. Aku tunggu." Ucap Sofia datar.
Rumah Naren terletak di komplek sebelah, tapi butuh waktu untuk sampai karena jalan yang memutar.
"Ada apa Sofia, sepertinya penting."
"Kenapa kamu membiarkan pria breng sek itu membawaku pergi?" Tanyanya.
"Aku mana berani melawan, dia menodongkan senjata api pada kami. Bahkan Brian terdiam karena ketakutan." Jawab Naren merasa ngeri mengingatnya.
"Kamu tahu apa yang sudah dia lakukan padaku semalam? Dia kembali melakukannya, setelah itu dia memberikan aku selembar cek kosong."
"Dia bilang sebagai kompensasi jika aku hamil. Dia juga mengancam akan membunuhku jika aku berniat menggugurkannya nanti. Aku jadi bingung siapa dia di hidupku, mengapa jadi mengatur aku sedemikian egoisnya."
"Lalu, apa yang akan kamu lakukan sekarang Sofia. Jujur aku takut, aura membunuh dari pria itu sangat kuat." Ucap Naren.
"Tadi aku sudah mampir ke apotek dan membeli pil ini. Semoga bisa membuat aku tidak hamil. Aku akan sangat membenci bayi ini jika dia tumbuh."
"Bayi itu tidak bersalah Sofia, jikalau dia benar-benar hidup di dalam rahimmu. Sayangi dia, karena dia darah dagingmu sendiri. Mungkin akan menjadi penolong hidupmu."
"Entahlah, semoga saja pil ini bermanfaat." Dan detik itu Sofia menelan beberapa pil kontra sepsi.
Sedangkan Alessandro sudah kembali ke mansion. Dia segera menemui kakeknya untuk memberikan bukti jika dia sudah berhasil meng gauli Sofia.
"Kakek, tonton video ini. Kamu akan melihat betapa gagah cucumu ini saat memacu tubuh Sofia."
"Kamu melakukannya saat dia dalam pengaruh alkohol, seharusnya aku mendiskualifikasi usahamu. Tapi mengingat kemungkinan benihmu akan segera tumbuh. Aku memaklumi tindakan pengecutmu itu." Ucap kakek.
"Terserah kakek, ingat jangan pernah mencoba ingkar janji." Ucap Alessandro kemudian melangkah menuju kamar pribadinya.
"Kamu begitu keras pada Sofia, sebenarnya apa yang aku lewatkan."
Saat ini Alessandro sedang termenung dengan pandangan kosong, ada luka yang sengaja dia tutupi. Mencengkeram kuat besi pembatas balkon, pikirannya menerawang jauh ke masa lalu.
ayo lanjut lagi, thor.