NovelToon NovelToon
Verrint

Verrint

Status: sedang berlangsung
Genre:Teen / Cintapertama / Teen School/College / Kehidupan di Sekolah/Kampus
Popularitas:1.3k
Nilai: 5
Nama Author: Nisa Fadlilah

Verrint adalah seorang gadis SMA yang bertemu kembali dengan cinta pertamanya melalui reuni bernama Izan. Tetapi Verrint tidak bisa bersama karena pria yang dia sukai telah mempunyai pacar. Verrint tiba-tiba menjadi teman baik dari pacar Izan. Agar menghindari kecurigaan, Verrint pura-pura pacaran dengan sahabatanya Dewo.
Akhirnya paca Izan tau jika Verrint dan Izan saling mencintai. Pacar Izan kecelakaan lalu meninggal. Izan menghilang, Dewo dan Verrint akhirnya resmi pacaran. Tiba-tiba Izan kembali dan mengutarakan isi hatinya pada Verrint.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nisa Fadlilah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 19

Sebuah mobil berhenti di depan sebuah rumah besar. Tak lama seorang gadis turun dari dalam mobil itu. Tanpa pikir panjang lagi Mia pun langsung meninggalkan mobil itu setelah berpamitan pada penumpang lain yang ada di dalam mobil itu. “Anterin mereka sampe ke rumahnya yah Zan!” pesan Mia setelah dia mencium pipi Izan dan kemudian masuk ke dalam rumah megahnya itu.

     Izan yang duduk di depan stir hanya bisa mengiyakan keinginan Mia dengan menganggukkan kepalanya. Izan pun langsung melaju dengan mobil kakak tersayangnya itu menuju ke perhentian berikutnya, yaitu rumah Dewo. Dari rumah Mia, rumah Dewo memang lebih dekat di bandingkan dengan rumah Verrint. Lima belas menit kemudian mobil yang dikendarai Izan pun berhenti di depan sebuah rumah. Dan itu tandanya Dewo sudah harus meninggalkan kendaraan yang mengangkutnya.

     “Ati-ati yah Zan, bawa Irrint sampe rumahnya!” ucap Dewo sebelum masuk ke dalam rumahnya.

     “Tenang aja Wo, gue bakalan anterin Irrint sampe rumahnya dengan selamat.” Jawab Izan melegakan.

     Setelah Verrint pindah ke tempat duduk ke sebelah Izan, mobil itu pun langsung melaju ke perhentian selanjutnya, yaitu tentu saja rumah Verrint. Di dalam mobil Izan dan Verrint tidak berbicara sepatah kata pun. Hanya sebuah lagu yang menemani kebisuan mereka. Sepertinya mereka kehabisan kata-kata untuk saling berbicara. Atau memang tidak ada yang perlu dibicarakan diantara mereka.

     Tak terasa mobil yang dikendarai oleh Izan telah sampai pada tempa tujuan mereka. Verrint yang sejak tadi melamun tidak menyadari kalau mobil yang ditumpanginya telah berhenti tepat di depan rumahnya. “Rint, udah sampe nih.” Ucap Izan mengagetkan Verrint yang sedang melamun.

     “Hah... oh, udah sampe yah.” Jawab Verrint kaget.

     “Kamu ngelamun yah?” tanya Izan menerka-nerka.

     “E...enggak kok.”

     “Trus kalo gak ngelamun apa namanya, bengong?”

     Verrint tersenyum mendengar ucapan Izan.

     “Ngelamunin apa sih?”

     “Gak kok, aku gak ngelamunin apa-apa. Aku Cuma menikmati perjalanan aja.”

     “Oh, jadi kamu nikmatin perjalanan kamu bareng aku?” tanya Izan menggoda.

     “Bukan gitu, aku Cuma...”

     “Gak usah dipikirin kali Rint!”

     Verrint hanya tersenyum. “Oh iya, sorry yah soal yang tadi.” Ucap Verrint kemudian.

     “Yang tadi yang mana?”

     “Tangan kamu, gak pa-pa kan?”

     “Oh... ini. Gak kok gak pa-pa, Cuma memar dikit doang.” Jawab Izan sambil menunjukkan bekas cengkaram kuku di tangannya.

     “Ya ampun, itu sih bukan sedikit, tapi udah luka.” Ucap Verrint merasa bersalah. “Ya udah, aku obatin dulu yuk!” ucap Verrint.

     “Gak usah Rint, tar juga sembuh sendiri.”

     “Gak bisa Zan, ini harus diobatin, entar infeksi. Turun yuk!”

     “Tapi Rint...”

     “Udah, yuk turun!” ajak Verrint.

     Izan yang awalnya menolak sebenarnya bahagia di ajak turun oleh Verrint. Itu berarti Izan dan Verrint akan lebih lama berdua. Luka yang dibuat oleh Verrint di tangan Izan ternyata membuahkan keberuntungan bagi Izan. Luka yang tidak seberapa itu ternyata bisa membuat Verrint peduli dan perhatian pada Izan. Tapi sudah sewajarnya Verrint berlaku seperti itu, karena penyebab luka di tangan Izan adalah Verrint sendiri.

     Verrint dan Izan kemudian memasuki rumah Verrint. Izan pun kemudian duduk di sova ruang tengah rumah itu, sementara Verrint membuatkan minuman untuk Izan dan mengambil kotak P3K untuk mengobati luka Izan. Verrint kemudian duduk di samping Izan, tangan Verrint lalu menggapai tangan Izan yang terluka itu. Tak lama Verrint langsung beraksi mengobati luka Izan. Verrint telah berlaku selayaknya seorang suster, dia begitu serius mengobati luka di tangan Izan.

     Verrint pun membasuh luka Izan dengan handuk yang telah dibasahi oleh air hangat untuk membersihkan lukanya terlebih dulu. Kemudian Verrint mengambil alkohol dan sebuah kapas kemudian mengoleskannya pada luka itu.

    “Aaauuw...” Izan pun sedikit meringis.

    “Eh, sorry, sorry. Perih yah?” tanya Verrint yang kaget mendengar ringisan Izan.

    “Nggak kok, terusin aja.” Jawab Izan sambil nyengir.

    “Sorry yah!” ucap Verrint sambil kembali mengoleskan alkohol pada tangan Izan.

    “Kamu tinggal sendiri disini?” tanya Izan tiba-tiba.

    “Nggak, aku tinggal bedua kok.” Jawab Verrint sambil tersenyum.

    “Sama siapa, kok gak keliatan orangnya?”

    “Bukan orang.”

    “Hah?” ucap Izan kaget.

    “Aku tinggal sama Lucky.”

    “Siapa tuh?”

    “Kucing aku.” Jawab Verrint santai. “Selain sama Lucky sebenernya aku tinggal sama mbak Yunar, tapi dia lagi pulang kampung sebentar, adiknya sakit. Besok juga dia udah balik.” Sambungnya.

    “Oh...” jawab Izan sekenanya. “Kamu punya cita-cita jadi dokter yah?” tanya Izan kemudian.

    “Gak juga.” Jawab Verrint. “Emangnya kenapa, kok kamu bisa nanya kayak gitu?” sambung Verrint.

    “Soalnya kamu apik banget ngobatin luka aku.”

    “Bukan apik, ini tanggung jawab.” Jawab Verrint. “Soalnya aku yang udah buat luka ini.” Sambung Verrint.

    “Kamu tanggung jawab karena udah buat luka di tangan aku. Gimana kalo hati aku yang luka?” tanya Izan sambil menatap mata Verrint.

    Verrint tertegun mendengar ucapan Izan. “Maksud kamu apa?” tanya Verrint bingung.

    Izan hanya tersenyum dan Verrint memandang wajah Izan dengan perasaan aneh. Verrint pun kemudian menggelengkan kepalanya dan kembali mengobati luka di tangan Izan lagi. “Nih udah.” Ucap Verrint sambil menempel plester di tangan Izan yang luka tadi.

    “Makasih yah Rint.” Ucap Izan.

    “Ini udah tanggung jawab aku kok, jadi gak usah bilang terima kasih. Harusnya aku yang bilang makasih, soalnya kamu gak marah waktu aku buat tangan kamu kayak gini.”

    “Kayaknya udah lama banget yah kita gak ngobrol kayak gini?” tanya Izan mengenang masa mereka satu sekolah dulu.

    “Iyalah, orang kita udah ampir dua taun gak ketemu.”

    Mereka pun kemudian tertawa berdua mengenang masa lalu mereka yang cukup aneh. Dulu mereka sempat akrab, tapi setelah mereka saling mengetahui perasaan mereka masing-masing hubungan mereka menjadi renggang, entah apa sebabnya. Tiba-tiba saja Verrint menjauhkan diri dari Izan, dan Izan pun secara otomatis mengikutinya. Tapi setelah dua tahun tidak bertemu keakraban itu bisa kembali lagi walaupun setelah mereka mendapat masalah terlebih dahulu. Dan mereka cukup menikmati semua itu saat ini.

***

Sebuah mobil memasuki halaman sebuah rumah besar. Kemudian seseorang keluar dari dalam mobil tersebut dan langsung memasuki rumah besar itu. Izan berjalan masuk ke dalam rumahnya dengan wajah yang berseri-seri. Zean yang sedang asik menontoh televisi terusik dengan kedatangan adiknya itu.

     Izan kemudian melempar kunci mobil yang berada di tangannya itu pada kakaknya yang duduk santai di sova. “Thank you.” Ucap Izan girang.

    “Tumben girang banget, biasanya juga lo manyun kalo abis jalan sama cewek lo.” Ucap Zean aneh melihat tingkah adiknya itu.

    “Emangnya kenapa kalo gue girang, gak boleh?” tanya Izan.

    “Enggak, Cuma aneh aja gue. Udah mulai jatuh cinta lagi lo sama Mia?”

    “Enggak.”

    “Terus?”

    “Mau tau aja lo.”

    “Bukannya gue pengen tau, tapi gue kasian aja ama lo kalo lo ampe jatuh cinta lagi sama tuh nenek lampir.”

    “Gue bukan seneng gara-gara gue abis jalan sama Mia, tapi ternyata gue double date sama Irrint.”

    “Irrint?” tanya Zean.

    “Iya Irrint.”

    “Trus dia sama cowoknya?”

    “Iyalah, namanya juga double date.”

    “Trus yang bikin lo seneng sebelah mananya, dodol?”

    “Awalnya sih gue emang sempet bete, tapi tadi gue abis dari rumah Irrint.”

    “Ngapain?”

    “Dia ngobatin tangan gue yang luka gara-gara dia cakar plus cubit.”

    “Kok bisa?”

    Dengan semangat menggebu Izan menceritakan kegembiraannya pada kakaknya itu. Kegembiraan Izan semakin melambung saat dia menceritakan semua hal yang telah terjadi pada kakaknya itu. Tidak pernah Izan merasa sebahagia ini apabila dia sedang bersama dengan Mia. Kebersamaan yang ditimbulkan terasa berbeda, mungkin karena ada sesuatu yang dirasakan oleh Izan dan Verrint. Sudah lama Izan tidak merasakan kebahagiaan seperti ini lagi. Setelah tiga tahun Izan baru bisa merasakannya kembali.

     Dari dulu hingga kini Izan memang masih mencintai Verrint, tapi keinginan Izan untuk bisa bersama Verrint tertunda. Izan masih belum bisa mewujudkan keinginannya karena terhalang oleh Mia. Entah bagaimana caranya Izan dan Verrint bisa bersama, padahal saat ini Izan dan Verrint telah bertemu kembali bahkan telah dekat kembali. Tapi kedekatan ini hanya bisa dirasakan Izan di dalam hatinya, Izan tidak bisa merasakan kedekatan yang berarti saat ini. Kedekatan saat ini hanya kedekatan semata, tanpa embel-embel apapun dan tidak bisa di masuki rasa cinta di dalamnya.

     “Oh, jadi sekarang lo terang-terangan selingkuh sama Irrint?” tanya Zean menggoda adiknya.

    “Ya enggaklah, biar gue deket sama Irrint bukan berarti gue selingkuh.”

    “Trus, apa namanya bertamu ke rumah cewek lain malem-malem?”

    “Ah, elo mah gak bisa diajak curhat, malah mojokin gue.” Ucap Izan dan kemudian meninggalkan kakaknya.

    “Hahahaha....” Zean pun tertawa geli melihat tingkah adiknya yang terkadang aneh itu. “Woi, mau kemana lo?” tanya Zean sambil menertawankan adiknya.

     “Diem lo, gak lucu tau gak.” Ucap Izan sambil ngeloyor ke kamarnya.

     Zean pun semakin keras menertawakan adiknya yang moodnya sedang naik turun.

***

Izan kemudian menghidupkan laptonya yang berada di atas meja belajarnya. Izan pun kemudian memutar sebuah lagu dari dalam leptop tersebut. Tak lama terdengar samar-samar sebuah lagu terlantun dari laptop miliknya.

Menatap indahnya senyuman di wajahmu

Membuatku terdiam dan terpaku

     Ternyata lantunan musik tersebut adalah lagu ungu yang berjudul ‘tercipta untukku’. Mungkin lagu ini mewakili perasaan Izan pada Verrint.

Banyak kata yang tak mampu ku ungkapkan kepada dirimu

Aku ingin engkau slalu

Hadir dan temani aku

Di setiap langkah yang meyakiniku

Kau tercipta untukku

Meski waktu akan mampu

Memanggil s’luruh ragaku

Ku ingin kau tau ku slalu milikmu

Yang mencintaimu spanjang hidupku

     Izan menikmanti lagu itu dengan penuh penghayatan dalam hatinya. Izan pun yakin kalau Verrint memang benar-benar tercipta untuknya. Walaupun itu masih dalam angannya, tapi Izan tau pasti kalau Verrint pun merasakan hal yang sama padanya.

     “WOI, ngayal aja lo.” Tiba-tiba Zean membuka pintu kamar Izan dan langsung mengagetkan Izan yang sedang asik-asiknya berada dalam khayalannya. “Heh inget, lo udah punya cewek, hahaha...” sambung kakaknya.

    “Euh... ganggu aja lo.” Ucap Izan sewot.

     “Heh Zan, jangan kebanyakan ngayal tar gila baru nyaho lo.” Ucap Zean menggoda adiknya yang hampir gila.

     “Berisik!” teriak Izan pada kakaknya yang tidak henti-hentinya menggoda Izan.

     “Makanya kalo pengen punya cewek lagi jangan janji-janji sama cewek lo.” Ucap Zean sebelum meninggalkan kamar Izan.

     Kali ini Izan hanya terdiam mendengar kata-kata Zean. Sepertinya Izan telah menyesal dengan apa yang pernah dia lakukan dulu pada Mia. Di sisi lain Izan tidak tega melihat Mia mengemis cinta pada Izan. Tapi di sisi lain Izan mencintai gadis lain sejak dia kelas satu SMA dulu. Izan telah kepalang menerima Mia kembali, dan dia hanya bisa menyesali semuanya sekarang. Izan hanya bisa menunggu takdir yang entah akan membawanya kemana.

     Saat ini Izan hanya bisa menerima jalan yang telah di berikan Tuhan padanya. Seburuk apapun jalan yang ditempuhnya Izan akan berusaha menerimanya, walaupun itu menyesakkan untuknya. Izan yakin suatu saat Tuhan akan memberikan yang terbaik untuknya.

***

“Aku salah gak yah ngelakuin ini?” tanya Verrint dalam hatinya. Verrint melamun di atas ranjangnya yang empuk dan di temani oleh Lucky kucing kesayangannya. “Ky, aku salah gak yah ngelakuin ini?” tanya Verrint lagi, tapi kali ini pertanyaan itu ditujukan pada kucingnya. Lucky yang tak mengerti ucapan Verrint hanya diam saja di samping Verrint. “Sebenernya aku gak mau ngelakuin ini, ngebohongin semua orang. Tapi... aku kepaksa lakuin itu biar semua yang udah terjadi gak runyam.” Pandangan Verrint menerawang jauh ke langit-langit kamarnya. “Aku kepaksa bohong soal hubungan aku sama Dewo, itu semua semata-mata biar Mia gak curiga yang macem-macem sama aku, Ky. Aku emang suka sama Izan, tapi aku juga gak mau ngerusak hubungan Mia sama Izan, aku juga gak ada niatan buat ngerebut Izan dari Mia.” Ucap Verrint ngoceh sendiri. “Hati aku emang sakit ngeliat mereka, tapi aku seneng liat orang yang aku sayang bahagia.” Sambungnya lagi.

    Verrint terdiam di atas ranjangnya itu, dia terus membayangkan kesalahannya itu pada orang-orang yang dia sayangi. Verrint sama sekali tidak menyangka kalau dia bisa masuk dalam hidup Izan dan Mia sekarang. Verrint mungkin berharap bisa masuk ke dalam kehidupan Izan lagi, tapi tidak bersama Mia. Selain akan menyakitkan perasaan Mia, perasaannya sendiri pun akan tersakiti. Saat ini Verrint sudah tidak memiliki pilihan, dia harus menjalani semua yang telah terjadi. Mungkin hanya dengan bersandiwara dengan Dewo, Verrint bisa lega melihat Mia dan Izan bahagia. Setidaknya Verrint memiliki tempat untuk menumpahkan semua air matanya pada Dewo.

    Tapi kejadian tadi tidak bisa dilupakan begitu saja oleh Verrint. Bagaimanapun Verrint merasa bahagia bisa berada dekat dengan Izan, walaupun itu tidak lama. Verrint bisa merasakan kehangatan bila bersama Izan. Tidak hanya rasa nyaman yang didapat oleh Verrint, tapi kebahagiaan, kehangatan dan juga kasih sayang dapat dirasakan oleh Verrint, walaupun Izan tidak menampakkannya pada Verrint.

    Izan dan Verrint bisa merasakan hal yang sama, walau sebenarnya mereka sama-sama menyembunyikannya. Hubungan mereka memang tidak terikat komitmen, tapi batin dan hati mereka telah menyatu sejak pertama mereka merasakan perasaan yang sama, yaitu cinta. Jiwa mereka memang belum menyatu, tapi hati mereka telah menyatu secara emosional. Dan tak terasa mata Verrint pun terpejam dan tertidur. Verrint tertidur diatas ranjangnya bersama dengan Lucky kucing kesayangannya.

1
mary dice
ceritanya menarik cinta penuh liku-liku
Chadhilah: terima kasih, semoga suka yah
total 1 replies
Arisu75
Gak bisa berhenti baca deh! 🔥
Chadhilah: lanjut terua yah kak
total 1 replies
Hairunisa Sabila
Jatuh cinta sama kisah cintanya❤️
Chadhilah: lanjut baca terus yah kak
total 1 replies
micho0w0
Ceritanya keren, jangan sampai berhenti di sini ya thor!
Chadhilah: makasih
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!