NovelToon NovelToon
MENGABDI

MENGABDI

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Cintamanis / Percintaan Konglomerat / Crazy Rich/Konglomerat / Beda Usia / Diam-Diam Cinta
Popularitas:2.3k
Nilai: 5
Nama Author: Sintaprnms_

Cita-cita adalah hal mutlak yang harus dicapai. Sedangkan, prinsipnya dalam bekerja adalah mengabdi. Namun sebagai gadis miskin tanpa pendidikan penuh ini — pantaskah Meera menjadi sasaran orang-orang yang mengatakan bahwa 'menjadi simpanan adalah keberuntungan'?

Sungguh ... terlahir cantik dengan hidup sebagai kalangan bawah. Haruskah ... cara terbaik untuk lepas dari jeratan kemalangan serta menggapai apa yang diimpi-impikan — dirinya harus rela menjadi simpanan pria kaya raya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sintaprnms_, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

3 : Pulang Pergi Bersama Tuan Abhimana.

3 : Pulang Pergi Bersama Tuan Abhimana.

Makanan untuk Tuan Abhimana sudah selesai masak, dan siap untuk disajikan. Meera memilih untuk mandi. Setelah itu, melaksanakan ibadah. Sekarang yang dipikirkan adalah … apakah benar Tuan Abhimana akan memberi tumpangan ke Malang?

Ya sudah lah. Meera secepatnya mengganti baju panjang merah gelap dan membawa sling bag andalan. Lalu menunggu di depan dengan berjalan serta berlari kecil menyusuri taman hijau Villa ini.

Ah, dingin. Apa aku bawa jaket aja, ya? Kayaknya juga mau hujan, batin Meera dengan menengah menatap awan hitam yang menyelimuti matahari.

Tin. Tin. Sudah terlambat. Mobil Tuan Abhimana sudah keluar dari garasi. Meera berpikir, sejak kapan mobil itu disana? Bahkan keluar pun ia tak tahu dan mendengar?

Dan … ya ampun itu — mobil mewah? BMW? Mengapa Tuan harus menggunakan mobil itu? Bukankah ada mobil Nissan? Hyundai? Atau — ya … itu bukan haknya. Lagi pula Tuan Abhimana adalah pecinta mobil dan motor. Koleksi barang mewah itu, jelas atas keinginan Tuan sendiri.

Lalu yang menjadi pertanyaan sekarang, aku duduk dimana? Disamping Tuan? Meera merasa tidak pantas untuk duduk berdampingan jadi ia masih diam mematung diluar.

“Ini bukan Alphard. Nggak ada kursi belakang. Masuk cepat!” tegur Tuan Abhimana.

“Saya —“

“Kamu bisa nggak nurut? Saya ini jarang-jarang bersikap baik ke orang.”

Kalau memang jarang. Ngapain Tuan bersikap baiknya ke saya? “Saya tidak bermaksud seperti itu, Tuan.”

“Yasudah. Masuk!”

Perjalanan 20 menit. Lampu merah pada belokan terakhir akan segera sampai ke Sanggar Seni. 15 detik … 14 detik … 13 detik … hitungan mundur terus berjalan. Meera yakin, tidak akan ada pembicaraan. Namun tiba-tiba Tuan Abhimana membuka suara.

“Disana kamu ngapain?” tanya Tuan Abhimana.

Pertanyaan itu buatku? “Les. Belajar, Tuan.”

“Saya tahu kamu kesana belajar. Tapi apa yang kamu pelajari?”

“Itu, Tuan. Saya — akting. Saya belajar seni teater,” jawab Meera dengan jujur.

Tuan Abhimana terlihat mengangguk. Dan mobil kembali berjalan. “Sudah berapa tahun kamu disana?”

“Baru 1 tahun.”

“Sekarang usiamu berapa?”

Kenapa malah ditanya-tanya gini? “20 tahun, Tuan.”

Setelah mempertanyakan usia. Tuan Abhimana sama sekali tidak berbicara apa-apa, sampai pun Tuan hanya diam. Dan Meera tentu saja berterima kasih atas tumpangan gratis.

Memasuki Sanggar Seni — dirinya langsung mendatangi teman sebaya dan senior. Kata mereka di group chat tadi, Sanggar Seni diliburkan sementara. Tetapi tetap harus datang demi menonton pertunjukkan bersama di Gedung Kesenian Malang, yang dibawa langsung oleh adik-adik kecil. Katanya sih, adik-adik kecil itu membawa seni tari.

“Mbak Laras!”

Ya. Nama panggilannya disini adalah Laras, ditambah dengan embel-embel Mbak, karena ya … siapa yang menyangka usianya telah memasuki kepala dua?

“Kesini diantar siapa?”

Meera menjawab, “Itu teman.”

“Teman opo toh? Aku lihat tadi kok kayak turun dari mobil,” goda Ningsih — gadis yang 2 tahun lebih muda darinya.

Meera sungguh tidak ingin menanggapi basa-basi ini. Jadi ia menjawab saja, “Ya berarti temanku yang punya mobil lah. Kamu ini yo aneh!”

Meera pulang dari Gedung Kesenian Malang sekitar pukul 8 malam. Untungnya disana disediakan mushola — meski kecil Meera tetap bisa beribadah isya. Dan jika sudah seperti ini, perjalanan menuju Batu 30 menit, lalu sampai di Villa sekitar pukul 8.30 Malam.

Sisa waktu bersih-bersih sedikit, sebelum menyiapkan makam malam untuk Tuan Abhimana. Ya Allah … capek sih, tapi gimana? Namanya juga kerja.

Kling. Satu notifikasi pesan masuk. Tertera nama Kak Seno disana.

Kak Seno.

Kamu gak mampir ke kontrakan Kakak?

^^^Enggak dulu, Kak.^^^

^^^Udah kemalaman.^^^

^^^Aku otw pulang. Nunggu ojek langganan.^^^

Kak Seno

Yauda ati-ati.

Kalau udah sampe ke Villa kabari.

^^^Siap, Kak.^^^

Siapa yang menyangka bahwa rintik-rintik dari langit akhirnya jatuh? Bahkan tiba-tiba ojek langganan mengiriminya pesan bahwa tidak bisa menjemput diakibatkan motor yang mogok. Sekarang pilihan apa selain memesan kendaraan melalui online?

Dan jika akhirnya hujan turun deras pun ojek motor tidak akan menerima. Maka mau tak mau Meera harus mengeluarkan uang lebih untuk naik ojek mobil.

Namun … siapa yang menduga ada … tidak pengelihatan ini — salah! Tidak mungkin. Mungkin saja mobil itu hanya mirip. Harapan darimana hal semacam ini?

Tin. Tin. Kaca mobil itu terbuka dan ya! Tuan Abhimana? Bagaimana mungkin?!

“Masuk!”

Meera mematung sejenak. Ia ingin menolak, tetapi hujan sudah turun. Dan mau tak mau ia menerima tawaran untuk pulang bersama lagi ke Batu dengan Tuannya.

“Ngapain kamu hujan-hujanan diluar?”

“I-itu saya nunggu ojek langganan saya, Tuan. Tapi — Masnya nggak bisa jemput, motornya mogok.”

Tuan Abhimana tiba-tiba mendekat. Astaghfirullah! Ah — iya, seat belt! Tapi Tuan bisa menyuruh diri ini untuk memakai sendiri. Tidak usah dekat-dekat seperti itu! Bagaimana jika tadi ia tidak bisa menahan diri dan memaki? Bisa dipecat di tempat!

“Terus kalau ojek langgananmu nggak bisa jemput. Kamu tetep mau berdiri disana? Hujan-hujanan? Terus habis itu sakit? Dan merepotkan orang-orang Villa?” ucap Tuan Abhimana.

Kok jadi kesana sana-sana sih.“Saya tidak bermaksud untuk sakit, Tuan.”

Sampai di Villa sekitar pukul 9 malam. Karena siapa yang menyangka bahwa akan macet dijalan? Belum lagi, setelah sampai tanggapan teman-teman sebayanya adalah ya … begitulah, selalu berpikir buruk. Tidak bisakah mereka membantu dirinya saja karena sudah kedinginan?

“Sek. Jadi kamu pulang pergi sama Tuan Abhimana dari sore?” Kalimat tanya itu berasal dari Ailin. “Wah! Sumpah?!”

“Iya. Kebetulan aja,” jawab Meera singkat.

Risa yang baru selesai menatah piring mendekat. “Meera … firasatku ya —"

“Apa? Firasat apa?” Meera memotong. “Nggak usah mikir aneh-aneh deh kalian.”

“Loh? Mikir aneh-aneh gimana? Menurut aku – mungkin ya … mungkin Tuan naksir sama kamu,” ujar Risa dengan jelas.

Meera yang tadinya duduk, tiba-tiba berdiri – mengibaskan tangan. “Nggak usah ngada-ngada.”

Ailin berdecak. “Sayang banget, Ra. Aku mah kalau jadi kamu, sudah aku manfaatin rasa naksir itu. Lumayan kan? Siapa tahu dapat bonus? Atau apa ya — dibayarin gitu uang kuliahku?”

Apasih bahasan mereka, batin Meera kesal. Ia pergi meninggalkan area dapur. Dan dimana lagi tujuannya selain daripada ruangan Tuan Abhimana? Karena setelah melihat dirinya yang hampir kehujanan tadi pun, belas kasih si Tuan itu tidak berfungsi! Tetap memintanya untuk menyiapkan makan malam. Namun untung saja ada keringanan, dimana yang memasak adalah pelayan senior sedangkan diri ini datang hanya untuk menyiapkan saja.

“Masuk.”

Meera masuk dengan membawa makanan di nampan. “Silakan, Tuan.”

Setelah menyajikan Meera bermaksud untuk kembali. Setidaknya ke kamar lah, jika bukan ke dapur. Tetapi apa-apaan? Tuan selalu saja memberinya kesibukan.

“Duduk.”

Duduk? Mau apa? Meera tidak menurut untuk duduk. Ia memandang Tuannya dengan keadaan masih berdiri. “Tuan membutuhkan sesuatu?”

“Iya.” Tuan Abhimana menjeda. “Saya butuh kamu.”

Hah?

“Potong-potong steak itu,” imbuh Tuan Abhimana.

Aku bener-bener nggak ngerti. Semanja-manjanya anak orang kaya. Tapi kalau dia sudah besar, apalagi laki-laki. Dia otomatis sudah bisa motong daging sendiri. Sedangkan ini ... jangankan memotong — astaghfirullah ... sabar Meera sabar … “Baik, Tuan.”

Dengan hati-hati Meera memotong-motong daging itu dengan ukuran yang sekali makan. Supaya setidaknya Tuan manja ini tidak menyuruhnya untuk kedua kali. Dan lagi pula, mengapa tidak meminta Bu Lara atau Bu Mira untuk memotong semua sebelum disajikan?

“Kenapa kamu nggak lanjut sekolah?”

Pertanyaan itu … padahal aku sudah sebisa mungkin lupa — kalau kita pernah satu sekolah. Tapi manusia di depanku ini mengungkit-ungkit masa lalu, batin Meera

...[TBC]...

1158 kata, Kak. Jangan lupa tekan like.

tunggu POV 3 dari sudut pandangnya Abhimana ya? Meera ini ga sadar, sebenarnya dia ini ga sabaran. tapi siapa juga yang sabar kalau digituin? 🤏🏻😭

1
Yuyun ImroatulWahdah
semangat Meera😊
Yuyun ImroatulWahdah
wah Meera bakal jadi artis kah? penasaran 😁
सीता: bisa dibilang kak 🤏🏻😭
total 1 replies
Yuyun ImroatulWahdah
pelan2 mkin Deket mereka☺️
Yuyun ImroatulWahdah
ya ampun abhi ada gangguan kecemasan ternyata🥲, bocah secuek dan ceplas ceplos ini🥺

btw abhimata kocak banget si😂, cocok nih iya sama lu nai, jodoin bhi mereka, btw lagi udah akrab banget lagi sama dahayu romannya🤭

pesannya, yg nerimah sama faham beda ya bi🤭
सीता: ini mah ide cerita baru kak 🤏🏻🤍
total 1 replies
Yuyun ImroatulWahdah
lingga kok kayak bahagia banget nikah🤭 iyalah dapet cassia yg paham sama kewajiban seorang istri, walaupun ribet masih ada aja🤭
Yuyun ImroatulWahdah
seru ih🤭
सीता
*covernya dirubah pihak Noveltoon dengan requestku. jadi semangat nulis 🤍🤏🏻
KurniaWulanSailah
Beda....setia ...😹
Yuyun ImroatulWahdah
gak boleh ngina bhi, tapi yg ini aku setuju👍🤭
Yuyun ImroatulWahdah
ternyata aku ketinggalan banyak guys😭
सीता: ga banyak juga kak, baru beberapa chap
total 1 replies
Yuyun ImroatulWahdah
kasih tau lingga sembarangan emang mulut si abhi,


btw iya juga ya, gak mungkin juga kan langsung jatuh cinta, untuk yg setara juga gak selalu apalagi ini beda kasta,, selalu menarik cerita KA Sinta😊, ok KA Sinta lanjut, penarikan ini jalan cerita bakal gimana,
सीता: nah itu, bakalan ga masuk akal kalau langsung jatuh cinta kak 😭🤏🏻
total 1 replies
Santidew
🤣🤣
Yuyun ImroatulWahdah
Nikah bhi nikah🤭
सीता: solusi biar ga ngerusuh 🤏🏻
total 1 replies
Yuyun ImroatulWahdah
jangan-jangan waktu gw bentar lagi, lebay😭
ini demam kecapean+liat Meera kembenan🤦🤣
Yuyun ImroatulWahdah
makin ugal-ugalan tuan muda satu ini🤭,,
सीता: jalan-jalan doang kak Yun, kan dia bilang udah lama ga ke Jogja 😭
total 1 replies
Yuyun ImroatulWahdah
nah kan makin gila si Abhimana bhimana ini😂
btw bhi baju begitu malah lucu bagus Anggunly, estetik, dan syantik 🥰 KA Shinta banget ini mah🤭
Yuyun ImroatulWahdah: iya kan🤣🤣
सीता: stop kak yun ... malu 😭😭😭
total 2 replies
Wita S
up kak
Yuyun ImroatulWahdah
gemes sendiri 🤭🥰
Yuyun ImroatulWahdah
spam Al ikhlas 😭, nah yg ini kita sama🤣
Yuyun ImroatulWahdah
keren Meera👏,,
Abhimana semangat makin susah ini romannya buat deketin kalo begini ceritanya 🤭
tapi kita liat KA Shinta suka ada aja jalannya🤭😅
सीता: dibuat ada kak 😭
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!