Seorang gadis muda bernama Alya dikhianati oleh kekasihnya, Raka, dan sahabat dekatnya, Mira, yang menjalin hubungan di belakangnya. Dunia Alya runtuh. Namun, tanpa diduga, dia justru dinikahi oleh Davin, om dari Raka , seorang pria dewasa, mapan, dan berwibawa. Hidup Alya berubah drastis. Dia bukan hanya menjadi istri sah seorang pengusaha kaya, tapi juga tante dari Mira dan mantan pacarnya. Dari situ, kisah balas dendam elegan dan kisah cinta tak terduga pun dimulai.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon inda, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 16 Bangkit dari Runtuh
Hari ini matahari bersinar cerah, tapi Alya merasakan sejuk luar biasa menyelimuti tubuhnya. Ia berdiri di atas panggung kecil di taman kota yang disulap menjadi ruang terbuka bagi acara sosial gabungan antara lembaga lamanya dan inisiatif baru milik pemerintah.
Meski perutnya mulai membesar, ia tetap tampak elegan dalam balutan gamis putih dan blazer pastel.
“Pagi ini, kita berkumpul bukan hanya untuk membantu mereka yang membutuhkan, tapi juga untuk membuktikan bahwa luka masa lalu tak harus menjadi alasan untuk berhenti bergerak.” ujar Alya memulai dengan kata kata pertamanya.
Tepuk tangan menggema. Davin berdiri tak jauh dari panggung, matanya bangga menatap Alya. Di sebelahnya, Candra dan salah satu asisten sosial lainnya sibuk mencatat donasi.
Alya telah berkembang jauh dari gadis yang dulu ditinggalkan dalam pengkhianatan. Kini ia menjadi inspirasi.
Bukan hanya sebagai istri seorang tokoh bisnis, tapi sebagai tokoh itu sendiri. Ia membangun namanya kembali dengan kerja keras dan kejujuran.
Setelah turun dari panggung, seorang jurnalis menghampirinya.
“Bu Alya, boleh wawancara sebentar? Kami ingin tahu, apa yang mendorong Ibu kembali ke dunia sosial, padahal sekarang fokus hidup Ibu lebih banyak di rumah tangga?”
Alya tersenyum. “Saya tidak melihatnya sebagai pengorbanan. Menjadi istri dan ibu adalah bagian dari saya, tapi berbagi juga adalah nafas saya. Keduanya bisa berjalan seiring. Saya ingin anak saya kelak bangga karena ibunya tidak hanya diam.” jawab Alya lugas
Wawancara itu kemudian menyebar di berbagai kanal media sosial dan media berita daring. Komentar publik mayoritas positif.
Banyak yang menyebut Alya sebagai panutan perempuan masa kini—kuat, anggun, dan tetap membumi.
Namun, keberhasilan itu membuat satu pihak makin terusik.
Di ruang kantor yang dulunya penuh semangat, kini hanya ada kebekuan antara Rey dan Mira. Lembaga sosial baru yang mereka bangun mulai kehilangan donatur. Banyak yang pindah ke lembaga lama Alya karena reputasinya yang kembali bersinar. Di sosial media, warganet lebih percaya pada Alya yang tampak tulus dan bersahaja daripada mereka yang dulu dikenal karena pengkhianatan.
“Ini semua karena dia,” desis Mira saat melihat video Alya sedang membacakan cerita untuk anak-anak difabel.
“Dia tahu cara memainkan citra.” lanjut Mira
Rey menghela napas. “Dia tidak memainkan citra, Mira. Dia memang seperti itu sejak dulu. Aku yang buta.”
Mira menoleh tajam. “Jangan bilang kau mulai menyesal!”
“Bukannya sudah sejak lama?” Rey berdiri dan menatap keluar jendela.
“Dia tidak cuma bangkit. Dia tumbuh. Lebih dari kita.” sambung Rey
“Dan kamu masih mencintainya?”tanya Mira
Rey tidak menjawab. Tapi diamnya cukup membuat Kania patah.
Sementara itu, di rumah, Alya mulai merancang buku pertamanya. Buku itu berisi kumpulan pengalaman dan refleksi selama perjalanan hidupnya. Judul sementaranya. "Bangkit dari Runtuh Perempuan yang Memilih Bertarung”.
Davin yang melihat Alya mulai menulis kembali hanya bisa mengangguk kagum. “Kamu tahu? Aku rasa kalau kamu nggak jadi aktivis atau pemimpin lembaga sosial, kamu bisa jadi penulis hebat.”
Alya tertawa pelan. “Kamu lupa, dulu aku memang suka nulis. Cuma sejak patah hati dan semua itu, aku sempat kehilangan semangat.”
“Sekarang kamu sudah pulih.” tanya Davin,
“Bahkan lebih dari sekadar pulih, Mas. Aku utuh.” jawab Alya tenang
Davin menarik kursi lalu duduk di samping istrinya. Ia menyentuh perut Alya yang mulai membulat. “Dan aku bersyukur, kamu dan anak kita adalah bagian dari hidupku.”
Momen itu hening, hangat, dan tenang. Tapi seperti badai yang diam-diam merayap dari horizon, bahaya mulai muncul dari tempat tak terduga.
Beberapa hari kemudian, akun media sosial Alya dibanjiri komentar jahat.
“Jangan pura-pura suci, kamu juga pernah rebut pacar orang.”
“Lembaga sosial tapi dibiayai uang suaminya. Mana idealismemu?”
Komentar-komentar itu tidak datang dari satu dua akun anonim saja, tapi seperti sudah dikoordinasi. Alya menduga ada pihak yang dengan sengaja membayar buzzer untuk menyerangnya.
Ia menunjukkan komentar-komentar itu pada Davin, yang langsung bereaksi cepat.
“Aku akan minta tim hukum kita cari siapa yang bertanggung jawab. Ini bukan sekadar komentar iseng. Ini kampanye hitam.” ujar Davin,
Namun, bukannya gentar, Alya justru meminta sesuatu yang mengejutkan.
“Mas, jangan bawa ini ke pengadilan dulu. Biarkan aku yang hadapi mereka.” pinta Alya
Davin terkejut. “Apa maksudmu?”
“Aku ingin membalas mereka... dengan membuktikan bahwa kata-kata mereka tidak akan menjatuhkanku.” jawab Alya pasti
Beberapa hari kemudian, Alya mengunggah video singkat. Ia duduk santai di ruang bacanya, mengenakan batik sederhana, dengan ekspresi tenang.
“Beberapa hari ini, saya menerima banyak komentar negatif. Saya tidak akan menyangkal masa lalu saya. Saya pernah jatuh, dikhianati, bahkan sempat tidak percaya diri. Tapi saya memilih untuk berdiri lagi. Bukan karena saya sempurna, tapi karena saya tahu, saya pantas bahagia.”
“Saya bukan perempuan yang sempurna. Tapi saya perempuan yang berjuang. Dan saya harap, semua perempuan yang pernah disakiti, ditinggalkan, atau direndahkan, tahu bahwa mereka juga bisa bangkit. Jangan biarkan suara jahat menghentikan langkahmu.”
Video itu viral. Dalam waktu satu jam, jutaan penonton menyaksikannya dan membanjiri kolom komentar dengan dukungan.
Salah satu komentar berbunyi:
“Terima kasih, Bu Alya. Saya juga sedang berjuang melawan rasa malu karena ditinggal suami. Tapi kata-kata Ibu membuat saya ingin hidup lagi.”
Di sisi lain, Rey menonton video itu diam-diam. Matanya berkaca-kaca. Ia tidak tahu apa yang membuat hatinya sesak—penyesalan, atau rasa kehilangan yang telat disadari.
Mira memergokinya.“Kau menangis?”
Rey menghapus air matanya cepat-cepat. “Tidak. Aku hanya... sadar. Kita salah langkah sejak awal.”
“Jangan bilang kamu ingin kembali.” kaya Mira tajam
Rey tidak menjawab. Tapi pandangannya menatap kosong. Alya bukan hanya telah meninggalkannya, tapi telah menjadi seseorang yang tak lagi bisa ia kejar.
Malam itu, Davin dan Alya duduk di balkon rumah mereka. Langit berbintang, dan suara jangkrik menjadi latar yang menenangkan.
“Kamu tahu?” kata Davin pelan. “Aku bangga padamu.”
“Karena apa?” tanya alya
“Karena kamu memilih cara yang elegan untuk membalas mereka. Kamu tidak membalas dengan dendam, tapi dengan cahaya.” jawab Davin,
Alya menoleh dan tersenyum.
“Cahaya itu berasal darimu juga, Mas. Dari cinta yang kamu beri.” jawab Alya penuh cinta
Davin mencium kening istrinya, lalu berbisik, “Kalau gitu, mari kita terus jadi cahaya. Untuk anak kita, dan untuk dunia kecil yang kita bangun bersama.”
Mereka duduk berdua, dalam diam yang penuh makna. Tidak ada dendam, hanya pembuktian. Tidak ada luka lama yang ditutupi, tapi luka itu kini menjadi bagian dari kekuatan.
Dan dunia, untuk pertama kalinya, melihat Alya bukan sebagai korban. Tapi sebagai simbol harapan.
Bersambung
kn ksel kl trs ngusik alya sm davin....
raka bnrn tlus atwcma modus????
kya'nya dia pduli sm alya,tkut d skiti ktanya....
aku udh mmpir lg...tp gmes pgn getok kplanya tu orng,gila bgt smp ftnah plus neror sgla sm alya....pdhl kn mreka yg udh jht....