Alvaro'S Diary
PRAAANGGGG!!!!
PRANGGGGG!!!!
Banyaknya pecahan kaca yang ada di lantai ruang keluarga tersebut. Seorang pria paruh baya tampak terlihat marah dengan tangannya yang tengah memegang sebuah gelas kaca. Dengan getaran amarah ia melemparkan gelas tersebut pada seorang remaja yang sedang menunduk di depannya.
PRAANGGGG!!!!
Lagi, terdengar suara benda pecah dengan begitu nyaringnya mengisi ruangan tersebut. Remaja itu tampak sudah bersimbah darah dengan banyaknya pecahan kaca yang menancap pada tubuhnya termasuk kepalanya.
"SIALAN! APAKAH KAU TAK BISA SEKALI SAJA BERBUAT DENGAN BENAR?!!!!" Ucapnya bertanya dengan penuh amarah.
Para anggota keluarga yang lain hanya diam menonton saja tanpa berniat membantu remaja tersebut yang merupakan bagian dari keluarga juga.
Alvaro Ardiwinata, remaja yang tengah kena semprot sanga ayah, Bhram Ardiwinata. Alvaro terus menundukkan kepalanya dan semakin menunduk. Ia tak mampu menatap wajah ayahnya juga keluarganya yang lain. Alvaro diam menahan sakit yang menjalar disekujur tubuhnya. Tubuh yang penuh beling dan luka pukulan. Ia menahan semua itu, bahkan sekarang ia tengah menahan tangisnya.
"Hais... Aku tak habis pikir. Apa kau itu sungguh hanya parasit yang menempel saja?!!!" Tanya Bhram sinis sembari ia menggusar surai rambutnya.
"Sudahlah, biarkan saja. Mau diberi pelajaran beberapa kali pun dia tak akan kapok" ucap Santi Lestari Ardiwinata, ibu dari Alvaro.
"Maaf..." ucap Alvaro lirih dengan suara nya yang kecil, bahkan hampir tak terdengar.
"Mah, Pah. Sudahlah, kasihan kakak. Jangan marahi dia terus!" Ucap Violet Ardiwinata, adik dari Alvaro sekaligus bungsu keluarga Ardiwinata.
"Pergi ke kamarmu dan jangan pernah keluar dari sana!!!" Titah Bhram masih dengan amarahnya. Alvaro tanpa basa-basi dan dengan ketakutan, ia langsung pamit ke kamarnya.
"Anak tak tahu di untung! Bagaimana bisa kita memiliki anak seperti itu?!" Tampak Bhram terus menggerutu kesal terhadap putranya itu.
Kejadian yang bahkan dapat di anggap sepele. Sebelum ini bermula, Alvaro dan keluarga nya tengah menikmati sarapan mereka seperti biasa. Semuanya baik-baik saja pada awalnya, sampai Alvaro di suruh untuk mencuci piring setelah sarapan.
"Cuci semuanya dan bereskan" titah Santi pada Alvaro.
Alvaro diam, ia mengangguk menurut tanpa banyak omong. Ia langsung membereskan sisa makan mereka dan mencuci semua yang harus di cuci. Dengan telaten Alvaro membersihkan semuanya hingga selesai.
Saat Alvaro berbalik, Violet tengah ada di belakangnya. Tanpa sadar mereka bertabrakan, Violet meringis kesakitan karena pantatnya itu terbentur di lantai, begitupula dengan Alvaro.
"Kak, maaf" ucap Violet meminta maaf.
Alvaro tak menjawab, ia hanya mengangguk saja. Saat ia hendak berdiri, karena linglung sampai hampir terjatuh kembali. Ia salah memegang sebuah panci saat berniat menahan dirinya. Alhasil panci yang baru dicuci itu terlempar dan mengenai kepala Violet.
PAK!-
"Aww!!!" Ringis Violet
Prangg!-
Hal itu yang awalnya membuat Alvaro langsung tak enak hati. Ia lalu mengambil panci itu dan berniat untuk meminta maaf, namun Santi malah lewat. Ia melihat Alvaro yang memegang panci dan Violet yang tengah meringis sakit sembari memegang kepalanya yang tampak memunculkan sedikit benjolan. Sebuah kesalahpahaman yang membuat Alvaro berakhir dipukuli dan dilempar gelas kaca oleh ayahnya.
---
Disisi lain, di kamar Alvaro yang tampak sempit juga tak banyak barang yang ada disitu. Alvaro termenung sembari mengobati lukanya. Ia mengobati semua lukanya dengan telaten meski diri nya merasakan sakit dan perih disekujur tubuhnya itu.
"Sshhh" ringis Alvaro setiap ia mengoleskan obat.
"Padahal kan aku tidak melakukan apapun..." gumamnya sembari matanya mulai berkaca-kaca.
Alvaro sungguh tak habis pikir. Tadi itu kecelakaan, ia tak pernah berniat melakukan apapun. Bahkan untuk menyentuh Violet saja ia tak berani karena keluarganya. Alvaro kembali termenung dengan menatap keluar jendela.
Rasa sakit ditubuhnya seolah hanyalah angin lalu. Ia lebih merasa sakit pada hatinya, bagaimana tidak? Ayahnya tega memukulinya bahkan sampai melemparinya dengan gelas dan vas hanya karena sebuah kesalahpahaman saja.
Alvaro menatap kosong kearah luar jendela kamarnya itu. Disana Violet dan keluarganya tengah berkumpul ditaman rumah. Mereka semua tampak tertawa dengan bahagia. Ingin rasanya untuk Alvaro ikut bergabung, tapi bagaimana? Kehadirannya saja hampir tak pernah dipedulikan oleh kedua orangtua nya itu.
"Lebih baik aku tidur..." gumamnya yang lalu ia membaringkan tubuhnya yang terasa sakit di ranjang yang kasar.
Ya, kamar ini lebih terasa seperti gudang. Bahkan mungkin bukan gudang, karena tempat yang begitu kecil dan sempit. Disini juga hanya ada satu jendela saja untuk melihat keluar. Kamar yang hanya diisi oleh satu ranjang keras, satu lemari kecil, dan meja belajar dengan kursinya yang juga tak seberapa.
Alvaro menatap langit-langit kamarnya dengan tatapan kosong. Memikirkan banyak hal mengenai dirinya. Apakah dia ini sebenarnya bukan anak dari keluarga Ardiwinata? Apakah dia ini hanyalah anak pungut saja? Jika pun kandung, kenapa mereka memperlakukannya dengan seperti ini? Kenapa dia tak bisa mendapat secuil kasih sayang? Apa yang salah? Begitu banyak pertanyaan didalam pikirannya.
...✧✧✧✧✧...
Alvaro's Diary
Hari ini aku mengalami hari dengan cukup sulit. Tapi tak mengapa, mungkin itu memang sudah ditakdirkan. Tapi... Seringkali aku ingin bertanya... Mengapa... Takdir itu terkadang jahat?... Tapi... Apakah ini memang sesuatu yang jahat? Atau apakah ada sebuah cahaya untukku disela kesuraman ini? Aku tak tahu, tapi aku akan mencoba untuk bertahan. Mungkin saja sesuatu yang baik akan menghampiriku suatu hari nanti.
...✧✧✧✧✧...
...End Of Chapter 1...
...✧✧✧✧✧...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 23 Episodes
Comments