Arabella seorang gadis yatim-piatu yang tinggal bersama bibi nya yang jahat dan serakah.
Ara di jual oleh bibi nya kepada bos Mafia yang terkenal sangat kejam dan juga sadis.
bagai manakan nasip ara selanjutnya...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Izza naimah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 18
" kawanan begal?"
John hanya mengangguk pelan, sementara Siska nampak mengerutkan keningnya.
" Apa kau yakin mereka itu begal? bukan suruhan dari seseorang?" tanya Siska penuh selidik.
" soal itu aku juga kurang yakin, melihat dari penampilan mereka dan cara mereka menggedor-gedor mobil, sepertinya mereka hanyalah kawanan begal, terlebih senjata yang mereka gunakan hanyalah celurit serta balok kayu" ucap John.
" Mangkanya aku sudah sering kali memperingatkanmu John, kalau kau menemani tuan, kau harus selalu membawa pistol, dengan begitu Kau tidak perlu membuang-buang tenagamu" ucap Siska sembari mendengus kesal.
" ya aku melupakan hal itu" jawab John yang mengakui kesalahannya.
" Lalu bagaimana dengan pesta tadi? apa semuanya berjalan lancar?" tanya Siska.
John menjawab dengan mengangguk lalu ia duduk di sofa yang ada di ruang tengah, kemudian Ia menceritakan suasana pesta pada Siska, Iya juga menceritakan tentang tuannya yang memarahi pria yang mencoba untuk menggoda Ara.
" aku senang sekali Siska, sepertinya sikap Tuan pada arah sudah melunak, semoga saja setelah ini hubungan mereka semakin membaik" ucap John sambil tersenyum tipis.
perkataan John sukses membuat Siska mendengus kesal, hingga tanpa berkata apapun ia beranjak begitu saja meninggalkan John yang menatapnya dengan tatapan bingung.
***
Albert menyandarkan tubuhnya di ranjang, Iya menarik nafas dalam-dalam lalu membuangnya dengan kasar, saat kata-kata dari tuan Aditama yang kembali terlintas dalam benaknya itu.
semua perlakuan buruknya pada arah juga melintas begitu saja, wajah Memelas Dan pasrah Ara setiap kali ia berlaku kasar padanya itu pun melintas begitu saja.
"Aaarrghhh" kesannya yang lalu mengusap wajahnya dengan kasar.
sudah jam 01.00 dini hari tapi matanya itu sama sekali tidak bisa terpejam, sehingga ia pun turun dari ranjang lalu keluar kamar, beberapa penjaga nampak berdiri di setiap sudut Mansion nya, semuanya pun membungkuk saat Albert melewati mereka.
setelah puas berkeliling mengecek keadaan mansionnya, Iya memutuskan untuk menuju ke kamar arah yang letaknya di lantai 1, berdampingan dengan kamar pelayan lainnya.
Sunny, sepertinya semua pelayan sudah tertidur setelah menjalankan rutinitas yang melelahkan, Apa itu artinya istrinya juga sudah tertidur?
tapi tunggu, setelah sampai di depan kamar Ara, kedua alisnya saling menyatu saat ia mendengar sesuatu dari dalam kamar arah, ia menempelkan telinganya di pintu, memastikan Jika ia tidak salah dengar.
" Apa yang sedang ia lakukan? jam segini dia masih belum tidur?" batin Albert.
Albert langsung memutuskan untuk mengetuk pintu kamar arah dengan pelan, arah yang tengah khusyuk berdzikir itu tidak mendengar suara ketukan pintu, saat ketukan pintu semakin keras Hara menghentikan dzikirnya kemudian menoleh ke arah pintu.
" buka pintunya!" teriak Albert mulai kesal.
"T-tuan" ucap Ara yang bergegas bangkit kemudian bergegas membuka pintu kamarnya.
" Kenapa lama sekali?" tanya Albert sembari menatap tajam sang istri.
" M-maaf tuan" ucap Ara dengan menundukkan kepalanya.
Albert tersenyum tipis ,kemudian masuk ke dalam kamar, lalu Mengunci pintu kamar dengan rapat.
Cara menghela nafas panjang saat jantungnya itu berpacu hebat, saat melihat Albert masuk ke dalam kamarnya, apa pria itu menginginkan Ia melayaninya di kamar kecil ini?
" Apa yang sedang kau lakukan?" tanya Albert sembari menatap tasbih yang tergeletak Di Atas Sajadah.
" Apa kau tahu ini sudah jam 01.00 dini hari dan kau masih belum tidur? besok kau harus membuatkan sarapan untukku bukan?"
cara mengganggu, semenjak menikah dengan Albert ia selalu melayani pria itu, termasuk dengan memasak menu sarapan untuk suaminya itu.
" Tuan Tenang saja aku tidak akan bangun terlambat" jawab Aras berusaha untuk tetap tenang.
" Aku tidak bisa tidur, sehingga aku pun mengerjakan salat tahajud lalu dilanjutkan dengan berzikir, dan alhamdulillah setelah aku melaksanakan Tahajud dan berdzikir, aku sudah jauh lebih tenang. Tuan datang ke sini apakah Tuan ingin aku melayani Tuhan?"
pertanyaan lemah lembut itu membuat hati Albert bergetar, meski selama ini ia selalu berlaku kasar dan seringkali membentak Ara, tapi istrinya itu sama sekali tidak pernah berkata kasar padanya, tutur bicaranya yang selalu lemah lembut dan menenangkan hati.
Albert menarik kursi yang ada di meja rias kemudian duduk di sana.
" tidak aku hanya ingin bicara denganmu" jawab Albert.
" apa yang ingin Tuhan bicarakan?" tanya arah lalu duduk di atas ranjang.
" Apa kau masih sanggup berada di rumah ini?"
mendengar pertanyaan dari Albert itu membuat kedua alis arah saling bertaut.
" Kenapa Tuhan bertanya seperti itu?"
" kau tahu kan kalau kita menikah tanpa cinta, aku tidak bisa mencintaimu, aku pun selalu berlaku kasar padamu, dan kau juga sudah melayaniku, jadi tugasmu sudah selesai, Kau boleh pergi meninggalkan Mansion ini, karena aku takut jika tanganku ini bisa saja membuat kau kehilangan nyawa" ucap Albert sembari mengalihkan pandangannya ke arah lain, ada rasa sakit yang tiba-tiba saja menusuk hatinya yang tidak bisa ia Artikan saat kalimat itu terlontar dari mulutnya.
" apa Tuhan mengusirku?" tanya Ara.
Albert menggeleng.
" bukan, hanya saja kau berhak menjalani hidup yang lebih baik"
cara menatap suaminya itu dengan dekat, Iya tak percaya jika pria yang selama ini bersikap kejam itu bisa mengatakan hal itu padanya. apa ini jawaban dari setiap doa yang ia lantunkan selama ini? dulu Iya memang ingin kabur dari Mansion ini, tapi sekarang rasanya sangat berat sekali untuk meninggalkan mention ini, dan Entah kenapa ia punya keyakinan, Jika ia bisa mengubah pria ini menjadi lebih baik dan mungkin itulah maksud dari Tuhan mempertemukan mereka,
" tidak tuan, meskipun Tuhan hanya menganggapku sebagai budak, dan Tuhan juga tidak pernah menganggapku sebagai seorang istri, tapi aku ikhlas. Aku hanya ingin melakukan tugas dan kewajibanku sebagai seorang istri, aku juga tidak akan pergi dari mention ini, terkecuali jika tuan menceraikanku"
Albert mendengus pelan, Iya tidak mungkin menceraikan Ara.
" sebaiknya kau segeralah tidur" ucap Albert dengan lembut lalu bergegas pergi meninggalkan kamar Ara.
saat Ara terdiam, Iya lalu memukul pipinya dengan pelan memastikan Jika ia tidak sedang bermimpi. pasalnya untuk pertama kalinya pria itu berbicara dengan nada melunak seperti itu.
" tuan?" siapa Siska saat ia berpapasan dengan Albert.
" tuan dari mana?" tanya Siska.
Albert menatap Siska dengan dingin.
" aku dari kamar Ara "
" kamar Ara? untuk apa? "
" apa sekarang kau ingin ikut campur urusanku Dengan istriku?"
' Siska merasa tenggorokannya yang tiba-tiba terasa tercekik, lalu ia menggeleng pelan.
" bagus, sebaiknya kau segeralah tidur dan jangan ikut campur urusan pribadiku!"
" baik Tuan" Siska pun membungkuk saat pria itu melangkah pergi.
Siska melangkah menuju kamarnya air matanya itu Luruh dengan sendirinya.
" Aku mencintaimu tuan, Kenapa kau tidak pernah menyadari akan hal itu. dan sekarang wanita itu... Wanita itu sudah merebutmu dariku. aku tidak terima ini! aku tidak terima!" teriak Siska sembari memukul ranjang.
.
.