Alexa, pewaris klan Black Dragon, hidup dalam bayang-bayang balas dendam. Ketika keluarganya dibantai, ia bersumpah untuk membalas dendam dan merebut kembali tahta yang seharusnya menjadi miliknya. Dalam perjalanannya, ia bertemu Erick, seorang playboy yang perlahan mulai jatuh cinta padanya. Namun, cinta mereka terancam oleh ambisi dan dendam yang membara, Alexa harus memilih antara cinta, balas dendam, dan takdirnya sebagai pemimpin.
"Jauhi aku dan jangan pernah mengejar dan mengharapkan cintaku" Alexa Onyx Medici
"Aku telah jatuh cinta padamu sejak awal kita jumpa, jangan pernah pergi dari sisiku" Raj Erick Aditya Narayan
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon chery red, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
3. Penasaran
Erick memasuki ruangan yang sudah dipenuhi aura profesionalitas. Para manajer dan jajaran petinggi anak perusahaan , dengan setelan jas rapi, duduk mengelilingi meja konferensi dengan wajah tegang dan gugup. Cahaya matahari pagi menyinari ruangan melalui jendela besar, namun tak mampu menembus konsentrasi mereka.
Erick mengangguk pada masing-masing manajer sambil tersenyum tipis dan wajah datarnya menelisik wajah-wajah tegang yang duduk mengelilingi meja konferensi. Tanpa basa-basi, ia memulai rapat.Mata mereka tertuju pada Erick. Erick mengangguk pada masing-masing manajer, senyum tipisnya tak mampu menyembunyikan sorot tajam di matanya. "Saya harap kita semua sudah siap untuk membahas masalah yang sangat krusial ini," ujarnya, suara beratnya memecah keheningan.
"Seperti yang kita ketahui, kinerja perusahaan kuartal ini mengalami penurunan yang signifikan. Kita perlu mengambil langkah-langkah berani untuk membalikkan keadaan. Dan saya juga mendengar dan mendapat laporan jika ada beberapa kejanggalan dalam laporan keuangan perusahaan.Saya ingin mendengar masukan dan penjelasan dari masing-masing departemen." Erick menatap sekeliling ruangan, matanya berhenti sejenak pada Direktur keuangan yang tampak gugup dan pucat.
Baru beberapa menit rapat berlangsung, ketukan lembut terdengar di pintu. Semua mata tertuju pada pintu tersebut. Seorang wanita muda, dengan langkah ragu, masuk membawa baki berisi minuman. Hati Erick berdetak kencang ketika melihat wanita yang memasuki ruangan rapat sambil membawa baki itu. " Eh.. dia ? Apakah dia akan ikut meeting pagi ini ? Ataukah hanya mengantarkan minuman saja ?" ucap Erick dalam hatinya, sementara matanya tak lepas memperhatikan gerak gerik wanita yang memakai kacamata itu. Tanpa menoleh kepada Erick, wanita itu menata botol-botol air mineral di meja samping dekat jendela dan terburu-buru keluar lagi dari ruangan itu.
Rapat yang sempat terhenti sejenak itu kembali diliputi suasan tegang dan mencekam, apalagi ketika Erick mulai menyinggung masalah laporan keuangan yang tidak sesuai dengan data yang diperolehnya. Dengung halus mesin AC terdengar di tengah kesunyian ruangan itu, para manajer dan jajaran direksi juga petinggi anak perusahaan hanya saling pandang tanpa berani mengeluarkan sepatah katapun. "Ada yang ingin disampaikan sebelum kita masuk ke inti masalah ?" tanya Erick memandang tajam para peserta meeting. Sambil saling mengetuk-ngetuk jari-jari tangannya, Erick menunggu jawaban dari mereka.
"Tidak ada? Baiklah ! Saya sebelumnya akan memberikan beberapa berkas laporan yang diberikan oleh Pak James selaku direktur keuangan. Dan saya ingin kalian membandingkan laporan keuangan yang dibuat oleh Pak James dengan laporan yang dibuat oleh Bu Lia. Dewa, tolong bagikan berkasnya. Saya beri waktu lima menit kepada kalian." ucap Erick sambil memberi isyarat kepada Dewa untuk membagikan berkas yang di maksud.
Wajah-wajah tegang sambil mengerutkan kening tampak di sebagian besar para peserta rapat ketika mereka meneliti dan membandingkan berkas yang dibagikan oleh Dewa. Seseorang bahkan tak sadar bergumam tak percaya, " Ya Tuhanku, jika tidak dilihat dan diperiksa dengan teliti perbedaan ini tidak akan diketahui, ckckckck.." ujar seorang manajer pemasaran sambil membolak-balik berkasnya. Erick hanya tersenyum tipis sambil memperlihatkan beragam reaksi dan raut wajah dari para peserta meeting itu dengan teliti.
Tampak olehnya jika direktur keuangan tidak tenang duduknya.Dia tampak gelisah dan sesekali matanya melirik ke arah Erick yang masih dengan santai tapi menguarkan aura dingin tak tersentuh dan sorot mata tajam penuh perhitungan dan kemarahan membuat ruangan yang dingin itu terasa bertambah dingin. Keringat dingin tampak bermunculan di kening direktur keuangan, duduknya yang gelisah menarik perhatian para peserta meeting yang lainnya.
"Waktu telah habis, sekarang saya ingin menanyakan langsung pada pak James selaku direktur keuangan, mengapa laporan itu tidak sesuai dengan data yang dilaporkan padaku ? Laporan Anda menuliskan sebanyak tiga triliun yang harus dikeluarkan oleh perusahaan untuk dana pembangunan gedung yang sedang dalam tahap pembangunan di jalan xxx. Sedangkan data dan laporan yang aku terima dari arsitek dan para stafnya hanya mengajukan sebesar seratus milyar saja. Kemana sisanya ?dan bagaimana bisa membengkak begitu besar?" ucap Erick memecah keheningan ruangan itu setelah beberapa saat yang terdengar hanyalah gemerisik kertas yang dibolak-balik dan dengung halus AC. James dengan gugup menjawab sambil mengusap keringat dingin yang mengucur dari keningnya, " Saya membuat laporan itu berdasarkan data yang saya peroleh Pak."
"Benarkah ? Ini adalah bukti lain yang aku dapatkan, bukti transferan dana dalam jumlah besar ke beberapa nomor rekening milikmu pribadi di beberapa Bank dan juga beberapa nomor rekening milik istrimu. Jelaskan padaku mengapa istrimu menerima kucuran dana pembangunan gedung di jalan xxx itu?" tanya Erick memandang tajam James yang tercengang melihat ke arah proyektor yang menampilkan bukti beberapa transferan mutasi dana ke beberapa rekening di bank yang berbeda atas namanya dan istrinya .
"Ini pasti kesalahan teknis, saya tidak mempunyai tabungan di bank-bank itu. Istri saya juga sama, tidak mempunyai tabungan di bank-bank itu. Saya di fitnah. Saya sama sekali tidak tahu menahu tentang pentransferan dana itu." sangkal James dengan keras. "Lalu bagaimana dengan ini ? Ini adalah kontrak perjanjian kerjasama dengan pengembangan yang disepakati, tetapi mengapa jumlah dana pembangunan yang disepakati dan dana yang dikeluarkan sangat jauh berbeda? Jangan coba-coba berbohong padaku James." seru Erick yang mulai kesal menggebrak meja dengan keras.
Para peserta rapat saling berbisik dengan rekan di sebelahnya, melihat bukti-bukti kuat yang diberikan oleh Erick dan penyangkalan James membuat suasana rapat menjadi ricuh. Dengung suara para peserta rapat semakin keras ketika mereka melihat wajah James yang gugup dan juga ketakutan. " Itu semua bukti-bukti palsu, pasti di buat oleh seseorang yang ingin menjatuhkan nama baik saya. Anda seharusnya menyelediki terlebih dahulu masalah ini dengan teliti, bukannya langsung menuduh saya. Jika tuduhan yang Anda lemparkan pada saya tidak terbukti, saya akan mengajukan tuntutan hukum pada Anda. Saya tidak terima diperlakukan dan dipermalukan seperti ini." teriak James sambil berdiri dan mengacungkan telunjuknya ke arah Erick.
"Baik, aku penuhi keinginan mu. Aku telah meminta dan menunjuk beberapa orang dari salah satu perusahaan yang bekerja sama dengan lembaga yang biasa melakukan penyelidikan dan audit keuangan di berbagai perusahaan terkemuka. Mulai jam makan siang nanti mereka akan memeriksa semuanya." jawab Erick tak kalah keras.
Terkaget-kaget para peserta rapat mendengar keputusan CEO mereka. Di satu sisi, orang-orang yang bekerja dengan jujur menarik nafas lega dengan keputusan CEO mereka sementara di sisi lainnya para peserta rapat yang melakukan tindakan tak jujur dengan cemas dan ketakutan takut perbuatan mereka diketahui oleh atasan mereka duduk dengan tak nyaman dan gugup.
James dengan wajah merah padam, melangkah meninggalkan tempat rapat yang bahkan baru saja dimulai. Tampak jelas jika dia malu bercampur cemas dan ketakutan juga marah ketika perbuatannya itu dikuliti didepan rekan kerja dan bawahannya. " sekarang mari kita bahas tentang permasalahan selanjutnya....." ucap Erick dan melanjutkan agenda rapat dan membahas masalah-masalah intern di anak perusahaan miliknya.
Tak terasa waktu makan siang pun tiba, untungnya rapat yang dimulai sejak pagi tadi telah selesai. Walau pada awalnya suasana tegang dan perdebatan terjadi tetapi pada akhirnya Erick dapat menyelesaikan dan memberikan solusi untuk mengatasi beberapa masalah di tubuh anak perusahaan miliknya. Keluar paling akhir dari ruangan itu memberikan Erick sedikit waktu untuk meregangkan otot-otot punggung dan pinggang nya yang terasa kaku.
"Dewa, coba kamu cari tau identitas dari wanita yang bersama kita di lift tadi, aku tunggu dalam sepuluh menit kamu harus sudah mendapatkan informasinya " ucap Erick sambil menyandarkan punggungnya ke punggung kursi yang ditempatinya. Dewa hanya mendengus kesal ," Kamu itu ya Rick, engga urusan kerja engga urusan perempuan selalu saja aku yang kamu repot kan. Kali ini siapa lagi calon korbannya? Kapan sih kamu akan serius menjalani hubungan dengan perempuan? Makin bertambah umur bukannya makin insaf malah makin menjadi-jadi kelakuanmu itu. Cape deeeehh!" ucap Dewa kesal sambil sedikit membanting map yang berisi berkas dan hasil rapat pagi ini.
"Kamu itu kan asisten pribadi ku, jadi apapun itu keperluan dan kebutuhan ku harus kamu penuhi, sudah sana cepat cari informasi tentang perempuan itu ! Benar-benar dibuat penasaran aku! " perintah Erick sambil nyengir lebar dan membuat tanda V dengan jarinya. " Jika kamu bukan sahabat sekaligus bos ku, sudah aku jitak dan aku toyor kepalamu itu. Di depan orang banyak saja kamu sok sok an berlaga cool dan kejam, tapi di belakang mereka dan di depan ku langsung berubah jadi kucing garong mencari mangsa. " dumel Dewa sambil mengetik sesuatu di laptop nya.
" Nih ... Informasi dan CV lengkap wanita yang kamu cari dan kamu incar. Aku beri kamu waktu lima menit untuk membacanya, jika tidak selesai, aku tinggalkan kamu di sini. Pulang jalan kaki sana. Aku lapar nih.. Cepat sedikit Rick !" omel Dewa sambil menyerahkan laptop nya pada Erick hingga Erick bisa melihat semua informasi tentang wanita yang dicarinya.
" Kamu tau Wa, dia mempunyai bola mata hitam yang indah, sehitam onyx dengan bulu mata hitam lentik tanpa maskara. Pinggang rampingnya seakan-akan pas di buat untuk aku peluk. Tubuh mungilnya membuatku selalu ingin memeluknya. Aaahh namanya Alexa Onyx Medici, dia bekerja di departemen pemasaran tapi kadang dia di perbantukan di departemen keuangan. Rumah nya lumayan jauh dari sini, agak di pinggir kota. Hmmmmm seperti apa karakternya ya ?" gumam Erick sambil melihat dan membaca informasi di laptop dewa, sesekali tangannya menyugar rambutnya yang ditata sedikit berantakan.
Dewa memutar bola matanya, dengan kesal dia menjawab " Eh jangkrik, cepat lah sedikit. Aku lapar, cacing di perutku sudah berdemo meminta jatah makan siangnya. Susah memang jika menghadapi orang yang sedang jatuh cinta"
Terkekeh geli, akhirnya Erick mengembalikan laptop milik Dewa setelah mengirimkan informasi tentang Alexa ke handphone miliknya. Kembali memasang wajah dingin dan tanpa ekspresi, mereka berdua keluar dari ruangan rapat setelah Erick selesai memperbaiki letak dasinya. Melangkah dengan cepat, Erick menuju ke lift yang akan membawanya turun. Namun tak disangkanya didepan lift Erick melihat Alexa dengan rambut tergulung asal dan memakai sepatu flat hitam mendekap setumpuk map tebal berdiri di depan lift yang juga akan di naiki Erick, membuat jantung Erick berdebar tak karuan.