Di atas bukit di tengah hutan, lebih kurang lima kilo meter jarak nya dari kampung.Terdengar sayup-sayup untaian suara yang berbunyi melantun kan seperti mantra jika di lihat dari dekat, ternyata dua orang pemuda berumur tujuh belas tahun paling tinggi, dihadapan orang itu tergeletak sebuah foto dan lengkap dengan nasi kuning serta lilin dan kemenyan.
Sesekali mengepul asap kemenyan yang dia bakar dari korek api, untuk mengasapi sebuah benda yang dia genggam di tangan kanan.
Jika di perhatikan dari dekat sebuah benda dari jeruk purut yang telah di keringkan, di lubang dua buah untuk memasukan benang tujuh warna.
Menurut perkataan cerita para orang-orang tua terdahulu, ini yang di namakan Gasing Jeruk Purut, keganasan nya hampir sama dengan gasing tengkorak tapi gasing jeruk purut hanya satu kegunaan nya saja, tidak sama dengan gasing tengkorak,
Gasing tengkorak bisa di gunakan menurut kehendak pemakai nya dan memiliki berbagai mantra pesuruh.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon MAHLEILI YUYI, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 31. Buat Jimat
Terlambat di temukan, jika orang negeri hulu telah putus asa atau berhari-hari mencari mayat orang hanyut itu, tidak juga di temukan, maka mereka akan membuat suatu sajian atau larung, seperti ketan tiga warna atau di tambah puluhan macam sajian lain nya, setelah itu di hanyut kan dengan rakit batang pisang di sungai maniak, biasa nya hanya hitungan jam setelah itu, mayat akan menyembul ke permukaan.
Cerita ini adalah cerita salah satu randai di negeri ulu, untuk mengenang jasa leluhur yang pernah mendiami negeri tua Kalimuntiang.
"Sak... kenapa kita sial seperti ini, ini kan hutan berdarah, tanah daerah kutukan Tan Bojo, Datuk Tak Bertuan, hanya orang pemuja dia yang di izin kan di tempat ini". Ucap Buji, menatap Osak dengan serius.
Lalu dengan cepat, mereka berdiri dan menjauh dari batang pohon itu, walaupun Osak dengan susah payah berdiri.
Setelah jauh mereka melihat dengan seksama, tidak jauh dari pohon itu ada sebongkah batu karang putih sebesar gajah tidur, di sana penuh oleh kain hitam, sebab dari dulu tempat itu di yakini, jika seseorang ingin mencari petunjuk atau ilmu hitam, atau ilmu Tambun Jati.
Mereka akan bertapa di bawah batu putih itu, paling lama empat puluh satu hari, baru jiwa Tambun Jati itu akan hadir, kadang dia akan menyerupai asap hitam, dan kadang dia hadir dalam bentuk hewan melata, paling tidak dia hadir dalam mimpi sang pencari Ngarap (orang pencari Petunjuk).
Menurut cerita lisan para orang tua, di bawah batu itu tubuh Datuk Tak Batuan di Kubur kan, dan kepala nya, di kubur di atas puncak gunung Pusara Sakti di seberang sungai, sebab jika tidak di pisah kan kepala dan tubuh nya, jika kena embun pagi tanah kuburan Datuk Tak Batuan, dia akan bangkit lagi.
"Sak... Apa beda nya, Tambun Jati dan Datuk Tak Batuhan, dan juga Bundo Tak Batuhan dengan Palasik?" Tanya Buji perlahan pada Osak.
"Shuuuttt...! jangan bilang Tak Ba Tuhan, bilang saja Datuk Tak Batuan, ucapan mu tabu dan aib bagi suku Kingkiang Ate, mana tahu nanti nya, jika kamu berbicara seperti itu di hadapan orang ramai, dan terdengar oleh salah satu orang bersuku Kingkiang Ate, nanti kamu akan di denda seekor kerbau besar." Ucap Osak pada Buji, lalu Osak menerus kan bicara nya.
"Menurut cerita orang tua-tua, jiwa Palasik menyatu dalam tubuh Bundo Tak Batuan, Jiwa Tambun Jati, bersatu dalam Tubuh Datuk Tak Batuan, melalui ritual cangkok jiwa setan melalui mantra Iblis. Hampir dua puluh tahun Datuk Tak Batuan membuat kerusuhan di tiga-puluh tiga negeri ini, hingga nama nya juga terkenal di empat propinsi dengan segala kejahatan nya" Ucap Osak lagi.
Menurut sejarah Negeri Kalimuntiang, saat Tuganggo(Tambun Jati). Di kepung di hutan harimau putih pincang, hampir separuh penduduk sekarat oleh nya, dan juga ahli seni bela diri kewalahan menghadapi Tuganggo.
Untung saat matahari akan terbenam, bunda Tuganggo tiba di antar oleh para penduduk, dengan bersenjata tusuk konde nya yang telah di lumuri Air Rahim nya sendiri, lalu dia tikam kan ke bumi serta dengan ucapan kato sakti oleh bundo nya.
"Dari aia, kambali ka aia, dari api kambali ka api, dari angin, kambali ka angin, dari tanah kambali katanah, angkau barasa dari .... (rahasia) aku, kambali la angkau ka ........ ..... (rahasia) aku!." Ucap Bundo nya, sehingga Tuganggo melemah tidak berdaya ibarat cacing kena panas, ibarat ikan tampa air, dan dia terus tertawa dan berkata.
"Aku tambun Jati, pemilik alam ini. Aku tunggu sang penerus ku". Ucap nya, perlahan nafas Tuganggo melemah hingga dia berhenti bernafas.
Dengan air mata berlinang, bundo Tuganggo menyuruh masarakat untuk membawa jenazah Tuganggo ke dalam negeri dan mereka menguburkan nya malam itu juga.
Dan ke esok pagi nya, seluruh penduduk Negeri Kalimuntiang di buat gempar, sebab mereka melihat kembali Tuganggo tampa pakaian, melarikan seorang gadis ke dalam hutan, dan para penduduk negeri pun tidak percaya seakan mustahil, sebab tadi malam baru mereka mengubur kan mayat Tuganggo.
Dan mereka bersama-sama berbondong ke kuburan Tambun Jati, ternyata kuburan nya bolong sebesar orang dewasa dan juga masih berasap, kain kafan nya berceceran di pinggir kuburan nya.
Ternyata yang dia larikan anak dari adik bundo Tuganggo sendiri, menurut adat, mereka saudara, wanita yang dia larikan bernama Candan Biduri, sejak saat itu, Tambun Jati tidak muncul lagi, dan juga hampir empat bulan penduduk Negeri Kalimuntiang mencari Candan Biduri, namun tidak mereka temukan, tapi tidak ada tanda-tanda kematian pada wanita itu.
Setelah lebih kurang sepuluh tahun sejak kejadian itu, tiba-tiba Negeri Kalimuntiang di terror oleh kepala terbang di penuhi bintik putih seperti panu, beserta organ dalam nya, setiap malam mencari darah, darah apa pun, darah bayi dan juga hewan-hewan. Sehingga penduduk mengadakan ronda.
Pada malam itu, seluruh warga gempar, sebab seorang ibu muda berteriak, anak nya yang baru di lahir kan tadi siang, di larikan oleh kepala terbang itu dengan cara menggigit leher nya, dia terus terbang memutar- mutar di atas penduduk yang sedang mengejar nya, sehingga darah bayi itu, menetes hingga banyak yang mengenai penduduk.
"Iblis terkutuk laknat, lepaskan bayi itu!". Teriak seorang warga.
Sambil melempar nya dengan kayu serta dengan obor, karena banyak nya benda yang melaju pada nya, sehingga satu obor mengenai mahluk itu, dan rambut panjang dia terbakar, lalu bayi di mulut nya terlepas, dia terus pergi sambil merintih dan berteriak.
"Aku Palasik, Sang pemburu jiwa, aku tidak akan mati". Ucap nya, terus terbang sambil mengucap kan kata takabur nya, tapi api itu tidak juga padam, dia terus terbang dengan melaju, dari kepala terbang itu mereka lihat ialah wajah Candan Biduri.
Terus penduduk mengejar kepala itu, dia terbang ke seberang sungai Galodo Itam dan menuju puncak Gunung Tujuh Beringin Ratapan hantu, (Gunung Pusara Sakti).
Tidak berapa tahun juga sejak kejadian itu, tiba-tiba Negeri Hilir Kalimuntiang yang di terror oleh kepala terbang itu, tapi organ dan kepala nya seperti daging hangus terbakar, dan juga rambut nya telah jarang, hampir sepuluh orang anak- anak yang berumur tujuh tahun kebawah di hisap darah nya oleh kepala terbang itu, seluruh tulang ubun-ubun anak-anak itu bolong, tapi kulit kepala nya tidak luka sedikit pun.
Sejak saat itu, para dukun ahli buat jimat dan para pesilat selalu waspada tampa