menceritakan tentang seorang gadis mantan penari ballet yang mencari tahu penyebab kematian sang sahabat soo young artis papan atas korea selatan. Hingga suatu ketika ia malah terjebak rumor kencan dengan idol ternama. bagaimana kisah mereka, yukkk langsung baca saja
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon venn075, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 12
Sore itu, di ruang kerjanya, Jihoon duduk diam menatap layar ponselnya. Ada satu pesan yang sudah lama ingin ia kirimkan, namun baru sekarang ia merasa waktunya tepat. Dengan jemari mantap, ia mengetik pesan singkat untuk Cassi.
"Cassi… Aku baru saja merampungkan beberapa jadwal. Jika kau masih menginginkan pertemuan itu, aku akan datang. Aku ingin mendengar langsung apa yang ingin kau bicarakan."
Tak lama setelah pesan itu terkirim, Jihoon bersandar di kursinya, matanya menatap jauh ke luar jendela. Ada ketenangan yang aneh merayap di dadanya, seolah pertemuan ini memang harus terjadi. Bukan hanya untuk menjawab rasa penasaran di antara mereka, tapi juga untuk membuka lembaran yang selama ini terabaikan.
"Aku akan menemuimu, Cassi… Kali ini, tanpa ada lagi yang menghalangi," bisiknya lirih.
Suasana di ruang kerja Jihoon masih dipenuhi tumpukan berkas dan jadwal yang padat. Manajernya, Minhyuk, sedang sibuk memeriksa agenda kegiatan yang terus bertambah, hingga tiba-tiba Jihoon menghentikan aktivitasnya dan memanggil pelan, "Hyung, aku ingin bicara sebentar."
Minhyuk menoleh cepat, sedikit terkejut melihat ekspresi Jihoon yang tampak lebih serius dari biasanya. "Ada apa? Kau butuh sesuatu?" tanyanya.
Jihoon menghela napas pelan sebelum akhirnya berkata, "Aku akan keluar sebentar… Ada urusan pribadi yang harus kuselesaikan."
Minhyuk mengerutkan dahi. "Sekarang? Jadwalmu masih—"
Namun Jihoon langsung memotong, suaranya tenang namun tegas. "Tolong longgarkan jadwalku beberapa hari ke depan, Hyung. Aku butuh waktu… untuk urusan ini."
Minhyuk terdiam, menatap Jihoon lekat-lekat seolah ingin memastikan kesungguhan ucapannya. "Apa ini soal… Cassi?" tanyanya hati-hati.
Jihoon hanya tersenyum tipis tanpa menjawab, tapi itu sudah cukup menjadi jawaban.
Minhyuk menghela napas panjang, lalu mengangguk pasrah. "Baiklah… Aku akan urus semuanya. Tapi pastikan kau kembali sebelum ada jadwal resmi."
Jihoon mengangguk pelan. "Terima kasih, Hyung. Kali ini… aku yang harus menyelesaikannya sendiri."
----
Malam itu, di ruang kerja pribadinya yang sunyi, Cassi duduk termenung di depan meja yang dipenuhi berkas lama. Tangannya gemetar pelan saat kembali membuka satu berkas yang selama ini ia simpan rapat—kasus kematian sahabat dekatnya, Soo Young.
Berita, laporan medis, hingga potongan artikel media masa lalu terhampar di hadapannya. Sudah bertahun-tahun Cassi berusaha mengubur semua ini, meyakinkan diri bahwa waktu akan menuntaskan luka. Namun, semakin lama, bayang-bayang kematian Soo Young justru semakin menghantuinya.
"Aku harus tahu… kebenarannya," bisik Cassi lirih.
Malam itu juga, Cassi memantapkan diri. Inilah alasan sebenarnya mengapa ia ingin bertemu Jihoon secara pribadi. Bukan sekadar untuk membahas rumor yang beredar, tapi lebih dari itu—untuk membuat sebuah kesepakatan penting.
Cassi sadar, di balik semua gosip dan hubungan masa lalu, Jihoon adalah sosok kunci yang harus ia ajak bicara. Hanya bersama Jihoon, ia mungkin bisa membuka kembali tabir misteri yang selama ini terkubur rapat. Dan malam itu, Cassi tahu, tak akan ada jalan mundur. Pertemuan mereka akan menjadi awal dari kebenaran yang selama ini ia cari.
---
Malam itu, di salah satu kediaman pribadi milik keluarga Seaggel yang tersembunyi dari keramaian kota, pertemuan dua orang dengan latar belakang berbeda akhirnya terjadi. Tanpa pelayan, tanpa siapa pun yang menemani, hanya Cassi dan Jihoon di ruangan luas yang terasa dingin meski penghangat ruangan menyala.
Cassi duduk di ujung sofa, menatap lurus ke arah Jihoon yang berdiri santai di dekat jendela besar, memandang gelapnya malam di luar sana. Ia tampak tenang, tapi tatapannya mengandung sesuatu yang sulit dijelaskan—antara penasaran dan curiga.
"Aku tidak menyangka… kau benar-benar datang," ucap Cassi akhirnya, memecah keheningan.
Jihoon tersenyum samar tanpa menoleh. "Bukankah kau yang memintaku datang? Aku hanya menghargai undanganmu, Cassi." Nada suaranya ringan, tapi ada sesuatu di balik ucapannya—seolah menahan sesuatu yang lebih dari sekadar basa-basi.
Cassi terdiam, mencoba menahan diri. "Aku ingin bicara soal Soo Young…"
"Aku tahu." Jihoon berbalik, menatapnya lekat. "Tapi sejujurnya… aku lebih tertarik membicarakan tentang kita." Senyuman itu kembali muncul, samar tapi jelas mengandung godaan.
Cassi mendesah pelan, berusaha tetap tenang. "Kita? Sejak kapan ada ‘kita’, Jihoon?"
Jihoon terkekeh, suara tawanya ringan tapi menohok. "Entah… mungkin sejak malam itu di pemakaman Soo Young… atau sejak kau datang ke konserku tanpa izin."
Mata Cassi menajam, wajahnya tetap datar. "Aku datang karena alasan lain, bukan untukmu."
"Tapi matamu saat itu menatapku," sahut Jihoon cepat. "Sama seperti sekarang."
Cassi memalingkan wajah, mengalihkan pandangannya. "Kau terlalu percaya diri."
"Atau… mungkin aku memang tahu bagaimana caranya membuatmu gelisah." Jihoon mendekat, duduk di sofa seberang Cassi, jarak mereka kini hanya sebatas meja kecil di antara. "Jadi, Cassi… apa yang sebenarnya kau inginkan dariku? Jika kau mau membicarakan Soo Young, aku di sini. Tapi jika ini soal kita… aku ingin mendengarnya langsung dari mulutmu."
Cassi menatap Jihoon lekat-lekat, suaranya dingin tapi jelas. "Aku ingin kita membuat kesepakatan. Kita gali bersama tentang apa yang sebenarnya terjadi pada Soo Young. Aku tahu… dia menyimpan sesuatu, dan entah kenapa… aku merasa kau terlibat."
Jihoon membalas tatapan itu dengan tenang. "Kau curiga padaku?"
"Aku hanya ingin memastikan… Soo Young bukan gadis yang mudah terjebak dalam masalah. Tapi dia mati… dan aku tahu itu bukan kecelakaan biasa," suara Cassi melemah, namun matanya tetap tajam.
Jihoon terdiam sejenak sebelum akhirnya berkata pelan, "Jika kau ingin jawaban, aku akan membantumu. Tapi jangan salah paham… aku membantumu bukan karena Soo Young. Tapi karena kau yang memintanya."
"Jangan bermain-main, Jihoon… Aku tidak punya waktu untuk permainanmu," ucap Cassi dingin.
Jihoon tersenyum kecil, matanya menatap Cassi dalam. "Sayangnya, hidupku memang selalu tentang permainan, Cassi. Dan sepertinya… kau sudah masuk ke dalamnya sejak lama."
Keheningan kembali menyelimuti ruangan itu. Hanya ada dua orang dengan jarak yang tak terlihat, terikat oleh masa lalu yang belum terungkap. Dan malam itu, tanpa disadari keduanya, sebuah kesepakatan kelam telah terjalin—mereka akan membuka luka lama yang selama ini berusaha dikubur rapat-rapat.
----
Pagi itu, media di seluruh negeri kembali ramai memberitakan kedekatan antara Jihoon dan Cassi. Foto-foto keduanya yang tertangkap kamera saat pertemuan diam-diam di sebuah kediaman mewah tersebar luas, memicu gelombang spekulasi baru di kalangan publik dan para penggemar.
Namun, berbeda dari sebelumnya, tak ada bantahan, tak ada klarifikasi dari kedua belah pihak. Seolah membiarkan berita itu tumbuh dengan sendirinya.
Sikap diam Jihoon dan Cassi justru menjadi jawaban paling nyata—bahwa hubungan mereka bukan lagi sekadar rumor belaka. Untuk pertama kalinya, publik perlahan menyadari… ada sesuatu yang lebih dari sekadar spekulasi di antara keduanya. Sebuah hubungan yang tak lagi bisa disangkal, dan kini mereka tak berniat menutupinya lagi.