NovelToon NovelToon
Tergoda Tunangan Sahabat

Tergoda Tunangan Sahabat

Status: sedang berlangsung
Genre:One Night Stand / Selingkuh / Cinta Terlarang / Pelakor / Diam-Diam Cinta / Cinta Seiring Waktu
Popularitas:9.3k
Nilai: 5
Nama Author: Nunna Zhy

"Gue tahu gue salah," lanjut Ares, suaranya dipenuhi penyesalan. "Gue nggak seharusnya mengkhianati Zahra... Tapi, Han, gue juga nggak bisa bohong."

Hana menggigit bibirnya, enggan menatap Ares. "Lo sadar ini salah, kan? Kita nggak bisa kayak gini."

Ares menghela napas panjang, keningnya bertumpu di bahu Hana. "Gue tahu. Tapi jujur, gue nggak bisa... Gue nggak bisa sedetik pun nggak khawatir sama lo."

****

Hana Priscilia yang mendedikasikan hidupnya untuk mencari pembunuh kekasihnya, malah terjebak oleh pesona dari polisi tampan—Ares yang kebetulan adalah tunangan sahabatnya sendiri.

Apakah Hana akan melanjutkan balas dendamnya, atau malah menjadi perusak hubungan pertunangan Zahra dan Ares?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nunna Zhy, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 25

Aaron dengan mata hitam legam yang menyala penuh gairah, memandang Hana di bawahnya seolah wanita itu adalah pusat dari seluruh dunianya. Tubuhnya menunduk, kedua tangannya bertumpu kokoh di sisi tubuh Hana, membuat ruang di antara mereka semakin sempit. Wajah cantik Hana yang memancarkan pesona tak terlukiskan menariknya lebih dekat.

Tatapan Aaron menelusuri wajah cantik gadis miliknya, mengagumi setiap lekukan dan garis halus yang membuat Hana begitu memikat. "Lo tahu," katanya dengan suara rendah, hampir seperti bisikan, "gue nggak pernah tertarik sama wanita segila ini." Aaron menundukkan wajahnya, niatnya jelas—untuk mencium bibir ranum yang terus-menerus menarik perhatiannya sejak pertama kali mereka bertemu.

Namun, tepat saat jarak di antara mereka hampir menghilang, Hana memalingkan wajahnya ke samping. Gerakan itu membuat Aaron terhenti, alisnya sedikit terangkat. "Kenapa?"

Hana menggigit bibir bawahnya, menunduk dalam diam. Tatapannya yang biasanya tegas kini menghindar, tak sanggup menatap Aaron. Suaranya gemetar ketika ia berbisik, "Gue... masih virgin."

Aaron terdiam sejenak, lalu terkekeh pelan. Tatapannya berubah, lebih santai namun tetap penuh kendali. Dengan lembut, tangannya terulur, menyentuh pipi Hana, memaksa gadis itu untuk kembali menatapnya. "Gue tahu," katanya dengan nada santai yang menusuk. "Gadis kecil seperti lo nggak berbakat buat jadi seorang ladies."

Mata Hana membelalak kaget. "Lo tahu?" tanyanya, suaranya meninggi, nyaris panik.

Aaron menyeringai, menyandarkan tubuhnya ke belakang, menatap Hana seolah membaca setiap rahasia yang ia coba sembunyikan. "Gue udah sering bermain dengan para ladies, Esther. Mereka semua sama—gila uang, mudah ditebak, dan nggak ada satupun yang benar-benar tulus. Tapi lo... lo beda. Lo canggung, lo nggak licin kayak mereka." Matanya menyipit tajam. "Siapa yang nyuruh lo deketin gue?"

Glek! 

Hana menelan ludah, jantungnya berdegup kencang. Pikiran-pikiran kacau melintasi kepalanya, mencari alasan, tapi semuanya terasa buntu. "Mampus gue ketahuan," bisiknya dalam hati.

"Gu—gue..." Hana tergagap, mencoba merangkai kata-kata, tapi bibirnya membeku.

Aaron mendengus pelan, lalu bangkit berdiri. Ia berjalan ke sisi lain sofa dan duduk di sebelah Hana, menciptakan jarak kecil di antara mereka. Dengan tenang, ia menyulut rokok yang diambil dari saku jaketnya, api dari pemantik seolah menari di matanya yang tajam. Setelah menghisap rokok itu dalam-dalam, ia menghembuskan asapnya ke arah Hana.

Hana tersentak, terbatuk-batuk sambil melambai-lambaikan tangan untuk mengusir asap itu. "Aaron!" protesnya dengan nada lirih.

Aaron menoleh padanya, menyeringai dingin. "Apa yang lo mau?"

"Gue nggak tahu apa yang lo maksud," ujarnya lemah, meskipun ia tahu bohongnya terlalu transparan.

"Kalau lo nggak tahu, gue juga nggak akan buang waktu buat nebak-nebak," katanya sambil kembali menghisap rokoknya. "Tapi gue kasih tahu satu hal, Esther. Gue nggak suka dibohongi. Jadi, kalau lo ada niat main-main sama gue, pikirin lagi baik-baik."

Hana menggigit bibirnya, merasakan dinginnya ancaman terselubung dalam kata-kata Aaron. Tapi di balik intimidasi itu, ada sesuatu yang mengusik hatinya—entah itu rasa takut, rasa bersalah, atau justru ketertarikan yang tak terhindarkan.

Hana merapikan pakaiannya, lalu meletakkan black card yang diberikan oleh Aaron di atas nakas.

"Maaf, gue seharusnya nggak bermain-main dengan ketua Red Dragon. Black card lo gue kembaliin." Hana menunduk penuh penyesalan, lalu melangkah hendak keluar dari kamar milik ketua Red Dragon itu. Namun langkahnya terhenti ketika Aaron berbicara dengan suara keras.

"Siapa yang nyuruh lo keluar, duduk dan temani gue malam ini."

Glek! 

Kembali Hana menelan salivanya, "temani malam ini? Ini nggak seperti yang ada dalam pikirannya bukan?" Tanyanya pada dirinya sendiri.

"Gu—gue...."

Aaron mendongak menatap lekat wajah Hana yang mulai ketakutan.

"Kenapa? Lo takut? Bukannya lo sendiri yang udah berani masuk ke dalam kandang singa? Kemarilah." Aaron menepuk pahanya, meminta Hana kembali duduk di pangkuannya.

Namun gadis itu masih diam di tempatnya. Tubuhnya tegang seperti patung. Hatinya bergejolak, ingin lari tapi tahu itu mustahil. Pandangannya menunduk, menghindari tatapan Aaron yang terasa seperti api, membakar setiap alasan yang ia coba kumpulkan.

Aaron mendesah pendek, "Kemari, Esther," perintahnya, mengulangi dengan nada yang lebih tinggi.

Tak punya pilihan, Hana akhirnya menurut. Dengan langkah berat, ia mulai mendekat, hatinya terus memaki dirinya sendiri. "Bodoh... bodoh banget gue. Kenapa gue pikir mendekati Aaron, ketua Red Dragon, itu hal mudah?!"

Aaron memperhatikan setiap langkahnya, seperti singa yang mengawasi mangsanya mendekat tanpa ada peluang untuk melarikan diri. Tatapan matanya hitam, gelap, penuh kendali.

Ketika Hana akhirnya berdiri di depannya, ia mengulurkan tangan, menariknya ke pangkuannya dengan paksa. Tubuh Hana tegang saat ia merasa napas Aaron begitu dekat di lehernya.

"Bagus," gumam Aaron dengan suara rendah yang hampir seperti geraman. "Setidaknya lo tahu kapan harus patuh." Jemarinya menyusuri lengan Hana dengan pelan, menciptakan tekanan yang membuat gadis itu semakin cemas.

Hana menggigit bibir bawahnya, mencoba menyembunyikan rasa takut yang kini mendominasi tubuhnya. Tapi ia juga tahu, ini baru permulaan dari permainan yang Aaron kendalikan sepenuhnya.

"Mulai malam ini," suara Aaron terdengar seperti deklarasi, penuh kepastian dan otoritas, "lo milik gue. Aaron Wijaya—Ketua Red Dragon."

Hana menahan napas, matanya perlahan menatap pria di hadapannya. Sosok Aaron yang begitu tenang namun mengancam membuatnya merasa seolah dia sudah terperangkap dalam jaring yang tidak mungkin ia lepas.

"Kenapa gue? Kenapa lo milih gue?"

"Karena gue butuh keberanian lo," jawabnya singkat, tetapi penuh makna. "Lo masuk ke dunia gue tanpa izin, dan sekarang lo nggak punya pilihan selain jadi bagian dari itu."

Hana merasa dadanya sesak mendengar kalimat itu. Ia tidak tahu apakah ini ancaman, hukuman, atau sesuatu yang lebih kompleks dari yang ia duga. Tapi yang jelas, permainan ini telah dimulai, dan Aaron Wijaya sudah menetapkan dirinya sebagai pemain utama.

"Kamar lo disebelah, besok jam sembilan pagi dandan yang cantik dan kenakan pakaian yang udah gue siapkan disana."

"Maksud lo?"

"Pergi atau gue pera wanin lo sekarang juga!"

***

Hana melemparkan tubuhnya ke atas ranjang dengan kasar, napasnya memburu karena kelelahan dan frustrasi. Pandangannya kosong menatap langit-langit kamar yang dingin dan asing, pikirannya terus memutar kejadian-kejadian yang baru saja terjadi. Umpatan untuk dirinya sendiri keluar tanpa henti, lirih namun penuh kebencian.

"Bodoh! Lo pikir dia gampang diperdaya? Lo yang bodoh, Hana," gumamnya, menekan kedua tangan di wajahnya. "Gue masuk kandang singa, dan sekarang nggak ada jalan keluar."

Perasaan menyesal bercampur takut menguasainya. Aaron bukan pria biasa. Caranya bicara, caranya bertindak—semua itu menunjukkan kendali penuh atas situasi. Dan kini Hana sadar, ia telah salah besar menganggap Aaron Wijaya mudah dijebak.

Dengan tangan gemetar, Hana meraih ponselnya menekan nama yang ada di kontaknya, "Sammy," dan menelepon pria itu.

"Sam?" suaranya bergetar saat panggilan tersambung.

"Lo di mana? Gue udah nunggu kabar semalaman!" suara Sammy terdengar tajam dari seberang, mencerminkan ketidaksabarannya.

Hana menggigit bibirnya, mencoba menahan tangis yang hampir pecah. "Gue gagal, Sam," ujarnya lirih. "Aaron... dia tahu gue nggak seperti cewek-cewek lain yang biasanya ada di sekeliling dia. Dia curiga sama gue."

Sammy menghela napas panjang. "Gagal? Hana, lo sekarang dimana? Gue jemput!"

"Jangan, Sam!" Hana memotong, suaranya meninggi. "Gue ada di rumah Aaron, gue akan beresin kekacauan gue disini. Lo jangan gegabah, jangan sampai dia tahu lo sama gue bekerja sama."

"Lo yakin? Apa sebaiknya lo mundur aja, Han? Dia lebih pintar dari yang kita kira. Gue takut. Ini Aaron Wijaya yang kita omongin. Ketua Red Dragon, ingat?"

Hana menutup matanya, "Gue nggak bisa berhenti, gue udah melangkah sejauh ini, Sam... Gue cuma perlu dekati Aaron lagi, dapetin kepercayaannya, dan cari celah buat kita."

Sammy terdiam beberapa detik sebelum akhirnya berkata dengan nada tegas, "Tapi lo udah gagal dilangkah pertama, Hana. Kalau lo lanjut, lo tahu apa konsekuensinya, kan?"

"Gue akan cari cara, Sam. Kasih gue waktu."

"Tapi Han, ini terlalu bahaya, kalau dia ngapa-ngapain lo gimana?"

"Gue bisa jaga diri, lo bantu awasin gue dari jauh aja. Sementara disini gue aman. Aaron suruh gue tidur di kamar sebelah."

"Ya udah kalau itu mau lo, gue bantu awasin dari kejauhan." balas Sammy sebelum menutup telepon.

Hana mendesah panjang, sambil memejamkan matanya sejenak. Rasa lelah bercampur dengan kecemasan membuatnya ingin sejenak melupakan situasi yang menjeratnya.

***

Tepat pukul sembilan pagi, pintu kamarnya diketuk. Ketika ia membukanya, sosok Aaron berdiri di depannya. Penampilannya sangat berbeda dari semalam. Kali ini ia mengenakan setelan jas hitam rapi yang membingkai tubuhnya dengan sempurna. Rambutnya tertata rapi, dan wajahnya memancarkan wibawa yang sulit diabaikan. Tidak ada jejak pria urakan yang Hana lihat semalam.

"Ayo," ujar Aaron singkat, suaranya rendah namun penuh otoritas.

"Kita ke mana?"

"Gue nggak punya waktu buat jelasin panjang lebar. Intinya, lo pacar gue sekarang!"

"Hah?!" Hana dibuat kaget oleh penjelasan Aaron.

Aaron mendekatkan tubuhnya sedikit, hingga jarak mereka hanya beberapa inci. "Esther," bisiknya pelan tapi tegas, "kalau gue bilang sekarang, artinya sekarang. Gue nggak suka mengulang dua kali."

"I—iya."

Bagus. Sekarang ikut gue," katanya tanpa banyak basa-basi, berbalik meninggalkan Hana yang masih berusaha mencerna apa yang sebenarnya sedang terjadi.

Di belakangnya, Hana hanya bisa menghela napas panjang sambil mengikuti langkah panjang Aaron. Entah apa yang menunggunya hari ini.

***

Mobil berhenti di depan sebuah bangunan megah. Di sekitar tempat itu, banyak orang berlalu-lalang, mengenakan pakaian formal, menunjukkan bahwa sedang ada acara besar di sana.

Hana memandang keluar jendela, keningnya berkerut bingung. "Ada acara apa?" tanyanya dengan nada penuh rasa ingin tahu, namun samar-samar terselip rasa waspada.

Aaron menoleh, wajahnya tenang namun matanya tajam, seperti singa yang sedang bermain dengan mangsanya. "Ingat, lo pacar gue sekarang, Hana Priscilia."

Deg!  

Nama itu. Nama aslinya. Kata-kata Aaron menghantam Hana seperti petir di siang bolong. Tubuhnya langsung menegang, dan ia menoleh ke arah Aaron dengan tatapan panik.

Jantungnya terasa berhenti berdetak. "Apa... apa maksud lo?" tanyanya terbata-bata, mencoba menyembunyikan kegugupannya, meskipun jelas itu sia-sia.

Bersambung...

1
Chalimah Kuchiki
semangat hana.. jangan jatuh cinta ke siapa2 dulu, fokus cari tau penyebab meninggalnya pacar kamu siapa
Mas Sigit
di tunggu up nya thor, klu bisa yg bnyk🤭💪💪💪
Chalimah Kuchiki
hana ingat jangan kegabah baper ke tunangan temen atau ke arion. kenali mereka baik2 dulu
Chalimah Kuchiki
sukaaaaa
Mas Sigit
wah ceritany bikin jantung jedag jedug serasa adrenalin
Chalimah Kuchiki
ah lanjutttt... jadi aku team pak intel atau bad boy nih 🤗
Mas Sigit
wkwkwkkkkk
Mas Sigit
ceritany sungguh bikin jantung q dug"ser krn penasaran sekaligus tegang krn takut hana kenapa"
November
lanjutewe
Devi Nur Fitri
Q mampir kak ....suka banget sama yg badhusband
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!