Jendral yang membawa kemenangan dalam perang, satu-satunya sword master kekaisaran itulah Duke Killian Fredrick, .
Namun, satu hal yang membuat dirinya gemetar. Hal yang tidak terjadi bahkan dalam perang berdarah sekalipun.
"Frederic, sudah saatnya mengakhiri segalanya." Itulah yang diucapkan Duchess Grisela Fredrik.
Tangan Killian mengepal, pernikahan yang terjadi di usia 9 tahun saat dirinya sakit-sakitan dan tidak memiliki kekuasaan di keluarganya. Dan sekarang setelah keadaan baik-baik saja, perceraian?
"Apa kamu fikir dapat keluar dari kekaisaran dengan mudah? Bukankah kamu berjanji untuk menemaniku selama-lamanya." Tanya Killian.
Hal yang membuat Grisela menarik tangannya. Wanita yang benar-benar mengetahui dirinya tidak akan hidup dalam waktu lama.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon KOHAPU, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ganti
Killian mengangguk, wajahnya tersenyum, walaupun samar dilihatnya kalung milik Grisela dikenakan oleh Ivone hari ini.
Dirinya benar-benar tidak berguna bukan? Entah kapan dirinya dapat mengendalikan mana dengan sempurna.
"Bagus! Bubur labunya habis." Grisela tersenyum padanya. Kemudian mulai bangkit, memakan makanan milik Killian yang disediakan pelayan.
"Apa makanannya beracun? Jangan memakannya!" Killian merebut alat makan milik Grisela merasa curiga.
"Duke begitu menyayangi Killian. Hingga menyelamatkan keluargaku dari kehancuran. Kamu berfikir Duchess berani meracuni Killian terang-terangan? Jika sesuai dugaanku, makanan ini beracun bagimu yang tidak bisa mengontrol mana. Tapi tidak denganku." Jawab Grisela, kembali merebut alat makan dari Killian.
"Jangan dimakan! Bagaimana jika dugaanmu salah!? Aku mohon..." Pinta Killian, hendak merebut garpu yang berisi lengkap potongan daging.
Tapi Grisela tetap memakannya. Kemudian tersenyum mengejek ke arah Killian."Lihat! Dugaanku benar bukan? Aku tidak apa-apa." Ucapnya dengan mulut penuh.
Killian menghela napas lega sejenak. Namun, bagaikan anak kecil, karena memang masih kecil. Tiba-tiba saja Grisela memegangi lehernya. Perlahan matanya tertutup, tubuhnya terjatuh di lantai.
Satu lagi orang yang ada disisinya disingkirkan Duchess? Killian berlari, mendekap tubuh yang terbaring di lantai."Grisela bangun! Kita ke dokter! Tidak aku akan membawamu ke kuil suci! Grisela! Bangun!"
Rasa sakit akibat kehilangan, pemikiran di luar nalar? Entah apa tanpa disadari asap hitam kecil bagaikan tentakel berada di bagian bawah lantai tempat mereka duduk.
"Grisela..." Panggilnya menangis memeluk Grisela erat. Tidak ada lagi tempat baginya di rumah ini. Asap hitam yang bagaikan hidup merayap ke sekitar tubuhnya.
"Bercanda!" Tiba-tiba saja Grisela membuka matanya tertawa.
Asap hitam aneh yang merayap dari bawah menghilang entah kenapa. Sama sekali tidak disadari oleh Killian dan Grisela.
Hanya tawa Grisela yang terdengar. Beriringan dengan Killian yang tersenyum tidak marah sama sekali. Memeluk tubuh Grisela erat."Syukurlah, kamu tidak apa-apa... syukurlah..." ucapnya dengan perasaan yang lebih baik.
"Aku hanya bercanda, jangan menangis. Dasar cengeng, kalau cengeng begini bagaikan kita akan menghadapi Duchess." Grisela membelai pelan punggung Killian.
"Aku tidak menangis!" Seru Killian tapi masih mengeluarkan air mata memeluk erat tubuh Grisela.
"Kalau tidak menangis yang ada di bahuku air apa?" Tanya Grisela menipiskan bibir menahan tawanya.
"Hujan! Atapnya bocor!" Jawab Killian.
"Ini musim salju di Utara. Bocor darimananya?" Hanya tersenyum, itulah yang dilakukan Grisela melihat tingkah Killian. Benar-benar mencerminkan anak kecil sesungguhnya. Benar-benar anak yang berhati lembut, mengingat Killian selama ini mengkonsumsi apapun yang diberikan pelayan. Walaupun mengetahui itu dapat memperpendek hidupnya.
Bagaimana orang seperti ini ketika dewasa nanti dapat menjadi...villain? Bahkan Killian saat ini begitu lembut. Terlalu berbeda dengan penggambaran pada novel aslinya.
Dalam novel aslinya Duke Killian Fredrick, melangkah menelusuri lorong istana kekaisaran yang gelap. Sepatunya meninggalkan jejak kemerahan dengan aroma amis darah yang menyengat.
Rambut putih panjang terikat, warna pupil mata merah, benar-benar terlihat mengerikan dalam kegelapan. Wajahnya tersenyum diikuti oleh Riel, yang selalu setia sebagai tangan kanannya.
Ribuan prajurit yang menjaga istana bagaikan tidak dapat menghentikan langkahnya. Istana kekaisaran bagaikan menjadi lautan darah.
Riel bahkan dapat bertindak lebih kejam. Membawa buku berisikan mantra terlarang. Bibirnya tidak berhenti mengucapkan mantra, mengendalikan para monster yang mengamuk di istana. Semakin banyak yang mati bagaikan sebuah keindahan baginya.
Hanya satu tujuan mereka, membunuh saintess?
Grisela menghela napas, tidak tau dengan pasti ending novel. Mengingat dirinya mengalami kecelakaan sebelum membacanya sampai akhir.
Tapi...apa penggambaran sang penulis tidak keterlaluan? Bagaimana bisa anak sakit-sakitan selemah ini dapat berbuat begitu kejam? Entahlah, tapi setelah mereka dewasa, dirinya akan bercerai sebelum cerita novel sesungguhnya dimulai. Kemudian hidup dengan tenang, mungkin di wilayah kekuasaan Count Nicolas, atau di negara lain. Pastinya dirinya tidak akan ikut-ikutan pada plot kehancuran.
"Berjanjilah tidak akan pernah mati." Killian melepaskan pelukannya, menghapus air matanya. Kemudian mengulurkan jari kelingkingnya, ingin membuat janji.
"Semua manusia akan mati. Tapi aku janji tidak akan mati di hadapan Killian." Grisela mengaitkan jari kelingkingnya. Kemudian menyatukan jempol."Stempel janji." Ucapnya terlihat begitu manis.
Sedangkan Killian mulai tersenyum. Grisela benar-benar seperti keajaiban dalam hidupnya. Teman pertama yang dimilikinya, orang yang mungkin lebih menyayanginya daripada pengasuhnya yang terkadang menggerutu mengambil beberapa perhiasan milik mendiang ibunya. Atau ayahnya, yang memilih pergi berperang untuk melupakan kesedihan akibat kematian mendiang istrinya.
Benar! Hanya Grisela yang ada untuknya. Grisela adalah miliknya.
"Bagaimana, apa sudah ada perkembangan mengendalikan mana?" Tanya Grisela penasaran.
"Ha... hanya sedikit, karena aku hanya mempelajari dari buku, ada tutor yang aku panggil diam-diam. Semuanya sedikit lebih baik." Killian mengeluarkan lingkaran sihir kecil. Saat itu juga kalung milik Grisela yang direbut Ivone jatuh.
"Killian bisa mengambilnya?" Tanya Grisela, kagum. Bukan kalung yang besar hanya kalung emas kecil dengan batu berlian yang juga tidak begitu besar. Tapi ini pemberian Count Nicolas sebelum meninggalkan dirinya di kastil Duke. Seorang ayah yang benar-benar menyayangi putrinya. Namun terpaksa melakukan ini, daripada harus menjual gelar.
"Ayah..." Grisela menangis memeluk kalung, terlihat seperti anak kecil pada umumnya. Benar-benar merindukan ayahnya tidak tau harus bagaimana. Dirinya terlahir di dunia asing ini sebagai bayi yang baru dilahirkan. Begitu disayangi dan dimanjakan Count Nicolas. Walaupun memiliki ingatan di kehidupan sebelumnya, Count Nicolas tetap ayah yang mengajarinya berjalan, membelikan gaun terbaik.
"Sudah aku duga Grisela akan menyukainya." Ucap Killian tersenyum.
"Terimakasih." Grisela mengecup pipi Killian, membuat wajah anak laki-laki itu semerah tomat.
Sedikit menunduk, inilah yang dinamakan persahabatan? Gawat! Jantungnya berdegup tidak teratur. Apa dirinya terkena serangan jantung? Atau penyakit lain.
"Killian begitu tampan dan baik!" Grisela menangkup pipi Killian agar menatap ke arahnya.
"A...aku..." Astaga! Anak laki-laki polos yang tidak tau harus apa. Tapi Grisela memang terlihat begitu cantik di matanya, menelan ludah.
Benar-benar anak polos berusia 9 tahun.
"Killian begitu menggemaskan!" Grisela menarik pipi Killian gemas.
"Sakit..." Gerutu Killian.
"Maaf! Tapi dari hari pertama kita bertemu aku ingin melakukan ini!" Grisela tertawa pada akhirnya melepaskan pipi Killian.
***
Saatnya berpisah dengan putra mahkota. Jemputan yang sudah tiba, Grisela diberikan hadiah berupa gelang safir tanda perdamaian dari kerajaan timur. Sebuah harta pusaka yang jika dijual pasti bernilai begitu tinggi. Sebagai rasa terimakasih kaisar sudah membantu menyelamatkan putra mahkota.
Tentu saja Grisela menyimpan benda itu baik-baik. Menatap ke arah putra mahkota yang akan menaiki kereta kuda. Bukan hanya putra mahkota, tapi Killian, Duchess dan Ivone juga ada disana.
Pada awalnya Ivone masih menempel pada putra mahkota. Tapi begitu lepas, putra mahkota berjalan cepat ke arah Grisela.
"Kamu harus tumbuh menjadi orang yang baik dan bijaksana. Lalu temui aku di istana..." Putra mahkota yang tidak tahu malu, mengambil jepit rambut milik Grisela.
Membuat semua orang membulatkan matanya.
"Aku akan menemui yang mulia..." Dua orang yang memiliki kesepakatan dan kepentingan. Tentu saja membuat kesalahan pahaman di mata orang-orang yang melihatnya.
Killian merebut jepit rambut milik Grisela, kemudian kembali menyelipkannya pada rambut istrinya.
"Sebagai gantinya, putra mahkota dapat mengambil brosku..." Killian menyerahkan bros miliknya, wajahnya tersenyum.
Tapi entah kenapa putra mahkota tidak menyukai Bros milik Killian."Kalau begitu aku menantikan pertemuan kita Duke muda..."
makanya killian menghancurkan istana kerajaan.
lugunya annete sampai tdk mengetahui adiknya sendiri serakah sejak kecil dari pertama muncul digubuk bertemu grisella dan killian