Jejak Tanpa Nama mengisahkan perjalanan Arga, seorang detektif muda yang berpengalaman dalam menyelesaikan berbagai kasus kriminal, namun selalu merasa ada sesuatu yang hilang dalam hidupnya. Suatu malam, ia dipanggil untuk menyelidiki sebuah pembunuhan misterius di sebuah apartemen terpencil. Korban tidak memiliki identitas, dan satu-satunya petunjuk yang ditemukan adalah sebuah catatan yang berbunyi, "Jika kamu ingin tahu siapa yang membunuhku, ikuti jejak tanpa nama."
Petunjuk pertama ini membawa Arga pada serangkaian kejadian yang semakin aneh dan membingungkan. Saat ia menggali lebih dalam, ia menemukan sebuah foto yang tampaknya biasa, namun menyembunyikan banyak rahasia. Foto itu menunjukkan sebuah keluarga dengan salah satu wajah yang sengaja dihapus. Semakin Arga menyelidiki, semakin ia merasa bahwa kasus ini lebih dari sekadar pembunuhan biasa. Ada kekuatan besar yang bekerja di balik layar, menghalangi setiap langkahnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dyy93, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Terjerat dalam Jaringan
Hari berikutnya, Arga bangun lebih awal dari biasanya. Pagi itu, udara terasa dingin, dan suara hujan yang mulai mereda semalam masih terdengar samar-samar di luar jendela. Pikirannya masih terfokus pada penemuan berkas-berkas di apartemen korban dan nama yang muncul berulang kali: Leonardo Aditya. Pengusaha besar itu adalah nama yang sudah lama terdengar di dunia bisnis dan politik. Namun, Arga merasa ada sesuatu yang tersembunyi di balik wajah publiknya yang bersih.
Arga tahu bahwa ia harus menggali lebih dalam tentang Leonardo, tapi ia juga sadar bahwa semakin ia mendekat, semakin besar risikonya. Pengusaha ini bukanlah orang sembarangan, dan jaringan yang ada di baliknya bisa jadi jauh lebih luas dan lebih berbahaya daripada yang ia bayangkan.
Arga memutuskan untuk pergi ke kantor pusat perusahaan milik Leonardo Aditya. Namun, sebelum itu, ia kembali memeriksa berkas yang ia temukan di apartemen korban. Di dalamnya terdapat banyak informasi mengenai transaksi-transaksi bisnis yang tampaknya sah, namun Arga menyadari ada sesuatu yang aneh. Nama-nama yang terlibat dalam transaksi itu selalu mengarah pada perusahaan-perusahaan yang berafiliasi dengan sektor yang sangat tertutup—perdagangan senjata, teknologi canggih, dan proyek-proyek yang melibatkan pemerintah. Semua hal yang sangat jauh dari apa yang terlihat di permukaan.
Dengan perasaan yang semakin berat, Arga akhirnya memutuskan untuk menemui seseorang yang mungkin bisa memberinya informasi lebih. Ia menghubungi Icha, seorang jurnalis investigasi yang telah lama bekerjasama dengannya dalam beberapa kasus besar. Icha dikenal sebagai seseorang yang memiliki sumber daya yang luas dan memiliki hubungan dengan orang-orang penting di dunia bisnis dan politik.
Setelah beberapa menit berbicara di telepon, mereka sepakat untuk bertemu di kafe yang tidak terlalu ramai. Arga tahu bahwa Icha akan memberikan perspektif yang berbeda mengenai kasus ini. Ia berharap Icha bisa membantu membuka beberapa pintu yang selama ini terkunci rapat.
Setibanya di kafe, Arga melihat Icha sudah menunggu di sudut, mengenakan jaket hitam yang cukup mencolok dengan rambut panjang tergerai. Ketika Icha melihatnya, ia langsung berdiri dan memberikan senyum tipis, meski wajahnya tetap tampak serius.
“Kamu kelihatan cemas,” ujar Icha begitu Arga duduk di depannya.
“Ada sesuatu yang besar yang sedang terjadi,” jawab Arga tanpa basa-basi. Ia langsung mengeluarkan berkas-berkas yang ia temukan dari apartemen korban. “Aku butuh bantuanmu. Nama Leonardo Aditya, apakah kamu tahu siapa dia?”
Icha memeriksa berkas itu dengan cermat, lalu menatap Arga. “Leonardo Aditya? Pengusaha besar, tentu saja. Dia terlibat dalam banyak proyek besar, baik domestik maupun internasional. Orangnya terkenal punya koneksi kuat. Tapi ada satu hal yang tidak banyak orang tahu tentang dia.”
“Apa itu?” tanya Arga, matanya tajam menatap Icha.
“Dia tidak hanya seorang pengusaha,” jawab Icha dengan suara rendah. “Dia juga terlibat dalam dunia bawah tanah—kegiatan ilegal yang melibatkan penghindaran pajak, peredaran uang gelap, bahkan perdagangan senjata. Tapi itu semua tertutup rapat. Tidak ada yang bisa membuktikannya.”
Arga mendengus pelan. Semua informasi itu sesuai dengan temuan-temuannya selama ini. Leonardo Aditya tampaknya memang menyembunyikan banyak hal di balik tampilan resminya sebagai pengusaha sukses. Namun, ini bukan hanya tentang bisnis atau kejahatan biasa. Arga merasa bahwa ada lebih banyak yang harus ia ungkap.
“Icha, aku butuh akses ke beberapa data pribadi tentang Leonardo,” kata Arga dengan tegas. “Aku tahu itu berisiko, tapi aku butuh informasi tentang transaksi-transaksi yang melibatkan dia dan perusahaan-perusahaannya.”
Icha mengangguk. “Aku akan coba cari. Tapi kamu harus hati-hati, Arga. Seseorang pasti mengawasi setiap langkahmu sekarang. Ini bukan hanya soal bisnis. Ini tentang kekuasaan yang jauh lebih besar dari yang kamu bayangkan.”
Setelah pertemuan itu, Arga kembali ke kantornya. Ia tidak merasa lebih tenang, justru semakin tertekan. Setiap langkah yang ia ambil membawanya lebih dalam ke dalam dunia yang gelap, penuh dengan intrik, dan siap mengancam siapa saja yang berani mengungkapnya. Namun, ia sudah terlanjur terjebak.
Arga kembali memeriksa berkas-berkas yang telah ia kumpulkan. Dalam salah satu dokumen, ada catatan yang menarik perhatian. Ternyata, selain transaksi bisnis, ada juga data tentang sebuah proyek bernama "Helios" yang dipimpin oleh Leonardo. Proyek ini sangat rahasia, dan tidak ada informasi yang banyak mengenai apa sebenarnya yang sedang dikerjakan. Namun, proyek ini disebut-sebut melibatkan teknologi canggih yang dapat mengubah banyak hal dalam industri pertahanan dan keamanan negara.
Arga tidak bisa mengabaikan informasi ini. Proyek Helios bisa jadi kunci untuk mengungkap semuanya. Ia merasa bahwa ini adalah titik terang yang selama ini ia cari. Namun, semakin dalam ia menyelidiki, semakin besar kemungkinan bahwa ia akan melawan kekuatan yang jauh lebih besar dan lebih berbahaya dari yang bisa ia hadapi sendiri.
Keputusan untuk melanjutkan penyelidikan ini semakin mempengaruhi Arga. Namun, ia tidak bisa mundur. Setiap petunjuk yang ia temukan semakin mengarah padanya. Bahkan, saat ia tengah memikirkan langkah selanjutnya, teleponnya berdering lagi. Kali ini, suara yang terdengar sangat berbeda. Suara itu tegas, namun terdengar seperti seseorang yang sudah sangat mengenal dirinya.
“Arga,” suara itu terdengar, begitu dekat dan menekan. “Jika kamu melanjutkan pencarian ini, kamu akan menyesal. Leonardo Aditya lebih berbahaya dari yang kamu kira.”
Sebelum Arga bisa menjawab, sambungan telepon itu terputus begitu saja.
Hatinya berdebar kencang. Arga tahu, peringatan itu bukan tanpa alasan. Ia sudah melangkah terlalu jauh, dan jalan yang ada di depannya semakin gelap.
Namun, Arga sudah bertekad. Ia akan terus mencari kebenaran, meskipun itu berarti harus bertaruh dengan nyawanya sendiri.
---