Kisah ini adalah kelanjutan dari Novel Bopo Kembar Desa Banyu Alas.
Di sini, Author akan lebih banyak membahas tentang Arjuna Jati Manggala, putra dari Arsha dan Raina yang memiliki Batu Panca Warna.
Batu Panca Warna sendiri di percaya memiliki sesuatu yang istimewa. 'Penanda' Bopo ini, barulah di turunkan pada Arjuna setelah ratusan tahun lamanya. Jadi, Arjuna adalah pemegang Batu Panca Warna yang kedua.
Author juga akan membahas kehidupan Sashi, Kakak Angkat Arjuna dan juga dua sepupu Arjuna yaitu si kembar, Naradipta dan Naladhipa.
Beberapa karakter pun akan ada yang Author hilangkan demi bisa mendapatkan fokus cerita.
Agar bisa mengerti alurnya, silahkan baca terlebih dahulu Novel Cinta Ugal - Ugalan Mas Kades dan juga Novel Bopo Kembar Desa Banyu Alas bagi pembaca yang belum membaca kedua Novel tersebut.
Happy Reading
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Fernanda Syafira, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
4. Pujaan Hati
"Mau kemana, Dek?" Tanya Saira saat melihat Ashoka yang sedang bersiap - siap.
"Mau main, Mbak." Jawab Ashoka sambil cengar - cengir.
"Mika mau kemana?" Tanya Nala. Gadis cantik itu kini sudah berumur lima tahun.
"Mika mau main. Kan hari libur." Jawab Ashoka.
"Mika mau pergi sama Om yang waktu itu, ya?" Celetuk Nala.
"Om yang mana, Dek?" Tanya Saira sambil senyum - senyum ke arah Ashoka.
"Om yang katanya temen Mika. Waktu itu pernah main ke sini waktu Bopo sama Buna lagi ke Kabupaten." Cerita Nala.
"Om itu katanya pacar Mika. Pacar itu apa sih, Buna?" Tanya Nala yang membuat Saira dan Ashoka saling pandang.
"Pacar itu, orang yang nantinya akan jadi suami, kalau Allah mengizinkan." Jawab Saira.
"Kalo Allah gak ngizinin?" Tanya Nala.
"Ya berarti bukan jodoh dan gak jadi suami." Jawab Saira.
"Ish... Ish... Ish... Kasian sekali kalau Allah gak izinin Mika. Mika sama Om harus banyak - banyak berdoa tuh, biar Allah izinin. Kata Ibu, Allah itu baik kok, Mika." Kata Nala yang menasehati Ashoka hingga membuat Saira dan Ashoka menahan tawa.
"Iya, Nduk. Nanti Mika banyak berdoa, biar Allah kasih izin." Jawab Ashoka.
"Jangan sendirian, Mika, doanya. Om juga harus bantuin. Buna juga boleh kalo mau bantuin Mika. Nanti Aku ajak Mas Dipta, Mas Juna sama Mbak Aci bantuin doa juga. Kata Ibu, semakin banyak yang doain, semakin cepet di kabulin. Biar cepet dapet izin dari Allah." Cerocos Nala yang membuat Saira dan Ashoka tertawa geli.
"Matur nuwun, njih, Cah Ayu. (Terima Kasih, ya, anak cantik.)" Ucap Ashoka.
"Sama - sama, Mika." Jawab Nala.
"Buna, aku mau main di depan ya, sama Mas Dipta dan Mas Juna." Pamit Nala.
"Mbak Aci dimana?" Tanya Saira.
"Mbak Aci lagi injek - injek punggung Yang Kung, Ayah sama Bopo." Jawab Nala.
"Yaudah, hati - hati mainnya, ya." Ujar Saira yang di jawab anggukan oleh Nala.
"Parah sih emang, Romo sama Mas - Masku. Bukannya manggil tukang pijit, malah memperdaya keponakanku." Kata Ashoka yang kemudian menghampiri tiga pria itu di ruang keluarga.
"Ya Allah, ini kenapa malah pada jejeran gini kayak ikan asin di jemur?" Cicit Ashoka.
"Mana memperdaya keponakanku lagi. Bukannya manggil Mbok Mi." Imbuh Ashoka yang membuat Abimanyu, Arsha dan Aksa tertawa.
"Enakan di ijek - injek putu wedok (cucu perempuan.)" Jawab Abi sambil tertawa.
"Tau tuh! Cucunya lagi mainan, di panggil cuma suruh nginjek - nginjek." Sahut Runi yang kebetulan lewat.
"Gini lho, Bun. Nikmatnya punya cucu." Jawab Abimanyu.
"Katanya CEO perusahaan. Perusahaan segede alaihim, tapi masih injek - injek. Spa sana lho, Mas, biar keren kayak CEO - CEO pada umumnya." Ujar Ashoka sambil menggoyang - goyangkan kaki Arsha.
"Lah, CEO kan kalo di Kota. Kita kan lagi mode Desa, ya enak di injek - injek gini, to." Sahut Arsha.
"Geratis!" Celetuk Aksa yang membuat mereka tertawa.
"Anak - anak... Sini - sini, Mika kasih mainan." Seru Ashoka yang manggil tiga keponakannya yang lain.
Arjuna, Dipta dan Nala pun segera menghampiri Ashoka.
"Apa Mika?" Tanya ketiganya dengan antusias.
"Tuh, main trampolin di punggung Yang Kung, Ayah sama Bopo." Kata Ashoka.
"Yeee!" Seru ketiganya yang langsung naik ke punggung Abimanyu, Arsha dan Aksa yang masih menikmati di injak - injak oleh Sashi.
"Aduh ya Allah, Gusti. Kok ya yang tiga ikut - ikut!" Cicit Aksa.
"Mika yang suruh." Jawab Arjuna.
"Sudah, Yang Kung sudah. Gak sanggup kalo empat - empatnya naik ke punggung. Yang Kung sudah tua. Naik ke punggung Ayah sama Bopo aja, sana." Kata Abimanyu yang kemudian duduk.
"Yang Kung beneran udah?" Tanya Sashi.
"Sampun, Nok. Matur suwun, njih. (Sudah, Nok. Terima kasih, ya.)" Ucap Abimanyu.
"Njih, sami - sami, Kung." Jawab Sashi.
"Wes - wes, udune penak malah remuk nak ngene corone! (Sudah - sudah, bukannya enak malah hancur kalai gini caranya!)" Omel Arsha yang membuat Ashoka dan Runi tertawa.
"Assalamualaikum." Suara seorang pria terdengar dari depan rumah mereka.
"Waalaikumsalam." Jawab mereka yang masih berada di ruang keluarga. Ashoka pun segera keluar untuk menghampiri tamunya.
Setelah mempersilahkan tamunya itu masuk dan duduk, Ashoka pun kembali ke ruang keluarga lagi.
"Loh, Romo mana?" Tanya Ashoka.
"Barusan ke belakang, sama Ibun." Jawab Arsha.
"Siapa, Dek?" Tanya Aksa.
"Calon Adek Ipar, Mas." Jawab Saira.
"Calon adek ipar? Kapan pacarannya? Kok baru tau?" Tanya Arsha.
"Duh, gosip aja Mbak Saira ini." Kekeh Ashoka.
"Aku juga baru sebulan kenal kok, Mas." Jawab Ashoka.
"Widih, gentle juga, baru sebulan udah berani main kerumah aja." Kekeh Aksa.
"Bawa mobil silver ya?" Tanya Arsha yang di jawab anggulan oleh Ashoka.
"Bukannya minggu lalu dia kesini juga? Mas lihat mobil itu masuk ke sini waktu mau berangkat ke acara nikahan adiknya Gus Akhtar." Kata Arsha.
"Iya, Dek?" Tanya Aksa yang di jawab anggukan oleh Ashoka.
"Kok Mas Aksa gak tau?" Tanya Aksa.
"Kita lagi ke Kabupaten, Mas. Nala yang tau, tadi cerita sama Buna." Jawab Saira.
"Loh... Loh... Perlu di tatar dulu sih kalo gitu, Mas." Kata Aksa sambil menaik turunkan alisnya.
"Jangan macem - macem ya, Mas." Cicit Ashoka sambil melotot.
"Udah ah, aku mau panggil Romo sam Ibun dulu. Sekalian bikin minum." Kata Ashoka.
"Bikin buat Mas sama Mas Aksa sekalian, Dek." Titah Arsha.
Kedua pria itu pun kemudian keluar menuju ke ruang tamu. Tentu saja mereka akan menghampiri pria yang sedang dekat dengan Adiknya itu.
Setelah memanggil Abimanyu dan Runi, tak lama kemudian, Ashoka pun keluar dengan membawa nampan berisi minuman.
"Mas - Masku beneran nyamperin to, Mbak?" Tanya Ashoka saat melihat Saira dan Raina yang kini sedang mengobrol di ruang keluarga.
"Iya, dari tadi udahan." Jawab Saira.
"Ibu Ina kenapa senyam - senyum?" Tanya Ashoka.
"Calon suami, ya?" Kekeh Raina.
"Huuu! Gosip aja Mbak Saira sama Mbak Raina ini." Ujar Ashoka sembari meninggalkan kedua kakak iparnya yang tertawa.
Ashoka pun meletakkan gelas - gelas berisi teh dan kopi panas itu di atas meja. Di sana, sudah duduk Aksa, Arsha dan kedua orang tuanya bersama seorang pria gagah nan tampan yang tampak tenang itu.
Setelahnya, Ashoka pun duduk di sebelah Ibunnya.
"Silahkan di minum, Mas." Ujar Abimanyu mempersilahkan tamunya.
"Terima kasih, Pak." Jawab Si Pria dengan sopan.
Mereka pun mulai mengobrol ke sana dan kemari dengan santai. Sementara Ashoka sesekali melirik ke arah kedua Kakaknya. Kedua Kakaknya itu nampak santai, tak seperti biasanya yang suka mengintimidasi.
Di awal, mereka tentu berkenalan, kemudian membahas masalah pekerjaan dan merembet membahas hal lainnya. Pria bernama Falih itu, sangat pandai membawa suasana hingga tak ada kecanggungan pada obrolan mereka saat itu.
"Begini Pak, Bu, Mas, ada yang ingin Falih sampaikan." Ucap Falih yang tentu langsung menari perhatian keluarga Ashoka.
mz arjunaku yg ca'em,bagus,guanteng sak kabehe,smpyn meneng mawon.lenggah sing tenang.tak santette sandi sak krocone.😡🤬😤
ayoooo juna sentil si sandi dengan kelelawar🤭