Ciara Anstasya, wanita berusia 27. merantau demi kesembuhan emntalnya, dari luar jawa sampai akhirnya hanya sebatas luar kota.
di tempat kerja barunya ini, dia bertemu orang-orang baik dan juga seorang pria bernama Chandra. satu-satunya pria yang selalu mengikutinya dan menggodanya.
"Berbagilah, kamu tidak sendirian sekarang"
kalimat yang pernah dia katakan pada Cia, mampu membuat hati Cia berdebar. namun, tiba-tiba rasa insecure Cia muncul tiba-tiba.
mampukah Chandra meredam rasa insecure yang Cia alami? dan menjalin hubungan lebih jauh denganya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ningxi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Hari Pertama
Hari di mana Cia mulai bekerja sudah tiba. Setelah kemarin, hari minggu dia berjalan jalan di sekitar tempat tinggalnya, dan memastikan lokasi Restoran tempatnya bekerja. Ternyata tempatnya tidak begitu jauh dari kos yang di tinggalinya.
Drrrt.. Drrrrt
Suara ponsel yang bergetar itu membuat Cia terbangun dari tidurnya.
"Iya bu!" jawab Cia dengan kesadaran yang baru setengah terkumpul.
"nak, Udah jam setengah tujuh ayok bangun terus mandi! nanti telat kamu kerjanya" omel sang Ibu.
"Iya ibu, tempat kerjaku gak jauh kok, hanya butuh 10 menit untuk jalan kaki" Jawab Cia, setelahnya dia mengambil botol air minum di sampingnya.
"Kamu gak boleh meremehkan sesuatu nak. Meskipun dekat, gak ada salahnya berangkat lebih awal" ucap ibunya menasehati.
"Baik bu, kalau gitu aku mandi dulu ya? biar nanti tinggal berangkat". Cia
"iya sana mandi terus siap-siap. Jangan lupa sarapan, Ayah sama Ibu aja udah selesai sarapan dari tadi" ucap sang ibu sebelum sang anak bertanya.
"iya Ibuuu. yaudah kalau gitu, Ibu baik-baik di rumah".
"iya nak, ibu bakalan baik-baik saja".
Setelah mengakhiri telfon singkatnya dengan sang Ibu, Cia segera berjalan ke arah kamar mandi untuk membersihkan diri.
Selepas mandi, Cia langsung bersiap dan segera berangkat. Dia pergi lebih awal untuk mampir ke toserba membeli roti dan susu kotak untuk mengisi perutnya.
"Aku harus membeli beberapa susu kotak untuk stok" gumam Cia setelah ingat, jika ada kulkas di dapur kosannya.
Setelah melihat jam di pergelangan tangannya sudah menunjukan pukul delapan kurang, Cia segera berjalan menuju tempatnya kerja.
Cia melihat ada tiga orang di depan Restoran, yang menurutnya itu karyawan baru sepertinya karena menggunakan setelan hitam putih. Cia segera berlari kecil untuk bergabung bersama mereka.
Restoran yang Cia datangi sangat besar, walaupun hanya berlantai dua. Di samping Restoran, ada sebuah bangunan yang mungkin di gunakan sebagai kantor, di depannya ada sebuah gazebo dan taman mini. Parkirannya juga sangat luas untuk ukuran Restoran saja.
"Haloo!" sapa Cia pada ketiga orang di depannya.
Satu laki-laki dan dua perempuan. Laki-laki itu menganggukan kepala dengan senyum ramah di bibirnya, begitupun dengan satu perempuan muda di sampingnya. Sedangkan satu perempuan lagi, yang menurut Cia seusianya itu hanya melihatnya cuek.
"mungkin dia menerapkan hidup individualisme kali ya" batin Cia dengan mata yang melirik perempuan itu sekilas.
Tidak ada pembicaraan di antara mereka. Sampai akhirnya ada seorang karyawan perempuan keluar memanggil mereka agar segera masuk.
"Adik-adik ayo segera masuk. Pak Bayu sudah memanggil kalian" ucap karyawan tersebut.
Perempuan itu berjalan ke pintu samping Restoran, di sana tertulis jika itu pintu khusus karyawan. Mereka berjalan mengikuti perempuan itu ke sebuah ruangan.
"Pak?" perempuan itu segera membuka pintu setelah di persilahkan orang di dalam.
"Masuklah!" ucap pria dewasa yang tak lain adalah pak Bayu. Perempuan yang mengantar mereka segera pergi setelah menutup pintu.
"Tunggu sebentar di sini!" ucap pak Bayu yang setelahnya berjalan ke meja di samping mereka berdiri untuk mengambil beberapa paperbag di atasnya.
Pak Bayu memberikan paperbag itu satu per satu sesuai nama yang tertera di luarnya.
"Di dalam paperbag itu ada dua seragam beserta apronnya. Terus ada nametag, buku panduan juga kunci loker untuk menyimpan barang-barang kalian.". Pak Bayu
"kalian bisa membaca bukunya sepulang dari sini untuk mempelajari apa yang harus kalian lakukan selama bekerja. Ada juga beberapa daftar menu andalan yang harus kalian hafalkan untuk di rekomendasikan kepada setiap pengunjung. Untuk dasar-dasarnya nanti ada kakak-kakak yang mengajari kalian. Untuk jadwal kerja kalian bisa cek di grup karyawan ya, nomor kalian sudah saya masukan semu" lanjut penjelasan pak Bayu.
"BAIK PAK"
Ke empat anak baru itu menganggukan kepala dengan jawaban iya yang serentak.
Mereka segera keluar setelah pak Bayu memanggil dua karyawan perempuan untuk mebimbing mereka. Ternyata sistem shift sudah di tentukan sebelumnya. Dua perempuan karyawan baru di pulangkan terlebih dulu karena mereka mendapat shift malam. Sedang Cia dan laki-laki tadi masuk shift pagi.
Mereka berdua di giring menuju tempat loker, yang sekaligus menjadi tempat istirahat bagi mereka. Di ruangan itu tersedia loker, kursi untuk istirahat serta ada matras yang di senderkan ke dinding untuk mereka yang ingin tidur, atau sekedar selonjoran.
"Sekarang kamu bisa menyimpan barang kamu di sini! Terus ganti baju kamu dengan seragam yang telah di berikan! Kamar mandinya di sana" ucap perempuan itu, yang sekaligus menunjukan pintu kamar mandi di ujung ruangan.
Setelah berganti seragam. Cia langsung di arahkan untuk mengikuti perempuan tadi, sedangkan Riko yang juga karyawan baru seperti Cia di bawa perempuan yang berbeda.
"Yang mengajari kalian bukan satu orang saja. Anggap saya sebagai mentor kamu dan kalian punya mentor yang berbeda." jelas perempuan itu dengan datar.
"iya kak, kalau boleh tau nama kakak siapa ya? Kalau nama saya Ciara kak" tanya Cia dengan ragu karena perempuan itu terkesan tak perduli.
"Nama saya Nina, panggil saja kak Nina" jawan perempuan bernama Nina itu dengan intonasi yang lebih bersahabat.
Nina, perempuan berusia 30 tahun dengan tubuh yang lebih tinggi dari Cia. Kulitnya bersih, dengan rambut panjangnya yang di kuncir kuda. Wajahnya terlihat judes tapi orangnya sangat baik.
Nina membawa Cia ke dalam Restoran. Di sana sudah ada karyawan yang membersihkan tiap lokasinya masing-masing sebelum buka. Nina memberikan lap serta semprotan untuk Cia, agar bisa dia gunakan untuk membersihkan meja, sedangkan Nina, membersihkan kaca jendela.
Selesai mereka membersihkan Restoran. Saat jam sembilan tepat, Restoran sudah mulai di buka.
"Kamu di sebelah sini sama kakak! Sedang teman kamu yang laki tadi sama kak Sandra di sebelah sana" jelas Nina, tangannya menunjuk Riko, dan perempuan bernama Sandra tadi, meraka berada di sebelah kanan meja bartender, yang memang agak jauh darinya.
Riko memiliki usia yang sama dengan Cia, katanya. Tubuhnya tinggi, wajahnya manis dengan kulit coklatnya. Sedangkan Sandra, memiliki tinggi yang sama dengan Riko, kulitnya putih pucat, dengan rambut panjang pirang, dan bibir merahnya. Mungkin tinggi mereka 170 an.
Restoran begitu luas, jadi mereka harus di bagi dua untuk berjaga, agar memudahkan pengunjung untuk memanggil mereka, juga memudahkan karyawan dalam melayani setiap tamu yang datang.
"pak Bayu bilang, kamu sudah cukup punya pengalaman, karena, pernah bekerja di rumah makan. Pekerjaannya tentu tak jauh berbeda, tapi, nanti kamu liat kakak dulu untuk mempelajarinya, dan kamu bisa tau apa perbedaan dan persamaannya" jelas Nina lebih ramah dari sebelumnya.
Selama bekerja, Cia mampu mengerjakan semua dengan baik, karena Nina mengajarinya dengan baik, dan ramah. Berbeda dengan Riko, yang sering melihat Nina dan Cia saat melakukan pekerjaannya, karena, Sandra hanya berdiri melihat Riko melayani pelanggan. Dia hanya membantu saat datang beberapa pengunjung secara bersamaan.
"Kasian Riko, kenapa pak Bayu masih menugaskan Sandra untuk mengajari karyawan baru sih? Sudah tau Sandra semena mena sama karyawan baru" gumam Nina, dan kekesalan itu masih bisa di dengar Cia.
"Sapalah saat kamu bertemu Sandra, tapi, jangan pernah kamu memiliki urusan dengan perempuan itu. Hindari dia sebisa mungkin" ucap Nina memberi peringatan pada Cia.
"memang kenapa kak?" Cia bertanya dengan heran.
"huh.. Dia orang yang melakukan apapun sesukanya, banyak anak baru yang keluar gara-gara dia. Bahkan kasir senior pun out gara-gara ada masalah sama tuh orang. Aku heran, kenapa pak Bayu mempertahankannya? Meskipun tau kelakuan anak itu" Nina menjelaskannya dengan rasa kesal yang di tahannya.
"aku bakal lebih hati-hati kak" ucap Cia dengan yakin.
Nina melihat Cia dengan seksama, dia heran karena Cia tidak memilik perasan takut sama sekali.
Jam istirahat yang mereka dapat adalah satu jam. Tiap istirahat di lakukan dua orang sekaligus, dan itu juga sudah ada di jadwal. Benar-benar terstruktur dengan baik.
Saat tiba giliran Cia, ternyata bebarengan dengan Sandra, orang yang seharusnya di hindari Cia, namun, mau menghindar bagaimanapun juga, mereka akan tetap bertemu, karena satu tempat kerja.
Cia menyapa Sandra dengan senyum di bibirnya, namun hanya tatapan sinis yang di dapat Cia.
"Nih orang kenapa coba? Gak jelas banget emosinya." Cia membatin saat melihat Sandra yang masih bermuka judes, dan garang seperti induk ayam yang anaknya di bawah lari Cia.
"nah nah.. Kenapa lagi nih orang tiba-tiba tersenyum sumringah gitu? Jangan-jangan punya gangguan bipolar nih orang" Batin Cia lagi yang menatap Sandra dengan aneh karena tiba-tiba perempuan itu tersenyum menatap ke arah pintu.
Cia mengikuti arah pandangan Sandra.
"Lha! Dasar betina, ujung-ujungnya, yang di gilai cowok tampan juga. Harusnya mereka berdua di ikat aja jadi satu, biar hidupnya penuh tawa nih perempuan, tapi, kayaknya tuh cowok yang bakalan mati muda". Cia terus membatin dengan mulut yang terus mengunyah roti di tangan kananya, dan susu kotak di tangan kirinya.
Cia terus menatap Sandra, wanita itu masih tersenyum begitu manis, sedangkan, sang pria yang mulai duduk di atas matras itu, hanya diam dengan muka yang sangat datar dan cuek. Bahkan, menurut Cia, pria itu menganggap Cia dan Sandra makhluk tak kasat mata di sana. Tampan sih, tapi kalau ada urusan sama Sandra, Cia batal kagum sama pria di depannya. Dia masih ingat dengan pesan Nina, jadi, sebisa mungkin, Cia tidak menatap pria tampan di depannya itu.
Setelah jam istirahat selesai, Cia kembali bekerja dengan semangat, tanpa memikirkan sikap Sandra di ruang karyawan tadi. Tak terasa jam pulang untuk shift pagi telah tiba. Jam 3.30 akhir dari shift pagi, dan jam 10 akhir dari shift malam.
"Ci, ayok pulang" ajak Nina, yang sudah berjalan duluan ke arah ruang karyawan. Cia juga bertemu dengan orang-orang yang bekerja shift malam.
Cia dan Nina berjalan beriringan menuju pintu samping untuk pulang.
"Gimana hari pertama kamu kerja Ci?" tanya Nina saat mereka sampai di luar pintu.
"menyenangkan kak. Semua orang di sana baik kecuali kak Sandra" ucap Cia yang sudah lebih santai bersama Nina.
Nina tersenyum mendengar ucapan Cia.
"Kamu pulang dengan apa Ci?" Nina bertanya hal lain lagi.
"Oh, aku jalan kaki kak, kosku deket kok, di belakang toserba 24 jam itu loh" jawab Cia semangat. Akhirnya dia punya teman baik di kota yang keras ini.
"kamu kos di tempat bu Ida?" tanya Nina dengan antusias.
"iya kak, kak Nina tau bu Ida?" heran Cia.
"siapa sih Ci yang nggak kenal bu Ida? Beliau terkenal di kalangan pekerja di sekitar sini. Ayok pulang bareng, rumah kakak juga di sekitar sana" ajak Nina, yang segera mengambil sepeda kayuhnya.
"ayok Ci, kakak bonceng" ajak Nina, setelah naik di atas sepedanya.
Cia nampak ragu, namun tetap duduk di belakang Nina. Nina mulai mengayuh sepedanya pelan, mereka mengobrol dengan ringan tiap jalan menuju pulang. Pintu gerbang kos Cia terbuka, karena baru saja ada yang masuk, sehingga Nina langsung ikut memasuki kos tersebut.
"Loh kak! Kakak mau mampir ke kamarku?" tanya Cia.
"Tidak, kakak mau pulang kok, kakak duluan ya Ci?" ucap Nina, dia mulai mengayuh sepedanya ke arah gerbang samping, yang terhubung dengan rumah bu Ida.
"Lah! Ternyata kak Nina, anak perempuan yang di bilang bu Ida kemarin?" gumam Cia. Dia segera naik ke atas, ke lantai dua, tempat kamarnya berada.
Cia ingat jika kemarin, saat membayar kos ke rumah bu Ida. Beliau mengatakan, jika punya tiga anak perempuan, yang dua di antaranya telah menikah, dan tinggal bersama suaminya. Sedang satu anak perempuanya, berusia 30 tahun tinggal bersamanya, tapi tidak berada di rumah karena sedang bekerja. Ternyata, Nina sudah menikah, dan punya satu anak perempuan berusia 2 tahun, yang Cia temui kemarin di rumah bu Ida. Itu informasi yang didapat Cia dari bu Ida.
Cia langsung mandi, dan kembali keluar, untuk membeli makan di depan kosnya. Ada warung yang cukup besar, dan ramai, yang menjual bakso, dan mie ayam, saat pagi mereka menjual bubur ayam.
Ting..
Cia membaca pesan yang berasal dari Zara, saat menunggu bakso yang di belinya
"Kak Cia? Kapan kakak libur?"
"Baru juga kerja sehari Ra. Masak udah libur aja"
"pokoknya kalau libur hubungi Zara! Kita main sama mama juga"
"iya Ra, nanti kakak kabarin ok?"
"Yaudah kalau gitu. Jangan lupa makan kak!"
Cia tersenyum saat membaca pesan yang di kirim Zara, dia seperti punya adik perempuan. Cia segera pulang, setelah menerima bakso yang di bungkusnya.
Saat sedang bermain game di ponselnya, terlihat nomor sang ibu yang melakukan panggilan Video.
"Halo! Ibu, Ayah" jawab Cia, saat melihat wajah sang Ibu, dan Ayah dalam layar ponselnya.
"nak, gimana kerjanya?" tanya sang ibu dengan antusias.
"Baik kok bu, teman kerjaku juga baik semua, anak kos tempatku tinggal juga kerja di sana, dan orangnya baik banget" ucap Cia dengan antusias.
"Syukurlah kalau begitu." ibunya lega, karena sang anak dapat teman yang baik, juga Ibu kos yang baik.
"Jangan lupa kata ayah! kalau ada yang jahat, balas saja gak usah takut" ayahnya menimpali.
"hahaha, tenang aja yah, anak ayah ini nggak berniat mengalah kok, jika ada yang jahat sama Cia" yakin Cia dengan tawanya.
Tak banyak yang mereka bicarakan, karena sang Ayah, dan Ibunya mau pergi ke rumah sang nenek. Tepat jam sembilan, Cia sudah mulai merebahkan dirinya di atas kasur untuk segera tidur. Meskipun belum mengantuk, Cia tetap memaksa matanya untuk segera terpejam, hingga tak lama akhirnya perempuan itu terlelap dengan nyenyak.
.
.
...****************...