NovelToon NovelToon
JALAN SESAT

JALAN SESAT

Status: tamat
Genre:Horor / Tamat / Spiritual / Iblis / Mata Batin / Kutukan / Hantu
Popularitas:23.4k
Nilai: 5
Nama Author: Siti H

kisah seorang wanita yang ingin hidup kaya secara instan. suaminya yang pemalas membuatnya harus menempuh jalan sesat dengan melakukan persekutan bersama iblis yang menjanjikannya kekayaan.

Ia membuka sebuah warung nasi. namun dalam sekejap saja dapat menarik pembeli dan menjadikannya kaya raya. tetapi semua itu tak.mudah, karena akan ada konsekwensi yang harus ia terima. ikuti kisah selanjutnya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Siti H, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Hadir

Silvi menaiki ranjang tidurnya. Ia menatap langit-langit kamarnya. Ia merenungkan sikap sang majikan yang terlihat sangat aneh.

Ia hanya membaca ayat suci  tetapi mengapa Nadira merasa kepanasan? Bukankah hanya iblis dan syeetan saja yang tidak menyukai kalimah suci tersebut?

Silvi memejamkan kedua matanya, dan merasakan kantuk yang luar biasa.

Sementara itu, Nadira sedang berada ditepian ranjang. Ia terlihat sedang menghitung uang dan perhiasan yang ia dapatkan kemarin malam.

Rama memperhatikannya dengan tatapan yang begitu menggi-uurkan.

"Dik, bagilah abang uang dan perhiasan itu, banyak sangat akang liat," ucap Rama. Ia merasa tak sabar untuk memilikinya.

Nadira melemparkan segepok uang untuk pria ceking tersebut. Seketika raut wajah Rama berubah berbinar, dan dengan cepat menyambarnya.

Ia dapat memastikan jika uang tersebut bernilai lima juta rupiah, dan tampaknya Nadira begitu royal sekali memberikan uangnya untuk sang suami.

"Duuuh, kamu emang istri idaman banget, deh," ucap Rama dengan sangat menggebu-gebu.

Ingin rasanya ia menyergap sang istri saat ini juga. Tetapi aroma busuk yang dikeluarkan oleh Nadira yang berasal dari liang surga tersebut, membuatnya mengundurkan niatnya.

"Emmmm, sepertinya jika aku mendekati Ranti dengan uang sebanyak ini pasti akan sangat mudah," guman Rama dengan hayalan ko-toor yang memenuhi isi kepalanya.

Rama tak mengerti mengapa istrinya tiba-tiba menjadi berubah karena aroma yang sangat menyebalkan yang lebih mirip dengan bangkai.

Hari masih sangat gelap. Adzan subuh berkumandang. Silvi bangkit dari tidurnya. Ia mengambil wudhu dan menunaikan shalat subuh.

Setelah selesai shalat, ia meraih  yang disimpannya didalam tas. Untuk mengelabui majikannya, ia membacanya dalam hati dan  merasakan dirinya begitu sangat tenang.

Tiba-tiba Nadira terbangun dan mengge-liat kepa-nasan. Ia begitu sangat gerah dan menyalakan alat pendingin ruangan dengan suhu tinggi, tetapi ia masih saja merasakan gerah.

"Kenapa pa-nas banget, ya?" Gumamnya lirih, ia mengibas-ngibaskan telapak tangannya untuk mengipas dirinya.

Silvi selesai dengan ibadahnya, dan kembali menyembunyikan kitab suci tersebut didalam tasnya.

Nadira tiba-tiba kembali merasa dingin, ia tak lagi kepanasan, dan ingin kembali tidur.

Silvi membangunkan kedua rekannya. Mereka harus bersiap bekerja, membersihkan rumah sang majikan dan juga memasak untuk dagangan siang ini.

Silvi menyapu rumah. Saat ia membersihkan lantai yang menuju gudang, ia merasakan hawa yang sangat panas keluar dari pintu tersebut. Ia begitu penasaran dengan isi dalam kamar yang selalu tertutup itu, meskipun sang majikan melarangnya, walau hanya untuk mendekatinya.

"Silvi," teriak Rindu dari arah dapur.

"Ya," sahut gadis itu dengan gugup, karena ia terkejut dengan panggilan sahabatnya yang tiba-tiba saja. Ia menuju dapur untuk menghampiri Rindu. Tetapi setelah berada didapur, ia tak menemukan gadis itu disana.

Silvi merasa bingung dan ia meyakini jika panggilan itu begitu jelas ia dengar.

Saat bersamaan, ia melihat Rindu dan juga Ranti dari arah belakang, keduanya membawa ember plastik untuk menjemur cucian.

"Ada apa, Rin?" Tanya Silvi.

"Ada apa--maksudnya?" Tanya Rindu balik bertanya dengan wajah penasaran.

"Tadi kamu panggil aku, ada apaan?" Silvi mencoba menjelaskan.

"Isss, aku tak ada panggil kamu, aku lagi jemur pakaian, kalau tak percaya tanya saja si Ranti," jawab Rindu, lalu bergegas pergi ke dapur untuk meletakkan ember kosong yang dibawanya.

Silvi tercenung, dan ia mencoba mengabaikan semuanya, mungkin ia hanya berhalusinasi saja.

Sementar itu, Nadira sudah terlihat rapih, ia akan pergi ke pasar untuk berbelanja. Sedangkan Rama masih didalam kamarnya, dan tertidur.

"Saya mau ke pasar. Kamu, Rindu, ikut saya buat bawa barang," titah Nadira kepada remaja itu.

Rindu menganggukkan kepalanya dan bergegas mengekori sang majikan.

Sementara itu, Silvi pergi ke dapur dan untuk mencuci piring yang saat sedang bertumpuk banyak.

Ranti ingin mengepel rumah dan juga membersihkan warung Nasi. Tetapi tiba-tiba ia dikejutkan oleh sebuah tangan yang membee-kapnya dan menyeretnya masuk ke dalam kamar.

"Sssstttt," Rama menempelkan jemari telunjuknya dibi-bir gadis  yang bertubuh aduhai tersebut.

"Bapak, ada apa?" Tanya Ranti ketakutan.

"Bapak akan beri kamu uang, tapi turuti permintaan Bapak," Rama menempelkan uang satu juta ke ke bibir Ranti.

Sang gadis sumringah seketika. "Kalau kamu mau lebih banyak lagi, bapak akan berikan," ucap Rama ditelinga Ranti. Kini tangannya sudah mendarat diboo-kong bohaaay sang gadis.

Ranti tersentak kaget. Ia membolakan kedua matanya, ingin menolak, tetapi uang yang didepan matanya begitu menggoda dan menahan imannya.

Rama semakin berani, bergerilya disekujur tubuh moo-lek itu. "Ini enak, percayalah," bisik Rama.

Tubuh kurus pria itu menarik Ranti ke atas ranjang, dan terjadilah perguu-mulan dipagi hari yang membuat olah raga keringat.

"Sakit, Pak," teriak Ranti, saat ruudal milik Rama yang tak seberapa berhasil membo-bol benteng pertahanan sang gadis.

Rama tak mengindahkannya, ia terus memacu tubuhnya, hingga membuat ia mengejang dan mencapai puncak surgawinya.

Ranti terengah-engah dan akhirnya ia merelakan sesuatu yang harus dijaganya untuk seorang pria bertubuh ceking plus berwajah pas-pas'an tersebut.

"Sudah, cepat keluar, nanti ketahuan ibu," titah Rama. Ia merapikan tempat tidur dan tidak menyadari noda daa-rah yang mem-bercak di sprei akibat robeknya sesuatu milik Ranti. Gadis itu mengenakan pakaiannya. Tetapi ia belum merasakan kepua-sannya.

Silvi memergoki Ranti keluar dari kamar sang majikan, ia kembali menyembunyikan dirinya dibalik dinding dapur dan melihat Ranti berjalan dengan sedikit kepayahan.

"Apa yang dilakukan Ranti dikamar Bu Nadira?" Silvi merasakan jika ada sesuatu yang mencurigakan dari gerak-gerik rekan kerjanya tersebut.

Ranti memasuki kamar mandi. Ia merasa perih saat membasuh aset berharganya. "Sakit banget," rintihnya. Ia teringat bagaimana pria itu membo- bol milik berharganya.

"Ternyata milik pak Rama kecil," remaja itu menggerutu lirih.

"Haaaaah..."

Terdengar suara lirih dan juga parau yang seolah berbisik dikamar mandi.

Seketika Ranti terkejut, hampir saja gayung yang berada digenggamnya terlempar, dan dadanya bergemuruh, sesaat bu-lu kuduknya meremang. Ia merasa sesuatu sedang berada dikamar mandi bersama dirinya.

"Ranntii...," bisik seseorang yang sangat begitu nyata di indera pendengarannya.

"Hah," Ranti terlonjak kaget. Ia merasakan degub jantungnya berpacu lebih cepat. Ia mendengar dengan jelas suara tersebut menyebut namanya. Ranti mempercepat mandinya dan bergegas keluar.

Silvi melihat rekan kerjanya itu keluar dari kamar mandi dengan raut wajah yang pucat. Bibirnya bergetar. Silvi mengira jika Ranti sedang kedinginan karena mandi keramas pagi-pagi.

Beberapa jam kemudian. Nadira pulang dengan membawa banyak belanjaan. Rindu terlihat kelelahan karena membawa barang yang cukup banyak. Silvi mencoba membantunya.

"Dimana Ranti? Mengapa tidak terlihat!" Tanya Nadira dengan nada ketus. Ia sepertinya tak suka jika para pekerjanya terlihat malas-malasan.

"Mungkin sedang ganti baju, Bu, baru siap mandi," jawab Silvi.

"Huh! Pagi-pagi sudah mandi, seperti punya suami saja," sungut Nadira, sembari meninggalkan pekerjanya dan menuju kamar.

Setibanya dikamar, ia melihat Rama suaminya masih tertidur. "Kang, bangun! Enak saja jam segini masih tidur," omel Nadira yang merasa kesal dengan sang suami yang masih tidur lelap, sedangkan ia sudah harus ke pasar saat pagi-pagi sekali.

Rama membuka matanya, kemudian beranjak bangkit, ia tak ingin mendengar omelan Nadira yang mana tidak akan berhenti jika masih berada didalam kamar.

Pria itu keluar dari kamar dan menuju warung.

Nadira ingin merebahkan dirinya diranjang, tetapi ujung matanya melihat sesuatu yang mencurigakan. "Apa ini? Mengapa mirip seperti daa-rah?" Nadira menghampiri bercak nooda da-rrah yang menempel disprei.

Sesaat hidungnya mencium aroma anyir mirip  kenik--matan pria. "Sial, siapa yang sudah dibajak sawahnya oleh Kang Rama? Berani-beraninya dia berma-in dibelakangku, awas saja," Nadira merasa sangat kesal.

Wanita itu beranjak dari ranjang. Ia menuju dapur dan berdiri diambang pintu. Ia memperhatikan ketiga pekerjanya yang sedang sibuk menyiapkan bahan dagangan siang nanti.

Perhatian Nadira tertuju pada Ranti yang saat ini menggeraikan rambut basahnya. "Hemmm, sepertinya aku tau siapa yang bermain kotor, lihat saja apa yang akan aku lakukan padamu," guman Nadira dengan raut wajah penuh dendam.

Melihat para pekerjanya sedang sibuk didapur. Nadira menuju kamar rahasia miliknya dilantai dua.

Ia memasukinya dengan cepat, kemudian menutupnya dan tak lupa untuk menguncinya.

Ia menanggalkan pakaiannya. Kemudian duduk bersiam dan membaca mantra memanggil iblis berwujud nenek renta untuk memberikan melakukan ritual.

Seketika suasana kamar menjadi gerah. Hawa panas menyeruak merubah suhu kamar dengan begitu cepat.

Seketika sosok mengerikan hadir dengan wujud mengerikan itu. Dua bola matanya yang berwarna merah membuat sosok itu semakin terlihat sangat seram.

Sosok itu menyeringai memandang sang abdinya. Tubuhnya yang renta dan berperawakan kurus, serta jemarinya yang panjang dan kuku runcing menyentuh wajahnya.

"Ni, ada sesuatu yanga ingin ku berikan padamu,"

"Apa itu," suara parau dan terdengar berat berbisik ditelinga Nadira.

"Seseorang telah mengkhianatiku, aku ingin merasakan balasan yang sangat kejam," Nadira mengungkapkan isi hatinya.

Seringai tajam tercuat dibibir makhluk mengerikan itu. "Itu hal mudah bagiku, dan aku sudah lama menunggunya." kemudian ia menghilang dan meninggalkan Nadira dalam senyum kelicikan.

1
Ajeng Sripungga
Luar biasa
V3
Like + Hadiah Bunga + Vote sdh meluncur di akhir Bab 😘😘
V3
laach ... dh HBS ja cerita nya ,,,, akhirnya Nadira mati jg di tangan peliharaan nya sndri.
mati dalam keadaan Kusnul Khotimah.
semoga kita semua nya di jauhi dr perbuatan syirik , keji dan mungkar 🤲 Aamiin Yaa Rabbal Allamiin 🤲
❤Lembayung Jingga❤: aamiin...
total 1 replies
V3
duuuh .... aku ikut deg degan nih ,,, berharap Silvi dkk dpt selamat dr Iblis Nadira 😱😱😱
naas bgt nasib nya Rama , akhirnya mati di tangan bini nya dh keji bersama selingkuhan nya 🤦
mayat orang di bilang barang , jd barang dagangan 🤣🤣🤣
Leona Night
ih ngeri
Leona Night
kayak kena penyakit kelamin
Leona Night
Mau aja sama rama yang mata keranjang
Leona Night
ngeri
Leona Night
kasihan Ratu
Leona Night
mereka apes kerja di sana
Leona Night
daging siapa lagi itu
Leona Night
semoga selamat gak jadi tumbal
Leona Night
jadi rendang
Leona Night
semoga silvi selamat
Leona Night
kasihan lia
Leona Night
kasihan ayah ibu ranti
Leona Night
bau anyir pelaku tumbal...ih ngeri
Leona Night
tumbal tersamar seperti serangan macan
Leona Night
Semoga kekepoan Silvi tidak menjebaknya jadi korban berikutnya
Leona Night
nadira jadi lupa daratan.
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!