NovelToon NovelToon
Rahasia Bos Muda

Rahasia Bos Muda

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Mengubah Takdir
Popularitas:6.7k
Nilai: 5
Nama Author: elinazy

Naya terjebak ke dalam situasi yang rumit bersama dengan bos muda yakni Gavin. Mereka difitnah telah melakukan perbuatan zina hingga membuatnya harus berusaha keras membuktikan kebenaran yang sebenarnya. Apalagi mereka berdua tidak saling mencintai dan enggan menikah karena paksaan. Perjuangan kedua nya menjadi lebih sulit akibat karakter yang berbeda 180 derajat.
Akankah mereka berhasil keluar dari masalah tersebut atau justru harus pasrah menerima pernikahan?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon elinazy, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Gak doyan!

Naya meneteskan air mata dengan sedikit sesenggukan menahan rasa sakit di hati nya akibat jebakan yang dilakukan oleh teman sendiri. Kepercayaan dan harapan yang diberikan Ratih telah runtuh seketika. Hanya penyesalan yang menyelimuti tubuh gadis manis tersebut. Ia ingin sekali meminta bantuan kepada keluarga nya. Namun apalah daya, semua barang barang serta ponsel nya berada di ruang tunggu.

"Tolong jangan sakiti aku hiks hiks" Naya berusaha memohon karena hanya itu harapan terakhir nya sekarang.

"Apa aku salah dengar? Hahaha, wanita panggilan di depan ku meminta untuk tidak disakiti? Baiklah, aku akan bermain secara halus. Aku Gavin, kalau kamu Naya kan?" Bos muda itu mencolek dagu Naya.

"Aku bukan wanita panggilan!" Tangis Naya berubah menjadi amarah yang begitu membara. Ia tidak bisa terus memohon karena akan sangat percuma. Memberontak adalah jalan keluar saat ini daripada harus tunduk kepada orang orang kejam disekitar.

"Apa kamu bercanda hai gadis manis? Atau kamu dijebak seperti gadis gadis lugu lainnya?" Bisik Gavin mendekatkan mulut nya ke telinga Naya.

Naya semakin kesal dengan senyuman yang di berikan Gavin Seolah memandang nya sebagai perempuan tidak berharga. Ia mengepalkan tangan seolah ingin memukuli pria itu, namun tenaga yang dimiliki tidaklah cukup untuk melakukan nya.

"Aku akan menuruti semua keinginanmu, kecuali melayani nafsumu!"

"Kamu adalah wanita panggilan, selesaikan tugas mu lalu pergi dan selesai. Kita tidak akan bertemu lagi setelah nya"

"Kamu pikir gampang melepaskan harga diri ku untuk pria sepertimu?" Naya mendorong tubuh pria itu untuk sedikit menjauh.

Hari semakin terik. Panas matahari seolah terasa menyengat dalam tubuh Naya, padahal kamar itu bersuhu dingin dan tidak ada sorotan matahari yang masuk ke dalam. Keringat bercucuran mengalir disertai nafas tidak beraturan.

Gavin kembali menghidupkan rokok nya dan terduduk di tempat semula dengan memandang ke arah luar jendela. Naya kebingungan dengan situasi ini hingga masih berusaha agar bisa keluar dari kamar itu. Berkali kali ia coba membuka pintu dengan mendobrak nya, namun sia sia karena tenaga yang dia punya tidak seberapa.

"Istirahatkanlah tubuh mu daripada harus membuang buang energi secara percuma" Ujar Gavin sambil mengembuskan asap rokok.

"Gak! Lebih baik aku mati daripada harus melayani mu"

"Aku gak akan menyentuh mu sedikitpun. Harga diri ku sudah hancur sejak kamu menolak secara mentah mentah!"

Naya kembali menangis tersedu sedu. Ia terduduk dengan sandaran pintu. Tubuh nya mendadak lemas tak bertenaga. Ada rasa lega dengan perkataan Gavin, namun tetap waspada karena orang seperti nya cukup sulit dipercaya. Suara tangisan Naya membuat pendengaran Gavin terganggu hingga ketenangan yang dirasakan nya tadi mendadak hilang.

"Tolong diam! Aku tidak suka kebisingan!" Bentak Gavin bernada suara tinggi.

"Aku ingin menghubungi keluarga ku" Ujar Naya lirih.

"Ck, kamu inget nomer keluargamu gak? Nih aku pinjamin ponsel. Tapi ingat, jangan buat mereka khawatir. Cukup kabari dan bilang kalau kamu baik baik aja. Ngerti?" Gavin menyodorkan ponsel milik nya dengan sukarela. Berharap agar tangisan Naya segera berakhir setelah menghubungi keluarga.

***

"Mil, perasaan ibuk gak enak" Ujar bu Nilam saat dipijat kaki nya pada malam hari. Usia yang menginjak 58 tahun membuat ibu dua anak ini merasa cepat lelah, terutama rasa pegal di kaki yang hampir tiap hari dirasakan. Pijatan rutin dilakukan Mila sebagai bentuk pengabdian nya untuk ibu mertua.

"Gak enak kenapa buk? Mikirin Naya?" Balas Mila dengan terus memijat kaki mertua nya.

"Iya Mil, Zidan gak pulang, Naya juga gak di rumah. Rasanya campur aduk mikirin dua anak itu" Bu Nilam terus mengelus dada nya dan menghembuskan nafas panjang. Raut wajah khawatir terlihat dengan tatapan mata yang berkaca kaca. Sangat menggambarkan kondisi hati nya yang sedang tidak baik.

Mila mengerti kondisi yang dialami mertua nya sangatlah wajar. Apalagi kedua anak yang selalu menemani nya sejak kepergian suami tercinta. Namun ia tidak bisa melakukan apapun selain berusaha menenangkan dengan sebuah perkataan.

"Mas Zidan kan ke luar kota sama rekan kerja nya buk. Nah kalau Naya juga baru dapat kerjaan, harusnya ibuk senang dong karena kedua anak nya sama sama pergi mencari uang untuk kita"

"Tapi ibuk gak tenang Mil, kalau Zidan sih gak masalah toh ibuk juga gak keberatan karena biasa ditinggal sama dia. Tapi Naya.." Bu Nilam tidak mampu melanjutkan perkataan nya karena air mata mulai berlarian keluar.

"Jangan nangis buk, Naya itu sudah besar. Selama ini juga dia perempuan yang mandiri, biasa cari uang sendiri" Mila memeluk bu Nilam dengan lembut. Hati nya tidak sanggup melihat sosok yang sudah seperti ibu kandung nya menangis karena ditinggal anak perempuan pergi bekerja.

Meskipun tadi siang sudah mendapatkan kabar dari Naya, namun seorang ibu seolah mendapat firasat jika putri nya sedang tidak baik baik saja.

"Kamu beresin rumah aja Mil, ibuk pengen sendirian"

Mila keluar dari kamar bu Nilam dengan perasaan cemas. Ia tidak tinggal diam, ponsel yang berada di atas meja makan diraih nya untuk menghubungi Naya. Berkali kali ia menekan nomer adik ipar nya namun tidak ada jawaban.

"Jangan hubungi nomer ini lagi ya mbak, soalnya minjem ponsel orang lain" Larangan Naya tadi siang di sambungan telepon terngiang ngiang di benak Mila. Namun dengan terpaksa, nomer itu ditekan agar bisa tahu kabar dari nya.

Tut.. tut..

"Halo, siapa?"

Deg.. Jantung Mila berdegup kencang saat mendengar suara laki laki dari nomer yang dipakai Naya tadi. Pikiran nya berantakan tidak karuan memikirkan adik ipar. Ia mengira jika nomer itu adalah milik Ratih, tapi ternyata bukan. Hingga orang itu menutup telepon nya karena Mila tidak mampu bersuara. Tangan yang memegang ponsel mendadak bergemetar, ia hanya bisa berdoa agar Naya tidak berbuat sesuatu yang buruk.

***

"Siapa sih malem malem gini nelpon? Gak jelas banget, udah diangkat malah gak ada suara nya" Gumam Gavin lirih.

Ia menatap Naya yang tertidur diatas ranjang dengan pulas. Wajah nya terlihat kelelahan seolah menanggung beban besar. Rasa kasihan muncul dalam hati Gavin hingga keingintahuan nya tentang gadis itu semakin besar.

"Ngapain ngeliatin aku!" Bentak Naya saat membuka mata nya perlahan dan terlihat wajah Gavin. Ia bangun dari ranjang lalu berdiri menjauh.

"Gak usah geer, siapa juga yang ngelihatin" Balas Gavin mengelak.

Naya hanya diam saja sambil memegang gagang pintu dengan ketakutan. Ia menyesal karena telah ketiduran saat tidak sengaja memejamkan mata tadi siang. Setiap lekuk bagian tubuh nya diperhatikan untuk memastikan Gavin tidak berusaha menyentuh nya saat tertidur tadi.

"Aku gak ngapa ngapain kamu ya, gak doyan!"

"Bagus deh, aku juga bukan makanan yang bisa kamu cobain seenaknya" Naya tersenyum sombong seakan menang dari Gavin yang gagal merenggut harga dirinya.

***

Ratih dan madam Jeli merayakan keberhasilan mereka dalam menjebak Naya. Malam ini merupakan malam yang membahagiakan karena akan mendapat banyak uang dari bos muda.

"Rasain kamu Nay, akhirnya aku bisa membalaskan dendam ku. Beraninya dulu kamu hina aku dan sekarang? Kamu akan hidup dengan sebuah aib hahahaha" Ujar Ratih puas.

"Saya akan bawa Naya untuk menjadi milikku sepenuhnya, berapapun akan saya kasih untuk madam" Ujar Gavin menggandeng Naya di depan pintu kamar, tempat Ratih dan madam Jeli merayakan kebahagiaan mereka.

Mulut Ratih menganga seolah tidak percaya dengan perkataan Gavin. Ia tidak rela jika Naya harus berakhir bahagia dengan Bos muda itu.

1
konyonyod an-club
Luar biasa
∆ri/ᐠ。_。ᐟ\
Pas baca endingnya, kerasa kayak kehilangan teman baik. Pokoknya cinta banget sama cerita ini!
elinazy: makasih banget udah baca, ditunggu kelanjutan nya ya luv❤
total 1 replies
Laqueno Sebaña
Kebayang terus!
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!