NovelToon NovelToon
Mendadak Jadi Sugar Baby

Mendadak Jadi Sugar Baby

Status: tamat
Genre:Tamat / CEO / Konflik etika / Penyesalan Suami / KDRT (Kekerasan dalam rumah tangga) / PSK / trauma masa lalu
Popularitas:6.1k
Nilai: 5
Nama Author: Byiaaps

Apa benar kalau zaman sekarang cari uang halal itu susah?

Hidup di lingkungan sekitar yang toxic, membuat Binar harus bertahan hidup dengan caranya sendiri.

Cara seperti apa yang ia pilih?

Jangan lompat bab untuk menghargai karya penulis, bila tak suka bisa skip saja, jangan mampir hanya untuk membaca secara acak.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Byiaaps, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 3

Pernah melihat secara sekilas cara menggaet om-om kaya raya di sosial media, Binar ingin mempraktikkannya. Sepulang kerja sore tadi, ia pulang sebentar ke rumah untuk mandi dan bersiap-siap, lalu pergi lagi. Dipakainya parfum dari sang adik, dan ditambahkan riasan secukupnya pada wajahnya agar terlihat alami.

Menurut tutorial yang ia baca, ia harus mencari mangsa di sebuah kafe elite, tempat para pengusaha biasa nongkrong, meskipun ia harus mengeluarkan uang hampir satu juta hanya untuk mampir ke kafe yang sudah direservasinya itu.

“Oke, harus elegan, jangan sampai terlihat kampungan,” ujarnya mencoba memegang gelas ala wanita mahal.

Lalu, ada seorang pria berusia hampir sama dengan sang ibu, melihat ke arahnya.

“Katanya, kalau ada yang melihat ke arah kita, pura-pura saja angkat gelas seolah mengajaknya minum bersama,” batin Binar lalu mempraktikkannya.

Sayangnya, ia tak mendapat respons apa pun selama di kafe. Seketika ia pun merasa payah dan merugi. Sudah keluar uang, tapi tak satu pun ada yang kecantol.

Setelah 2 jam di sana, Binar memutuskan untuk pulang. Setelah keluar dari kafe yang masih berada di sebuah kawasan mall mewah itu, ia masih ingin berusaha. Sambil mencuci mata, ia berjalan santai menyusuri mall.

Merasa ingin sekali memiliki tas bermerek yang sudah diincarnya, ia masuk ke dalam counter yang menjual tas tersebut.

“Kapan ya aku bisa punya tas semahal ini,” gumamnya lirih.

Hanya sebentar saja ia berada di dalam toko, Binar memutuskan untuk keluar karena tak nyaman dengan pandangan para pegawai toko yang seolah memandang rendah dirinya.

“Dikira aku tidak mampu beli kali ya, ya memang tidak mampu,” batinnya kesal.

Seakan sudah putus asa dan tak mau keluar modal lagi, ia memutuskan untuk pulang. Namun, baru berjalan beberapa langkah dari toko tersebut, seorang pria paruh baya menyapanya. sontak ia menoleh ke belakang. “Ya?”

“Hai, kamu yang tadi di kafe Reunited bukan?” tebak pria tersebut yang kemudian memperkenalkan dirinya bernama Farhan. “Panggil saja Om Farhan.”

Seketika Binar merasa bahagia karena ternyata usahanya tak sepenuhnya gagal. Ia pun menyambut perkenalan orang asing itu dan bergantian memperkenalkan dirinya. “Binar.”

“Kamu mau belanja di sana? Kenapa tidak jadi?” tanya Om Farhan menunjuk toko yang baru saja Binar kunjungi.

Mengaku karena tak suka dengan pandangan para karyawan toko, Binar membatalkan keputusannya untuk membeli tas di sana.

“Ya sudah, saya temani. Kita lihat apakah pandangan mereka masih sama,” ajak Om Farhan membuat Binar panik.

Di satu sisi ia tak punya uang, tapi di sisi lain ia begitu percaya diri akan dibelikan oleh Om Farhan.

Dengan ragu ia mengikuti langkah pria itu memasuki toko, yang juga kemudian mempersilakan Binar memilih tas yang disukainya.

Menyembunyikan wajah gelisahnya, Binar memandangi tas di toko itu satu per satu.

“Kalau bingung ambil saja 2 atau lebih. Jangan khawatir, saya yang bayar,” ucap Om Farhan membuat Binar melega sekaligus melongo.

“Tahu begitu aku pilih dari tadi,” batin Binar.

Ia kemudian mengambil 1 tas yang disukainya, kemudian menyerahkan tas tersebut pada salah satu karyawan toko yang kali ini tampak ramah padanya.

Setelah memastikan hanya itu yang Binar mau, Om Farhan membayarnya dengan kartu debet prioritas miliknya.

Masih melongo tak percaya, Binar mengambil paper bag yang Om Farhan berikan seusai membayarnya.

“Om, terima kasih banyak, kita baru kenal tapi saya sudah dibelikan tas mahal,” ucap Binar malu-malu, sekaligus deg-degan bila pria tersebut meminta sesuatu darinya.

“Tidak apa-apa. Kalau sedang butuh sesuatu, kamu bisa hubungi nomor saya di sini. Kamu kerja atau kuliah? Di mana?” cecar Om Farhan mengeluarkan kertas kecil berisikan nomor ponselnya.

Meski sedikit gugup, Binar menjelaskan bahwa ia kerja di salah satu toko kue, juga menjawab nama daerah tempat tinggalnya secara luas, karena ia tak ingin mengatakannya secara spesifik. Sebelum pergi, Om Farhan memberikannya beberapa lembar uang seratus ribuan padanya. Ia kemudian pamit pergi, setelah penawarannya yang ingin mengantar pulang Binar ditolak.

***

Di kamarnya, ia terus mengagumi hasil kerjanya seharian ini. Bangga akan usahanya mencari pria kaya hingga berhasil mendapatkan tas impiannya juga uang, ia berniat ingin mencari lagi mangsa keesokan harinya. “Baru kenalan saja sudah dapat uang.”

Saat tengah bekerja keesokan harinya di bakery, ponselnya berdering, tanda ada pesan masuk.

“Selamat bekerja, Binar. Kalau sedang butuh apa-apa, kabari Om ya. Jangan lupa simpan nomor ini-Om Farhan.”

Deg.

Seketika ia tak fokus melayani pembeli kuenya, karena memikirkan dari mana pria itu mengetahui nomor ponselnya. Menelan salivanya kasar, Binar takut Om Farhan bisa menemukan rumah dan tempat kerjanya. “Mati aku.”

Hingga beberapa hari ini, Binar terus kepikiran soal Om Farhan yang tiada hari tanpa mengiriminya pesan. Tiba-tiba ia merasa bodoh, telah mau begitu saja menerima pemberian dari orang yang tak dikenal. Padahal, pria seperti itu pasti punya banyak anak buah yang dengan mudah akan menemukannya, apalagi hanya mencari nomor ponsel. Sejujurnya, ia hanya ingin menjadi sugar baby pria kaya, tanpa perlu menjual dirinya. Tapi kini, ia takut diminta ganti rugi pemberian yang telah diterimanya, dengan kehormatan yang masih ia jaga.

Tak salah dengan dugaannya, malam ini, Binar yang tengah mendapat jatah piket menutup bakery sendirian, tiba-tiba mendapati sebuah mobil mewah baru saja parkir di depan toko.

Sambil melanjutkan pekerjaannya menutup toko, Binar mengatakan pada seseorang yang keluar dari mobil tersebut bahwa tokonya sudah tutup.

“Oh, saya tidak mau beli kue kok,” ucap seseorang itu, yang suaranya tak asing bagi Binar.

Dilihatnya Om Farhan yang tengah berdiri di dekatnya. Ketakutan, Binar mengaku akan mengembalikan tas dan uang yang diberikan padanya, asal ia tak diminta tidur bersama pria se-usia ibunya itu. “Saya mohon jangan, Pak.”

Hanya tersenyum, Om Farhan tetap berdiri memandangi aksi lucu Binar yang ketakutan, lalu menegang pundaknya.

“Jangan, Pak, jangan!” Binar menjauh dan menutup matanya.

Sementara itu, dari kejauhan terlihat sosok lelaki berbadan kekar sedang memata-matai mereka.

...****************...

1
Anto D Cotto
lanjutkan, crazy up thor
Anto D Cotto
menarik
Yuliana Tunru
hidup di kota mmg kejam ya binar setiap t4 bagaikan hutan yg setiap saat bisa jd santapan hinatang buas ttp semangat untuk hidup benar dan bsik binar ..biarkan adruan hudup dgn.penyesalan
Yuliana Tunru
lanjut
Yuliana Tunru
orang aneh kasuhan binar
Yuliana Tunru
knp adrian x gitu ya apa gila atau ada dendam khusus
Yuliana Tunru
rasa x kyk.mimpi aneh ya..apa adrian benar2 tulus atw jgn2 binar jd tumbal pesugihan gitu..maaf thor jd nganyal kyk novel2 horor tp smoga z binar benar2 bernasib baik
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!