Semuanya berawal dari sebuah perjodohan, seorang pria tampan bernama Lionard Demitri yang membuat seorang gadis ceria seperti Airin, mengalami kehancuran begitu besar dalam hidupnya.
Kebodohan yang Airin lakukan, adalah mencintai suaminya dengan sepenuh hati. Hingga dia tahu jika ternyata suaminya menikahinya karena dia mempunyai kemiripan dengan perempuan di masa lalunya.
Airin hanya di jadikan istri bayangan oleh Lion. Tidak ada cinta untuk dirinya, semuanya hanya sebuah cinta sepihak.
"Tidak bisakah aku menggantikan Vei untuk kamu? Tidak bisakah Airin yang ini kamu cintai, bukan Airin yang harus menjadi Verina"
Dengan penuh harapan Airin mengatakan itu pada suaminya. Namun harapan rapuh yang dia miliki, harus hancur dalam sekejap.
"Kau berharap cinta dariku? Haha.. Sampai kapanpun tidak akan pernah kau dapatkan!"
Ketika hanya menjadi istri dengan bayang-bayang masa lalu suaminya. Tapi, Airin tetap bertahan. Meski entah dia akan bisa melewatinya atau tidak.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nita.P, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Harapan Rapuh Yang Hancur
Lion menatap Airin yang berlari ke arah pantai, kakinya tanpa alas, sandalnya sengaja dia tenteng ditangannya. Tatapan yang menunjukan arti, Lion mengikuti Airin yang sedang duduk di pinggir Pantai dan bermain air. Terlihat senyuman yang penuh bahagia dari wajahnya. Lion ikut duduk disamping Airin, menatap hamparan lautan yang luas.
"Kenapa tiba-tiba kamu membawa aku ke tempat ini?"
Lion menoleh sekilas pada istrinya, lalu dia kembali menatap hamparan lautan. "Hanya ingin saja, yang penting kau suka"
Airin mengangguk, dia tersenyum melihat matahari yang mulai tenggelam. Pemandangan yang sangat indah, segera dia mengambil ponsel di saku celananya, dan memotret ciptaan Tuhan yang begitu indah.
"Aku menyukainya, karena laut adalah hal yang menenangkan"
Lion mengangguk, dia tersenyum sambil menatap Airin yang terlihat lebih ceria hari ini. Tatapannya terlihat berbinar menatap lautan di depannya.
"Dia juga mengatakan yang sama"
Airin menoleh dan menatap suaminya dengan kening berkerut. Sekilas dia mendengar kalimat yang di ucapkan oleh Lion, tapi tidak begitu jelas karena suara deburan ombak.
"Sudah hampir malam, ayo kita mencari makan" ucap Lion, dia berdiri dan mengulurkan tangannya pada Airin.
Sejenak Airin hanya terdiam menatap lengan suaminya itu. Dia tersenyum tipis sampai akhirnya meraih tangan Lion dan ikut berdiri. Mereka berjalan berdampingan dengan tangan saling bergandengan. Airin terus menatap tangan mereka yang saling bertaut, hal yang menurutnya cukup aneh dan merasa hal ini tidak akan terjadi. Tapi, ternyata Lion melakukan ini padanya.
"Ah Tuan Lion, bersama Nona Verina"
Deg.. Airin terdiam saat mendengar seorang pemilik Restoran menyapa mereka. Restoran yang berada di dekat Pantai dan tidak terlalu jauh dari Hotel tempat mereka menginap.
"Selamat ya, ternyata kalian benar-benar tetap bersama sampai sekarang. Sampai Hotel itu jadi, dan kapan rencana menikahnya? Bukankah Tuan Lion ingin mengadakan pernikahan di Pantai saat Hotel itu jadi. Bukankah ingin memberikan sebagai hadiah pernikahan kalian"
Airin langsung melepaskan tangannya dari genggaman suaminya. Sekuat mungkin menahan air mata yang sudah siap menetes. Semua harapan rapuh yang dia punya, ternyata harus hancur dalam sekejap. Sekarang dia tahu kenapa Lion membawanya ke tempat ini, semuanya masih dengan alasan yang sama. Verina. Dan itu artinya, Airin masih tetap menjadi bayang-bayang dari masa lalu suaminya.
"Mari, mau pesan makan apa? Senang sekali melihat kalian bersama sampai sekarang"
Lion hanya terdiam dengan tatapan mata yang sulit diartikan pada si pemilik Restoran. Sementara Airin mencoba tersenyum, meski dadanya sesak. Mungkin memang dia hanya akan terus dikenal sebagai Verina, bukan lagi Airin ketika dia bersama suaminya.
Airin menghembuskan nafas panjang sebelum dia mengikuti si pemilik Restoran untuk membawa mereka ke meja yang kosong. Ternyata dia membawa mereka ke bagian atap Restoran, disana hanya ada beberapa meja saja. Tapi, disini memang terlihat lebih indah pemandangan malam.
"Beruntung masih ada meja yang kosong disini, karena kalau tidak hujan, pasti akan penuh meja di bagian atap ini. Selalu banyak orang lebih suka makan disini. Sengaja aku membawa kalian disini, untuk mengenang masa lalu, saat Tuan Lion melamar Nona Verina"
Airin hanya tersenyum, dia menyalipkan rambutnya ke belakang telinga hanya untuk mengalihkan perasaannya yang sekarang terasa tidak menentu. Dia menatap ke sekeliling, hanya ada 5 meja bundar disini. Namun suasananya memang sangat indah dan menenangkan. Pantas jika bagian atap selalu penuh pelanggan.
Jadi disini dia melamar wanita yang paling dicintainya. Di tempat ini dia menyatakan perasaan yang paling dalam pada wanitanya. Lalu, untuk apa dia membawaku kesini?
"Baiklah, tidak akan banyak bicara lagi. Sepertinya aku banyak mengganggu waktu kalian. Kalian duduk saja dulu, nanti pelayan akan melayani kalian, makanan apa yang ingin kalian pesan, katakan saja padanya"
Airin masih menunjukan senyumannya yang begitu cerah. "Terima kasih"
Lion menatap istrinya, dia ingin meraih kembali tangan sang istri, tapi Airin keburu melangkah menuju meja kosong di ujung. Dia berdiri di dekat meja, menatap pemandangan malam yang terlihat indah dengan bertabur bintang.
Airin berbalik dan menatap pada Lion yang berdiri di belakangnya. Tersenyum pada suaminya meski dia menahan sesak di dadanya saat ini. "Indah ya tempatnya, pantas saja jika kamu melamarnya disini. Pasti sangat mendukung tempatnya"
Lion melangkah menghampiri istrinya, dia menatap Airin dengan rasa bersalah. "Em, sebenarnya aku mengajak kamu kesini bukan untuk..."
"Iya, aku paham kok. Kamu hanya ingin mengenang masa lalu saat bersama Vei 'kan? Meski aku bukan Vei, tapi karena aku mirip dengannya, jadi kamu bisa menganggap aku adalah da"
Airin menarik kursi dan duduk disana, mengambil buku menu di atas meja dan melihat-lihat menu makanan yang tersedia di Restoran ini. Dia menggigit bibir bawahnya hanya untuk menahan air mata yang tercekat di tenggorokan.
"Disini biasanya kalian makan apa? Ayo dong pesankan aku makanan yang biasa kamu dan Vei pesan. Biar aku bisa merasakan suasana saat itu, ketika kamu bersamanya" ucap Airin, tanpa menoleh sedikit pun pada Lion. Dia tetap fokus pada buku menu di tangannya.
Lion menghembuskan nafas kasar, entah kenapa tiba-tiba dia merasa serba salah. Ingin menjelaskan, tapi seolah Airin tidak memberinya kesempatan. Airin sudah mengambil kesimpulan lebih dulu.
"Pesan apa saja yang kamu suka" ucap Lion sambil menarik kursi di depan Airin dan duduk disana.
Airin menggigit bibir bawahnya kuat-kuat, menahan sesak dan air mata. Dia mendongak dan menatap suaminya. "Kan apa yang aku suka terkadang sama dengan Vei. Aku suka Pantai, dan suka tempat ini juga, dan Vei juga menyukainya 'kan? Itu artinya memang bukan hanya wajah saja yang mirip, tapi kesukaan kita juga mirip"
Tidak! Airin tidak menyukai tempat ini, jika itu hanya membuat dia terus dibayangi dengan perempuan masa lalu suaminya. Dia tidak suka Pantai, jika itu hanya akan membuat dia terus dianggap Vei oleh suaminya sendiri. Airin hanya ingin menjadi dirinya sendiri saat bersama suaminya, meski hanya sebentar saja.
Airin memanggil pelayan disana dengan melambaikan tangannya. "Kak, tahu makanan seperti apa yang biasa di pesan oleh Tuan Lion dan Verina?"
"Ah, maaf Nona saya baru disini, jadi saya belum tahu. Biar saya tanyakan dulu pada atasan saya"
"Tidak perlu!" Saat pelayan itu sudah berbalik dan ingin pergi, namun suara Lion menghentikannya. "Kita akan pesan sekarang"
Airin tersenyum, namun kali ini matanya berkaca-kaca dan dia tidak bisa menahannya lagi. "Akhirnya kamu mau pesankan makanan yang sering kalian makan disini"
Lion menatap Airin sekilas saat dia sedang membaca buku menu. Lalu dia menyebutkan dua makanan utama dan makanan penutup berserta minumannya.
"Baik Tuan, mohon ditunggu pesanannya"
Setelah pelayan pergi, Airin kembali membuka buku menu, melihat menu makanan yang dipesan oleh suaminya. Dan memang itu adalah makanan yang cukup Airin suka.
"Wah, lagi-lagi sama ya. Ternyata Vei juga suka makanan seperti ini. Aku juga suka, apalagi hidangan penutupnya. Aku suka yang manis-manis"
"Tidak, Vei tidak suka makanan manis atau makanan penutup apapun!"
Airin langsung terdiam, dia menatap suaminya dengan tatapan yang sulit diartikan. Sejenak tatapan mereka bertemu, dan Airin merasakan jantungnya berdetak lebih cepat seperti biasa ketika dia berdekatan dengan Lion seperti ini, apalagi sampai saling menatap lekat seperti sekarang.
"Ekhem" Airin berdehem dan segera mengalihkan tatapannya. Dia memilih menghindari tatapan suaminya saat ini, jika tidak ingin jantungnya semakin tidak aman.
Bersambung
verina sudah sembuh yg di cari briyan,,mungkin selama ini si bryan yg slalu membantu dan slalu berada di samping verina sehingga nyaman bersama bryan....Airin dan verina sehat sehat berdua...semoga secepatnya di ketahui oleh ayah dan ibunya bahwa mereka saudara kembar...