Ronan Adgar. Dia kecelakaan saat berusia 13 tahun dan berakhir koma selama 5 tahun.
Setelah sekian lama koma, akhirnya dia kembali sadar dan menyadari banyaknya perubahan pada dunia.
Keluarganya yang sebelumnya kaya raya kini hancur.
Kedua orang tuanya meninggal, menyisakan adiknya yang bekerja sebagai pelayan di kafe pinggir jalan.
Tidak ada lagi bisnis besar.
Sahabatnya bahkan kini mengabaikannya dan menjauh dari dirinya membawa tunangannya yang juga telah kehilangan minat pada dirinya.
Melihat semua perubahan itu, Ronan merasakan perasaan kecewa, kesedihan dan penderitaan.
Dalam penderitaan itu tiba tiba sesuatu muncul di udara yang kosong.
-Host Dengan Kriteria Terbaik Telah Ditemukan.
-Apakah Host Menginginkan Balas Dendam?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon RyzzNovel, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 25
Kapan hal ini dimulai?
Semuanya dimulai ketika Rudy mendekatinya, awalnya terasa aneh bagi Ronan yang dibenci tiba tiba di datangi oleh seseorang dan berniat berteman dengannya.
Ronan awalnya tidak terlalu mempermasalahkannya, namun waktu demi waktu, kelakukan Rudy terlalu mencurigakan hingga Ronan tidak bisa tidak mengawasinya.
Mengapa para murid merasa biasa saja meski Rudy berteman dengannya? Hal ini sangat aneh.
Karena waspada, Ronan mulai menutup dirinya dan semaksimal mungkin mengurangi percakapan dengan Rudy.
Hingga pada akhirnya Ronan biasanya hanya menjawab dengan jawaban yang tidak penting, disisi lain Ronan juga selalu bertanya pada Rudy.
“Hey Rudy, apa tidak masalah bagimu untuk bergaul denganku? Tidakkah yang lainnya akan membencimu?“
“Ey~ kenapa begitu khawatir? Mereka tidak akan pernah mempermasalahkannya karena aku cukup populer loh~ mereka tau kalau aku biasanya dapat berteman dengan siapapun.“
Mereka tidak akan mempermasalahkannya.
Semuanya aneh.
Para murid benar benar tidak mempermasalahkan hal itu sama sekali.
Karena itu, daripada menganggap Rudy sebagai seorang teman atau orang asing, Ronan menjadikannya musuhnya.
Tiada hari tanpa waspada ketika Ronan bersama dengan Rudy hingga akhirnya Rudy mengungkapkan niatnya untuk mengajaknya pergi membeli hadiah untuk adiknya.
Bagaimana ya?
Tapi jelas Ronan ingat bahwa Rudy adalah anak yatim piatu dan hidup sendirian, beberapa kali Ronan pernah mendengar hal itu dari murid murid untuk mencari tau tentang Rudy.
Lalu hal mencurigakan lainnya adalah toko yang berada di sebuah lorong.
Bagaimana bisa terdapat sebuah toko disana?
Ronan benar benar tidak habis pikir bahwa seseorang akan menggunakan trik kecil seperti ini untuk menjebaknya.
Bahkan jika Ronan berusia kurang dari sepuluh tahun, Ronan yakin dia akan bisa tau bahwa tempat ini mencurigakan disegala arah.
Berdiri menatap sosok sosok dengan pakaian serba hitam yang menutup seluruh tubuh serta wajah mereka.
Ronan fokus dan menghitung jumlah mereka.
Terdapat dua puluh orang.
Jumlah yang banyak namun.. Ronan tersenyum.
Meski Ronan memiliki keterampilan seni bela diri yang luar biasa, pada akhirnya Ronan memiliki keterbatasan fisik.
Jadi bagaimana Ronan bisa melawan mereka yang bersenjata lengkap ini dengan fisiknya yang terbatas?
'Mudah.'
Rudy telah berperan besar dalam pertarungan kali ini.
Karena lorong yang mereka tempati saat ini sempit, akan sulit bagi dua puluh orang untuk menyerang secara bersamaan.
Mereka hanya bisa maju sebanyak tiga orang bersamaan.
Menatap mereka, Ronan tersenyum.
“Halo? Apakah kalian hadiah dari Albert? Sahabatku sungguh baik bukan?“
Saat itu salah satu dari mereka maju dengan langkah tenang, memegang sebuah pisau di tangan kanannya.
Dua orang lainnya mengikuti nya dengan masing masing kapak di tangan kanan mereka.
“Benar, aku hadiahnya. Kamu suka? Sekarang mari kita lakukan proses penerimaan hadiahnya.“
Sosok itu berkata dengan nada tenang diawal namun mengancam di akhir, melesat dengan kecepatan tinggi, mengayunkan pisau di tangannya dengan gesit mengincar leher rinan secara langsung.
Ronan mundur satu langkah dan sedikit memundurkan tubuh bagian atasnya, menghindari serangan tersebut dengan mudah.
Namun, dari samping, sebuah kapak terayun dengan cepat dan ganas yang memiliki niat untuk memenggal Ronan secara langsung.
Ronan menundukkan kepalanya, kemudian mengangkat sikunya lalu menghempaskan nya kepada sosok yang menggunakan kapak itu.
“Eugh..?!“
Suara gedebuk terdengar saat sosok itu mengerang kesakitan lalu terjatuh ke tanah, memegangi perutnya yang kesakitan.
Tidak berhenti di sana Ronan menendangnya menjauh.
Suara gedebuk keras sekali lagi terdengar saat sosok berkapak itu terpental menjauh.
Dari belakang, Ronan merasakan sebuah angin keras mencoba menghantamnya dan dengan reflek Ronan menunduk.
Lalu memutar kepalanya, melihat sebuah pisau yang mencoba menusuk matanya.
“Heh..“
Ronan tanpa sadar tersenyum, mengangkat kedua tangannya dan menahan pisau itu dengan kedua telapak tangannya yang menyatu di hadapan wajahnya.
Ronan kemudian menarik pisau itu, meninggalkan pilihan kepada pemiliknya.
Lepas dan biarkan Ronan mendapatkan pisau itu atau tetap pegang namun sosok tersebut akan ikut terseret dan menerima sebuah pukulan dari Ronan.
Sosok itu cukup pintar, dia melepaskan pisau miliknya dan mengumpat.
“Sial.“
Mendapatkan sebuah pisau gratis, Ronan melirik ke sampingnya dan melihat satu orang pengguna kapak yang menerjang ke arahnya.
Ronan melesat dengan cepat, mengindari ayunan kapak dan segera menusuk bahu sosok itu dengan pisau, tidak berhenti disana Ronan merobek bahunya lalu mengeluarkannya, membiarkan darah segera mengalir dan terciprat mengenai wajahnya.
“Uaghh..!!“
Sosok itu meringis kesakitan sebelum terjatuh dan menggeliat diatas tanah dengan menyedihkan.
Ronan kemudian mengambil kapak milik sosok itu.
Di tangan kanan, Ronan memiliki pisau yang berlumuran darah, di tangan kiri sebuah kapak yang tajam dan berat mengancam kedepan.
Ronan tersenyum.
“Selanjutnya.“
Setelah itu pertarungan larut terjadi hingga sepuluh menit berlalu.
Ronan mengangkat kapaknya, menggunakan tumit dari kapak, Ronan memukul kepala sosok terakhir dengan sekeras mungkin.
Kepala sosok itu bocor memuntahkan banyak darah kemudian terjatuh dan menggeliat.
Sosok itu akan mati jika tidak segera di selamatkan, lalu apa? Ronan tidak peduli sama sekali.
Jika Ronan tidak melakukan hal ini, dialah yang akan mati.
Saat itu sosok lainnya tiba di lorong dengan terburu-buru.
“Ada lagi?“
Ronan bergumam namun sepertinya yang datang bukanlah musuh namun seorang kenalan.
“Oh? Tuan Kaden, selamat datang, maaf telah menunjukkan sesuatu yang mengerikan.“
Ronan tersenyum seakan-akan hal yang dia lakukan bukanlah sesuatu yang dapat dibanggakan.
Ngomong-ngomong.
-Misi Telah Selesai.
-Selamat Anda Mendapatkan… Dan Juga Mendapatkan Keterampilan..
Ronan mengabaikan sistem tersebut dan fokus menatap Kaden yang datang dengan banyak bodyguard disisinya.
Mereka dilengkapi dengan persenjataan api.
'Mengerikan.'
Ronan sangat kuat namun pada akhirnya dia tetaplah manusia biasa dengan tubuh dan daging lembut yang dapat langsung dilubangi oleh senjata api.
Diluar sana, Albert memiliki begitu banyak perusahaan dibawah pimpinannya dan diantaranya sudah dipastikan memiliki pasukan yang khusus bersenjata api.
Hal inilah yang membuat Ronan tidak bisa ceroboh karena satu kesalahan akan membuatnya terbunuh.
Senjata api adalah hal yang membuat Ronan cukup kesulitan namun belum cukup untuk membuatnya berkeringat ketakutan.
“Ini.. kamu baik baik saja?“
Kaden terlihat terkejut saat menatap Ronan, tentunya Ronan tau bahwa hal ini akan terjadi.
Orang gila mana yang mampu melakukan hal seperti ini? Ah jawabannya adalah Ronan sendiri.
Ronan memiliki kemampuan yang hebat dalam meracik obat dan kemampuan bela dirinya juga sangat luar biasa, kemampuan negoisasi dan kecerdasan dalam menyusun rencana.
Semuanya sangat luar biasa di mata Kaden.
Tentunya hanya Ronan yang tau bahwa sebagian dari pencapaiannya dihasilkan oleh bantuan sistem yang berada disisinya.
Membuat segalanya menjadi mudah.
Menatap Kaden, Ronan mengangkat bahu.
“Seperti yang Anda lihat, mereka bahkan tidak berhasil mendaratkan serangan ditubuhku.“
***
alurnya t3pat