NovelToon NovelToon
Cinta di Badai Musim Semi

Cinta di Badai Musim Semi

Status: sedang berlangsung
Genre:Action / Romantis / CEO / Cinta pada Pandangan Pertama / Kehidupan di Sekolah/Kampus
Popularitas:2.2k
Nilai: 5
Nama Author: Dwi-chan

Amira Nimra, seorang gadis yang mengidap DID atau biasa disebut dengan penyakit kepribadian ganda. Begitu banyak liku-liku yang ia jalani, di jauhi oleh orang-orang karena di anggap aneh, lalu musuh kakak-nya yang terus mengincar dirinya.

Namun, seseorang datang kepadanya. Memberikan uluran tangan untuknya, memberikan semangat, dan mengisi rasa kesepiannya setiap saat.

"Jangan bodoh, mati tidak akan menyelesaikan semuanya!" ~

***

"Amira, kau bisa mengandalkan aku kapan pun kau mau."


Don't Copy My Story
Warning Typo

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dwi-chan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Flashback Ryan

"Kau tahu gadis yang bernama Amira itu?" celetuk Mika dengan tiba-tiba. Andra menatap gadis itu dengan penasaran, "Kenapa dengan Amira?"

"Apakah mungkin Amira selalu kerasukan saat dirinya dalam bahaya? Mungkinkah karena itu dia dianggap aneh dan gila?" Mika mengeluarkan sebuah pendapatnya dengan pose penasaran. Andra nampak mengangguk-angguk setuju, "Hari ini dia tidak bersekolah, apakah mungkin karena kejadian kemarin?"

Nina menatap Andra dan turut bertanya, "Keterangan?"

"Sakit, seseorang mengantarkan surat gadis itu. Kau tahu? Semua siswa di kelasku mulai berpikiran yang tidak-tidak, seperti mengatakan bahwa seseorang yang mengantarkan surat Amira adalah Sugar Daddy-nya," jelas Andra secara keseluruhan. Setia yang sedari tadi mendengarkan menatap Andra, nampak ia sedikit tertarik dengan apa yang Andra ceritakan.

"Amira hanya gadis yatim piatu, dan yang aku tahu dia tidak mempunyai saudara," tambah Gita yang sedari tadi diam.

"Sejujurnya, aku pernah menyelamatkan Amira, tidak.. Tapi sebaliknya," ucap Ryan tiba-tiba membuat teman-temannya menatap dirinya dengan terkejut termasuk Setia.

"Bagaimana bisa?" Andra bertanya dengan cukup heboh. Setia diam-diam menunggu Ryan melanjutkan ucapannya.

Ryan nampak memegang dagunya seolah-olah berpikir, "Ini sudah lama sekali, mungkin sekitar 2 bulan yang lalu, atau bisa di katakan di hari pertama Amira menjadi siswi baru di sekolah kita."

Flashback On'

Pov Ryan'

Sepulang sekolah, aku dan teman-temanku berkumpul di cafe untuk bersenang-senang. Banyak pasang mata melirik-lirik kami, mungkin mereka berpikir kami adalah sekelompok anak nakal yang harus di jauhi, entahlah itu hanya pendapatku saja.

Aku dan teman-temanku bermain hingga lupa waktu. Saat aku melihat jam yang melingkar di tanganku, aku terkejut karena waktu menunjukkan pukul 16.30, bergegas aku pamit untuk langsung pulang kerumah.

Drtt

Drtt

Ponselku berbunyi saat aku hendak mengenakan helm. Rupanya Ibuku menelponku, aku pun mengangkat panggilan darinya itu.

"Halo Ibu?"

[Ryan, ibu ingin kau ke Minimarket dan membeli Daging Sapi, Brokoli, Susu, dan bla bla] Aku hanya mendengarkannya dengan malas, meski begitu Aku tetap mengingat-ingat semua yang Ibuku pinta.

[Nah, itu saja oke?] ucap Ibu setelah selesai menyebutkan semua yang ingin ia titipkan padaku.

"Baik Bu," jawabku. Ibu hanya terkekeh di seberang sana, mungkin ia tahu bahwa ekspresiku tengah kesal saat ini.

[Maaf ya Ryan, hati-hati di jalan,] setelah mengucapkan itu Ibu menutup panggilannya.

Aku menghela napas panjang, setelah mengenakan helmku, aku pun mulai melajukan motorku dengan kecepatan sedang. Tidak butuh waktu lama aku pun sampai di Minimarket, setelah melepaskan helm aku pun masuk ke sana.

Para karyawan seperti biasa menatapku terpana, oh! Mungkin karena aku memiliki wajah yang tampan dan rupawan, haha. Aku mulai mengambil satu persatu bahan-bahan yang ibu titipkan padaku dan memasukkannya ke dalam keranjang. Setelah selesai mendapatkan semuanya, aku pun membawa keranjang tersebut ke kasir untuk membayar.

Kasir mulai menghitung semua bahan belanjaanku dengan cepat, aku memperhatikan mereka dengan seksama.

"Totalnya Rp287.000 nona," ucap Kasir melayani pembeli yang ada di sebelahku.

"Terimakasih," balasnya. Aku menyadari seseorang yang ada di sampingku adalah Amira, siswi baru di kelas Andra hari ini.

"Totalnya Rp321.000 Tuan," kata kasir itu menyebutkan nominal belanjaanku. Aku mengeluarkan ponsel dan men-scan kode untuk melakukan pembayaran secara online. Setelah membayar aku pun pergi dari Minimarket.

Aku meletakkan belanjaanku di motor, lalu tidak sengaja aku menatap Amira yang cukup jauh dariku. Sepertinya gadis itu tidak menyadari bahwa ada tiga orang tengah mengikutinya dari belakang. Setelah Amira memasuki gang, aku pun bergegas menyusulnya kesana.

Aku berlari dan mencari keberadaan gadis itu, dan terkejut mendapati Amira yang tengah memeluk barang belanjaannya dengan takut karena ketiga orang itu.

"Jangan menganggu gadis itu!" teriakku dengan berani, aku berlari ke arah mereka dan menendang salah satunya, kami pun terlibat dalam perkelahian.

Sekilas aku menatap Amira yang terduduk, gadis itu terengah-engah entah karena apa. Karena tidak fokus, aku tidak menyadari bahwa salah satu dari mereka berada di belakangku.

Bugh!

Preman itu menghantam punggungku dengan balok kayu hingga membuatku tersungkur ke tanah. Sial! Pandanganku mulai berkunang-kunang.

Ketiga preman itu menertawaiku, bahkan mereka menendangku terus menerus tanpa ampun. Aku hanya bisa menahan sakit dan tidak bisa berbuat banyak lagi.

Dengan pandangan buram aku melihat Amira beranjak dari duduknya, entah kenapa tiba-tiba aku merasa gadis itu menjadi orang yang berbeda. Amira menatap ketiga preman itu dengan datar, sekilas ia menatapku dengan tajam, apa aku melakukan kesalahan?

"Bodoh sekali," ucapnya dengan dingin. Hei, siapa yang dia umpati? Aku atau mereka. Gadis ini memang benar-benar susah untuk di tebak.

Amira mengambil balok kayu yang sebelumnya mereka hantamkan kepadaku. Gadis itu menyeringai, dan tiba-tiba aku merasa takut.

"Hai Nona, bukankah kau sampai gemetar tadi? Jangan berpura-pura berani, lebih baik kau bermain saja dengan kami," ucap salah satu preman menggoda Amira. Aku mencoba beranjak, namun sial aku tidak bisa, seluruh badanku sakit.

"Tetaplah di situ dan jangan bergerak," ucap Amira padaku dengan nada datar. Gadis ini sebelumnya terlihat sangat penakut, bagaimana bisa ia menjadi begitu berani?

"Kalian ingin bermain-main bukan? Aku akan memberikan kalian permainan yang tidak akan pernah kalian lupakan," kata Amira dengan tersenyum, tidak! lebih tepatnya menyeringai.

Gadis itu dengan gesit memukul salah satu preman hingga terpental menghantam barang-barang bekas. Lalu ia melemparkan balok di tangannya hingga mengenai wajah preman yang lain. Satu-satunya preman yang masih berdiri nampak tidak terima karena kedua temannya kalah dengan begitu cepat.

"Jal*ng sialan! Aku akan membu*uhmu," teriak preman itu dan berlari ke arah Amira. Amira tersenyum tipis, gadis itu dengan santai menghindar dari pukulan preman itu dan menendang tulang keringnya keras. Aku meringis, preman itu nampak sangat kesakitan setelah Amira menendangnya.

Tidak hanya itu saja, Amira menendang perut preman itu secara brutal hingga mulut preman itu mengeluarkan dar*h.

"Amira, hentikan!" teriakku, Amira menghentikan tendangannya. Gadis itu menatapku dengan datar dan tidak senang. Gadis itu mendengus remeh sembari menatap ketiga preman itu, "Lemah."

Setelah berurusan dengan ketiga preman itu, Amira memungut semua belanjaannya yang berserakan, lalu ia mendekatiku. Tangan mungilnya terulur padaku, apa dia hendak membantuku?

"Di mana kunci motormu?"

What?! Dia malah menanyakan kunci motorku dibandingkan membantuku untuk beranjak. Meskipun begitu dengan tertatih-tatih aku mengeluarkan kunci motorku di dalam saku dan memberikannya pada gadis itu.

Amira mengantongi kunci motorku, gadis itu berjongkok dan mengalungkan tanganku di bahunya. Dengan sekuat tenaganya gadis itu membantuku beranjak dan berjalan ke arah parkir tempat motorku berada.

Amira menaiki motor dan mengenakan helmku, gadis itu menatapku datar dan berkata, "Naiklah."

Glek!

Aku gugup, baru kali ini seorang perempuan hendak memboncengku. Sejujurnya aku sedikit malu, awal-awal aku ingin menolong gadis ini malah berakhir aku yang ditolongnya. Aku menaiki motor dan membawa belanjaannya.

"Dimana alamatmu," tanya Amira padaku, aku menyebutkan alamatku dan gadis itu mengangguk. Lalu Amira melajukan motorku dengan kecepatan sedang menuju rumahku.

15 Menit kemudian sampailah Amira di depan gerbang rumahku. Gadis itu turun dan berbincang pada satpam rumahku, entah apa yang ia bicarakan aku tidak tahu. Setelah berbincang Amira mendekat dan mengambil belanjaannya, gadis itu tersenyum tipis.

"Terimakasih," ucapnya dengan tulus lalu pergi. Eh? Bagaimana bisa dia pulang?

"Tuan Muda, anda tidak apa-apa? Biar ku bantu," Aku dirangkul oleh satpam, lalu satpam lainnya membawa motorku ke dalam. Aku sedikit memikirkan bagaimana caranya Amira pulang.

"Tuan muda tenang saja, nona tadi sudah di antar oleh supir," kata Satpam seolah-olah mengetahui apa yang aku pikirkan.

"Ah ya, baguslah," jawabku dengan lega kala mendengarnya.

Pov End'

Flashback Off'

Bersambung...

1
Yoo Stefanno
kurang
Dwi-chan: makasih kak masukannya/Smirk/
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!