NovelToon NovelToon
Menjadi Selamanya

Menjadi Selamanya

Status: sedang berlangsung
Genre:CEO / Nikah Kontrak / Cinta Paksa / Cinta Seiring Waktu
Popularitas:26k
Nilai: 5
Nama Author: Kiky Mungil

Divi hampir menyerah saat pengajuan pinjamannya ditolak, dengan alasan Divi adalah karyawan baru dan pengajuan pinjamannya terlalu besar. Tapi Divi memang membutuhkannya untuk biaya operasi sang ibu juga untuk melunasi hutang Tantenya yang menjadikan Divi sebagai jaminan kepada rentenir. Dimana lagi dia harus mendapatkan uang?

Tiba-tiba saja CEO tempatnya bekerja mengajak Divi menikah! Tapi, itu bukan lamaran romantis, melainkan ada kesepakatan saling menguntungkan!

Kesepakatan apa yang membuat Arkael Harsa yakin seorang Divi dapat memberikan keuntungan padanya? Lantas, apakah Divi akan menerima tawaran dari CEO yang terkenal dengan sikapnya dingin dan sifatnya yang kejam tanpa toleransi itu?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kiky Mungil, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Chap 3. Seorang Arkael ditolak

Divi tetap harus menjalani harinya, dia tetap harus bekerja meski pikirannya sedang carut marut, setidaknya dia punya pekerjaan yang dapat memberikannya pemasukan, meski gaji yang diterimanya tidak bisa dipakai untuk biaya operasinya ibunya, bahkan untuk bayar DP saja pun tidak bisa.

Dia membuang napasnya kasar, entah sudah seribu sekian kalinya, tanganya menopang kepanya sambil menjambak bagian kanan dan kiri rambutnya. Dadanya sesak, tapi untuk menangis pun rasanya sulit, air mata tidak bisa dipakai untuk membiayai pengobatan ibunya, kan?

“Uang…uang…uang…” Mulutnya terus mengucapkan satu kata itu berulang-ulang, seperti orang yang sedang merapalkan mantera.

“Divi!” Seli datang sambil menepuk bahu Divi, membuat Divi terkejut setengah mati, beruntung dia tidak punya riwayat penyakit jantung. “Lo dipanggil Pak Bimo!”

“Hah?” Dia butuh beberapa detik untuk mencerna ucapan Seli. “Gue?”

“Iya! Lo punya salah apa sampe dipanggil Pak Bimo

gitu? Aduh gawat ini!” kata Seli, malah dia yang panik.

“Gue perasaan nggak-”

“Udah deh sana cepet ke Pak Bimo, jangan sampe dia

nunggui lo kelamaan.” Seli menarik Divi untuk berdiri dan merapihkan rambut Divi sebelum mendorong rekannya itu untuk berjalan meninggalkan kubikelnya.

Jantung Divi berdebar gugup sekaligus takut, otaknya

terus berputar mencoba mengingat kesalahan apa yang sudah dia perbuat sampai-sampai asisten CEO itu memanggilnya. Tapi biasanya, jika pun seorang

staf melakukan kesalahan, yang dipanggil adalah ketua divisinya. Lalu ini apa?

Telapak tangan Divi mulai dingin, dia meremas-remas tanganya, mencoba menciptakan kehangatan pada telapak tangannya. Tapi, semakin terlihat jelas

Bimo berdiri beberapa meter di depannya, usahanya untuk membuat telapak tangannya hangat gagal total.

Masalah apa lagi sekarang? Batin Divi.

Oke, tenang Divi. Batinnya berusaha untuk meyakinkan dirinya untuk tenang.

“Bapak panggil saya?” tanya Divi dengan sopan setelah membungkukkan badan di depan Bimo.

“Ya, Pak Kael menunggu kamu di dalam.” Jawab Bimo

dengan tenang.

Glek!

Keringat dingin semakin mengalir deras pada punggungnya. Dipanggil Bimo saja sudah membuat kedua telapak tangannya hampir membeku.

“Ayo masuk, jangan membuat Pak Kael menunggu lebih lama.”

Divi menarik napas panjang dan menghembuskannya. Bimo menahan senyumnya melihat bagaimana Divi ketakutan. Ya, siapa yang tidak takut ketika dipanggil oleh Arkael langsung. Apa lagi posisi Divi yang seharusnya tidak perlu ada interaksi langsung dengan CEO itu.

Divi melangkah ragu-ragu di belakang Bimo, tangannya saling meremas ketika atmosfer dingin dan berat seolah ingin menenggelamkannya. Tatapan tajam dan dingin dari Arkael yang duduk di balik meja besarnya membuat nyali Divi menciut.

Divi membungkukkan tubuhnya sebentar sebelum kembali meluruskan punggungnya, namun kepalanya tetap menunduk, seakan tatapan mata Arkael dapat membuatnya hidungnya mimisan.

“Apa kamu tau kenapa kamu saya panggil?” Pertanyaan Arkael terdengar.

“Tidak Pak.” Jawab Divi dengan hati-hati.

“Bagus.”

Divi mengernyitkan dahi tidak mengerti.

Apanya yang bagus?

“Tidak melihat lawan bicaramu saat bicara adalah tidak sopan. Dan saya tidak menyukai ketidaksopanan.” kata-kata Arkael seperti cambuk

yang membuat kepala Divi seketika terhentak tegak.

“Duduk!” Titahnya.

“Eh?”

“Satu lagi, saya paling tidak suka mengulangi kata-kata dan perintah.” Ucap Arkael diiringi tatapan tajam.

Bimo menggerakkan tangannya agar Divi tidak sungkan untuk duduk di atas sofa yang ada di dalam ruangan beraura mematikan itu.

Arkael berdiri dari tempatnya, gerakannya lambat

seperti seekor singa yang sedang mengendap-endap untuk menyergap mangsanya. Sebelah tangannya membawa sebuah map berwarna hitam. Dia terus mendekat dimana Divi duduk, kemudian duduk tepat diseberang Divi, dia meletakkan map hitam itu

di atas meja yang berdiri diantara mereka.

“Baca!”

Divi melirik Bimo, dan Bimo mengangguk agar Divi

segera membacanya. Gerakan bola mata Divi yang bergerak kea rah Bimo tak luput dari perhatian Arkael.

“Cih, untuk apa kamu minta persetujuan Bimo? Saya yang memberikan perintah, bukan Bimo!”

“M-maaf, Pak.” kata Divi, kemudian langsung menyambar map hitam itu lalu membacanya. Perlahan setiap kalimat yang dibacanya membuat kening Divi berkerut, dan semakin banyak kalimat yang dibacanya, kerutan pada dahinya semakin dalam.

Divi mengangkat wajahnya, dari ekspresinya, Arkael dan Bimo tahu perempuan itu kebingungan.

“Kamu tahu apa itu?” tanya Kael dengan nada suaranya yang mengintimidasi.

Divi menggeleng.

“Apa kamu tidak bisa membaca judul dari dokumen yang kamu baca itu?”

“M-maaf Pak, saya tau ini kontrak pernikahan, tapi

saya tidak mengerti kenapa saya harus membaca ini.”

“Karena pihak kedua yang ada di dalam kontrak itu

adalah kamu.”

“Hah?”

Bimo menghela napas, dia sudah tahu Arkael pasti akan melakukannya dengan cara paling payah. Bagaimana orang bisa bertahan dengannya kalau dia selalu sekaku itu. Paling tidak seharusnya Arkael melakukan trik Tarik ulur sehingga orang akan mempertimbangkan tawarannya.

“Kamu akan menikah dengan saya.”

“Hah?!” Kali ini kedua mata Divi melebar, mulutnya

terbuka tapi otaknya tidak bisa menyusun kosakata apa pun untuk diucapkan dengan bibirnya.

“S-saya nikah s-sama B-bapak?”

“Ya.”

“T-tapi…”

“Jangan geer dulu. Kamu bukan tipe saya, jadi jangan

kamu pikir saat ini saya sedang melamarmu.” kata Arkael dengan nada tidak suka.

“Lalu ini maksudnya apa, Pak?” tanya Divi, dia masih

berada didunia antah berantah, tidak memiliki petunjuk apa pun atas apa yang barusan saja terjadi.

“Seperti apa yang kamu pegang ditanganmu, pernikahan ini hanya pernikahan kontrak.” Bimo mengambil alih jawaban, ketika kepala Arkael mengangguk padanya. “Jadi ini bukan pernikahan sungguhan. Kamu dan Pak Kael hanya perlu melakukan sandiwara seperti yang sudah tertulis di kontrak pernikahan itu.”

Divi mengatur napasnya sejenak. Dia merasakan

kelegaan, karena rupanya kedatangannya ke ruangan ini bukan karena Divi telah melakukan kesalahan dan hidupnya diujung tanduk, tapi karena dokumen konyol di tangannya itu.

“Jadi, maksudnya saya dipanggil kesini, adalah untuk

ini?” Divi mengangkat map hitam itu.

“Ya. Kamu dan Pak Kael akan menikah sampai batas waktu yang Pak Kael tentukan. Dan selama pernikahan itu, kamu tidak lagi bisa bekerja disini, sebagai gantinya, kamu akan mendapatkan bulanan layaknya gaji dari Pak Kael.”

“Maaf, Pak, dengan tidak mengurangi rasa hormat saya ke Bapak, tapi apa yang membuat Bapak pikir saya mau menikah dengan Bapak walaupun hanya sandiwara?” tanya Divi pada Arkael.

Pertanyaan yang membuat sudut-sudut bibir Bimo

bergerak ke atas. Wah, ini menarik! Pikirnya.

“Maksud kamu, kamu menolak saya?” Sebelah alis mata Arkael naik. Ia tidak percaya, gadis di depannya itu menolaknya!

“Iya. Saya menolak Bapak yang mengajukan kontrak

pernikahan ini. Maafkan saya kalau saya lancang, Pak. Tapi bagi saya pernikahan itu bukan ikatan untuk dipermainkan.” jawab Divi dengan lebih tenang setelah

kedua telapak tangannya tidak lagi terasa dingin.

“Saya tau kamu sedang kesulitan mencari dana untuk

biaya operasi ibumu, kan? Kamu bahkan mencoba untuk mengajukan pinjaman kemarin.”

“B-bagaimana Bapak bisa tau Ibu saya harus operasi?”

tanya Divi bingung. Bukan karena Arkael tahu Divi mengajukan pinjaman, tapi karena situasi Ibunya yang harus segera dioperasi. Bagaimana Arkael bisa tahu?

Arkael tersenyum tipis. “Saya bisa tahu apa pun yang

ingin saya ketahui.” kata Arkael dengan nada rendah yang mengintimidasi.

Entah kenapa Divi merinding mendengarnya.

Arkael memajukan tubuhnya sedikit, sehingga Divi bisa melihat dengan jelas sorot mata yang tajam itu.

“Saya akan menanggung semua biaya operasi dan

pengobatan ibu kamu sampai sembuh, kalau kamu menerima kontrak ini, bagaimana?”

Divi tentu saja tergoda, sudah berhari-hari ini

kepalanya nyaris pecah memikirkan dari mana dia bisa mendapatkan biaya untuk ibunya. Tapi, ketika jawaban atas segala kemumetan kepalanya ada di depan mana,

kepalanya itu justru mengkhianatinya, dia menggeleng, sebagai penolakan atas tawaran kontrak pernikahan yang diberikan oleh Arkael.

“Bagi saya, pernikahan adalah ikatan suci. Kalau Bapak hanya ingin bermain-main dengan ikatan paling sakral itu, silahkan cari perempuan lain. Saya memang butuh uang, tapi bukan berarti saya mau mempermaikan pernikahan.”

Nah, kemana perginya Divi yang bahkan ingin menjadi

wanita malam untuk mendapatkan biaya?

.

.

.

Bersambung

1
Boma
sukurlah berdamai lgi,moga tak trpisahkan kael dan divi,benar2 ibu durjana,kapan dapat karma tuh mak lampir thor
Boma
waduh ada rahasia apa ya,menegangkan bgt,jangan lama2 thor
Kiky Mungil: heheheh, maaf ya agak lama up nya, lagi banyak kejutan tak terduga nih di dunia nyatanya otor 😅
total 1 replies
Boma
ooh begitu ceritanya
Boma
loh kemana arkael thor,masa di dapur ada yg nyulik
Boma
lanjut,bobol gawangnya
Umie Irbie
siiiiiiiaaaaaap🤣
Boma
ulat bulu datang
Boma
😄😄ketauan boong,pasti kecelakaanya di sengaja
Boma
maksudnya ini apa ya,apa kecelakaan di sengaja biar divi maubalik lgi ke arkael
Muri
kok ada yaaa ayah bejat kaya gitu sama anak kandungnya sendiri.
Boma
mau ya divi moga kael mau nerima kamu sepenuhnya,walau pun kamu gak perawan lgi
Umie Irbie
yaaaah...divi udah ngg prawan sama ayah nya sendiri😏😫 kirain bisa di gagalin 😒😩 ternyata tetap di pake,😩😒😫 iyaaa itu mah ngg pantas untuk kael
Boma
ya ampun ayah kandung iblis itu mah
Boma
terus berjuang el,untuk meyakinkan divi
Boma
pasti divi salah paham,di kiranya akan mengakhiri pernikahan kontraknya
Boma
padahal kakek cuma ingin tau perasaan kael yg sesungguhnya
Boma
mending jujur aja divi,kalo perasaan itu ada,tapi sllu menepisnya,karna tak sepadan dgn arkael,moga kakek merestuimu divi
Boma
pasti rana,makin runyam
DwiDinz
Siapa tuh yg nguping? Rana atau divi? 🤔
Boma
kamu aja yg ambil,biar nanti terbiasa😄
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!