NovelToon NovelToon
Di Tepi Senja

Di Tepi Senja

Status: tamat
Genre:Tamat / Diam-Diam Cinta / Cinta Seiring Waktu / Romansa
Popularitas:4.4k
Nilai: 5
Nama Author: Anggi Febriani

Kebanyakan orang-orang berpikir bahwa tidak ada cinta yang akan bertahan, apalagi di usia remaja, dan aku juga sependapat dengan mereka. Namun, dia membuktikan bahwa cinta itu benar-benar ada, bahkan anak remaja sekalipun bisa mendapatkan cinta yang akan menjadi pasangan hidupnya. Semua itu tergantung siapa orangnya.

Dari pengalaman ini aku juga banyak belajar tentang cinta. Cinta itu memang menyakitkan, tapi di balik semua itu pasti ada jalannya. Dia selalu mengajari ku banyak hal, yang paling aku ingat dia pernah mengatakan "rasa suka tidak harus dibalas dengan rasa suka." Dia lelaki yang dewasa.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Anggi Febriani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Episode 3

Mengganti pakaian adalah hal yang paling aku benci. Aku tidak peduli jika seragam sekolah ini akan dikenakan lagi besok. Aku meletakkan tas ku dengan baik, lalu aku meraih handphone ku yang aku letakkan di atas meja belajar. Aku membuka Instagram dan hendak mencari akun instagram Abang itu.

Mama sudah meneriaki ku untuk segera makan siang, aku sangat malas untuk turun kebawah, jadi aku hanya menjawab "iya ma, bentar."

Sekitar 15 menit berada di instagram, aku menemukan akun Abang itu. Akun nya privat, membuat aku tidak bisa melihat isi akun nya. Dengan memberanikan diri, aku meminta izin untuk mengikuti instagramnya. Di dalam hati aku meminta semoga dia mem-follback aku.

Aku meletakkan handphone ku di atas kasur, lalu aku membuka seragam ku. Aku mengambil celana pendek dan kaos tipis dari dalam lemari, kemudian aku mengenakan nya.

Terdengar lagi teriakan Mama dari bawah sana. Mama selalu saja khawatir kalau aku telat makan. "Iya ma, sebentar." Aku menggantungkan seragam sekolah ku sebelum turun kebawah.

"Ngapain aja sih kak? Keburu dingin nasi sama lauk nya nanti. Kamu makan dulu, mama mau menjemur."

"Iya Mama."

Aku tidak perlu lagi menyendok nasi ku ke piring, mama sudah melakukan itu untuk ku. Aku tidak menyangka mama memasak sayur berbagai macam, aku sangat senang, aku mengambil sayur yang berbagai macam itu dan menuangkan mereka ke piring ku. Aku sangat suka sayur, apalagi sayur nya buatan mama. Aku hampir menghabiskan sayur yang ada di mangkok, aku hanya menyisakan sedikit. Mama tidak akan marah jika aku menghabiskan sayur itu, tapi ku pikir mama belum memakan sayur nya, soalnya mereka masih panas.

Tidak ada piring kotor di wastafel, aku terpaksa mencuci piring yang barusan aku gunakan untuk makan. Aku tidak suka mencuci piring, segala jenis pekerjaan yang menyentuh air aku benar-benar tidak suka. "Kenapa ya aku tidak punya adik? Padahal dia kan bisa aku suruh untuk mencuci piring. Kesal banget deh."

"Bilang apa tadi, hayo? Kakak bilang apa tadi, hm?"

Aku menoleh kearah suara yang bertanya kepada ku. Alis kiri ku ku angkat serasa memberi kode. Mama tidak akan marah jika aku bicara sendiri dan mengeluh seperti tadi. "Tarasya tidak suka cuci piring ma."

"Tar, mama tidak memaksa kamu untuk mencuci piring, tapi setidaknya kamu tahu cara mencuci piring dengan bersih. Lihat, walaupun yang kamu cuci hanya sedikit, tanpa kamu sadari kamu sudah mempelajari mencuci piring dengan baik. Lihat piring yang kamu cuci, mereka bersih tanpa noda. Sama seperti sebelumnya, mama juga membiarkan kamu mencuci pakaian kamu sendiri, dan mama puas dengan kamu, kamu bisa membuat mereka bersih. Kamu tidak suka pekerjaan yang bersangkutan dengan air, tapi dibalik itu hasil pekerjaan kamu yang bersangkutan dengan air selalu bagus."

"Iya Ma, tapi Tarasya tetap tidak suka dan pekerjaan yang bersangkutan dengan air adalah tugas Mama."

Mama hanya menggeleng mendengar jawaban ku. Aku menyusun piring yang sudah selesai aku cuci ke rak piring. Aku membersihkan wastafel, kemudian mencuci tangan ku hingga bersih. Mama menyuruh ku tidur siang, katanya anak-anak seperti aku harus tidur siang, setidaknya 30 menit. Aku mendengarkan perintah Mama, aku pergi ke kamar ku, dan mengunci nya. Ku letakkan badan ku di atas kasur yang empuk dan sesaat kemudian aku tertidur nyenyak.

"Tar." Suara berat yang memanggil ku terasa bergema. Ketika membuka mata, aku berada diatas rerumputan yang hijau. Semua tanah penuh dengan rumput. Aku melihat sekeliling ku, oh betapa indahnya.

"Halo, Tar." Suara berat itu memanggil ku lagi. Aku berdiri dan melihat sekeliling darimana asal suara itu. "Tarasya." Aku berjalan lurus menuju pohon yang sangat besar didepan ku. Aku terhenti di depan pohon itu sambil kebingungan.

"Akhirnya kamu menemukan ku. Ayo kesini." Aku terkejut, suara berat itu berasal dari seorang pria yang aku kenal. Dia, dia, pria yang membuat detak jantung ku tidak stabil. Ray! Dia menyuruh ku duduk disampingnya.

Dengan santai, aku mendekat kearah nya, lalu aku duduk di sampingnya. Dia sedang menggambar sesuatu, aku tidak begitu jelas melihat gambaran nya. Kami berdua diam, tidak ada sepatah katapun keluar dari mulut ini. Aku ingin mengobrol, tapi detak jantung ku sangat tidak stabil. Mungkin wajah ku sudah merah sekarang. Aku tidak tahu cara menghadapi situasi seperti ini.

"Eh, anu," ucapku sedikit gugup.

"Iya?" Ray menjawab tanpa mengalihkan pandangannya dari gambaran yang sedang dia buat. Sebelum aku melanjutkan perkataan ku, aku merasakan kalau tangan ku hangat. Seperti ada sesuatu yang menindih tangan ku, tetapi tidak berat.

"Tangan kamu kecil sekali Tar." Apa? Aku menoleh ke arah Ray. Aku melihat wajah nya dengan bingung, aku melihat ke bawah, ternyata dia yang memegang tangan ku. Jantung ku semakin tidak stabil, wajah ku panas, kemungkinan besar sudah memerah.

"Eh? Apa yang kamu lakukan?"

"Hanya memegang tangan orang yang aku cintai Tar," ucapnya dengan santai dan penuh perasaan. Aku bingung, benar-benar bingung. Apa Bang Ray memang menyukai ku?

"Lihat ini, aku tadi menggambar kita. Bagus, bukan? Kamu suka Tar?" Gambaran itu akhirnya selesai. Aku tidak menyangka Bang Ray bisa menggambar sebagus itu. Dia menggambar aku dan dirinya. Kami sedang duduk di tepi pantai menikmati indahnya sunset dan satu hal yang membuatku sangat baper, dia merangkul ku. Dia merangkul ku! Meskipun hanya gambar, aku merasa kalau fenomena itu nyata. "Aku suka, sangat suka!"

"Aku senang kalau kamu suka Tar. Padahal dulu kamu tidak suka kalau aku menggambar kamu. Kamu selalu marah-marah mengatakan kalau aku itu pria jahat yang suka menguntit wanita. Aku tertawa mendengar perkataan kamu waktu itu. Sampai sekarang ketika aku mengingat kejadian itu, aku selalu tertawa sendiri. Ucapan mu tidak bisa hilang dari benak ku. Aku pria baik, bagaimana mungkin aku menguntit wanita." Ray tertawa terbahak-bahak setelah mengatakan perkataan nya tersebut.

Sementara aku di sini hanya terdiam. Aku tidak mengerti apa maksud perkataan nya. Kami baru saja saling mengenal atau bisa dikatakan mungkin hanya aku yang mengenal nya, mungkin dia tidak mengenal ku. Lalu, mengapa dia berkata seperti itu? Apa aku yang salah? Atau dunia ini sedang terbalik?

"Bang, ini nyata?" Pertanyaan itu keluar dari mulut ku tanpa sengaja. Aku menatap matanya tanpa berkedip sedikit pun. Aku menunggu jawaban dari mulut nya yang tertutup rapat.

Tangan nya memegang kepalaku dengan penuh rasa kelembutan. Dia tersenyum, mulutnya mulai terbuka seperti ingin mengatakan sesuatu.

Apa? Dia mengatakan apa? Sosok nya mulai menghilang. Mata ku perlahan tertutup. Apa dia membenci ku? Apa dia menyuruhku untuk pergi?

1
Zetti Afiatnun
👍👍👍👍👍
Shoot2Kill
Ceritanya luar biasa, author semangat terus ya!
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!