NovelToon NovelToon
Strongest Regression In Apocalypse

Strongest Regression In Apocalypse

Status: sedang berlangsung
Genre:Action / Fantasi / zombie / Mengubah Takdir / Budidaya dan Peningkatan / Evolusi dan Mutasi
Popularitas:11.2k
Nilai: 5
Nama Author: Kings Path

Pada tahun 2067, terjadi sebuah bencana virus misterius yang dapat menjadikan suatu makhluk yang terinfeksi menjadi mayat hidup yang tak memiliki pikiran.

Bumi tak lagi menjadi tempat aman dan damai, melebihi perang dunia yang hanya terjadi di beberapa negara saja. Wabah ini menjadikan seluruh dunia menjadi neraka hidup yang tak layak huni.

Ini adalah cerita perjalanan Arthur Pendragon, yang mendapat kesempatan hidup kembali untuk ke dua kalinya setelah gagal dengan menyedihkan di kehidupan pertamanya.

Siapakah dalang dibalik virus Black blood? Apakah makhluk superior yang menginvasi dunia? Lantas apa yang akan dilakukan oleh Arthur di kehidupan keduanya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kings Path, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 3 : Bencana Dimulai

Bzzzzt! Tap!

Lampu villa mati secara tiba-tiba, semua orang bingung dengan apa yang terjadi, sedangkan Arthur sendiri sudah sigap dengan mengeluarkan sebuah pisau pemotong tulang yang memiliki bilah tebal.

"Hei Arthur ... Kenapa lampunya tiba-tiba mati? Apa ini bagian dari pertunjukan pesta?"

"Shhhh! Diam dan ikuti aku, jangan buat banyak suara," ucap Arthur dengan tatapan serius.

Disaat suasana disana cukup ramai, Arthur menyeret tangan Evan menuju ke lantai 2 villa dengan hati-hati dan penuh kewaspadaan.

Saat tiba di lantai 2, Arthur mengambil beberapa barang seperti tas untuk wadah pisaunya agar lebih mudah dibawa, beberapa makanan seperti roti dan botol air mineral dan memasukkan semuanya kedalam tas.

Evan bertanya kepada Arthur, apakah ia ingin mencuri makanan atau bagaimana? Jika ia kelaparan dan membutuhkan makanan tak perlu mencuri dan tinggal ambil saja.

Namun Arthur malah menyuruh Evan diam dengan ekspresi dingin. Meskipun wajah dan tubuh Evan terlihat seperti seorang preman, namun sebenarnya Evan adalah orang yang baik dan penurut. Karena itulah ia terus menuruti apa yang Arthur katakan selama tak terlalu berlebihan.

Setelah itu Arthur pun masuk ke dalam kamar tamu dan mengunci serta mengganjal pintunya menggunakan lemari kecil. Saat Evan semakin merasa kalau hal ini tak benar, tiba-tiba dari lantai 1 terdengar suara teriakan yang sangat keras dan melengking.

Sepertinya telah terjadi sesuatu di bawah. Sesaat, suasana langsung menjadi mencekam dan sangat ramai.

"Cepat! Ambil semua yang diperlukan dan kita akan memanjat ke atap villa!" teriak Arthur pada Evan.

"Eh? Apa yang diperlukan?" ucap Evan masih kebingungan dengan apa yang terjadi di sini.

"Bawa semua yang menurutmu diperlukan!" teriak Arthur sambil tergesa-gesa.

Pyarr!

Evan langsung memecah pintu balkon dan mengumpulkan pecahan kaca tersebut dengan sarung bantal. Setelah itu, ia pun kebalkon dan memanjat ke atas atap. Mencari tempat yang bisa ia gunakan sebagai tempat berlindung dari tahap awal virus Black blood menyebar.

Untungnya, setelah mencari ada sepetak atap yang tak bergenteng. Arthur pun langsung meletakkan semua barang yang ia bawa di sana dan kembali ke bawah sambil membawa sebuah pisau, menghampiri Evan.

"Hei Evan! Cepat kemari lah!" panggil Arthur dari atas sambil melihat ke arah balkon.

Sesaat, terlihat Evan yang sudah membawa cukup banyak barang yang ia karungi menggunakan sprei kasur.

"Baiklah ... Tapi tolong angkat ini keatas dulu."

Arthur pun menarik karung sprei yang Evan bawa ke atas atap.

'berat, apa saja yang dia masukkan ke sini?' batin Arthur.

Setelah Arthur mengangkat barang-barang tersebut, Evan pun berniat memanjat ke atas atap namun, sebelum ia memanjat, Evan melihat banyak orang yang berteriak sambil berlarian keluar villa, dia pun bertanya-tanya dibenaknya,

'apa yang sebenarnya terjadi!'

Namun sesaat kemudian rasa penasarannya itu terjawab, orang-orang yang berlarian ke luar, dikejar oleh beberapa orang yang berlari dengan cara aneh, namun sangat cepat hingga bisa menyusul yang lainnya.

Saat tersusul, sekelompok orang yang berlari dengan cara aneh itu pun melompat, menjatuhkan salah seorang lainnya. Setelah itu hal yang tak ia duga terjadi, orang tersebut memakan orang yang ditimpanya hidup-hidup.

"Hei! Apa yang kau lihat, cepat ke naik ke atas!" ujar Arthur yang sudah mengulurkan tangannya dari tadi.

Tak memikirkan apapun lagi, Evan pun menggapai tangan Arthur dan memanjat ke atas atap. Mereka berdua pun tinggal di atas atap sambil di terror oleh teriakan-teriakan keras yang dikeluarkan oleh orang-orang yang akan kehilangan nyawanya.

Evan cukup shock, hal itulah terlihat jelas di wajahnya. Ia bahkan hanya diam tak mengatakan apa-apa sambil menatap ke bawah. Arthur juga tak bisa melakukan apa-apa dengan hal itu. Cepat atau tidak, Evan harus terbiasa mendengar hal semacam itu.

Jika ia tak bisa terbiasa, maka ia memang tak layak hidup di dunia yang penuh darah penderitaan ini!

Setelah beberapa saat, akhirnya Arthur pun membuka mulutnya, dan berbicara dengan santai,

"Hei, istirahatlah. Tenangkan dirimu dan persiapkan diri untuk hari esok. Dunia yang selama ini kau tahu akan sepenuhnya berbeda mulai besok pagi."

Mendengar ucapan Arthur, Evan perlahan bergerak, membuka barang-barang yang ia bawa. Arthur terkejut karena Evan membawa bantal, guling, lampu tidur, bahkan sendal, alat untuk membersihkan diri seperti sikat gigi dan sabun, lebih aneh lagi ia membawa 5 set pakaian tidur yang ada di kamar tamu, tak lupa juga handuk.

"..."

"Kau ini ... Apa kau kira kita kemari untuk berkemah atau semacamnya? Juga kenapa kau membawa sikat gigi dan sabun? di atas sini saja tak ada air."

"I-itu ..."

"Hahhh ... buang semua itu besok, sekarang tidurlah. Setidaknya kita bisa tenang karena mereka tak akan bisa memanjat kemari untuk sementara waktu."

...

Keesokan paginya.

Arthur terbangun, melihat Evan yang tidur pulas dengan menggunakan bantal, guling, serta selimut yang ia bawa keatas.

'ho, ternyata dia masih bisa tertidur pulas seperti itu setelah kejadian kemarin malam,' batin Arthur lega, karena sahabatnya itu beradaptasi cukup cepat.

Teriakan orang-orang yang ada di villa juga sudah tak terdengar 2 jam setelah mereka ke atas. Mungkin setelah itu baru Evan bisa tidur dengan pulas.

"Hei, bangun ..." Ucap Arthur sambil menggoyang tubuh Evan.

Evan pun terbangun dengan mata merah, normalnya orang bangun tidur. Sambil mengusap matanya yang sedikit berair, Evan berkata pada Arthur,

"Jadi ini bukan sekedar mimpi ya ..." Ucap Evan melihat pemandangan pegunungan yang cukup indah, namun dibawah mereka terlihat banyak orang yang sepenuhnya telah bermutasi.

Kulit mereka sepenuhnya berubah menjadi warna hitam, seperti ditato hitam di seluruh badan bahkan mata sekalipun. Sudah tak terlihat seperti manusia lagi.

"Sebenarnya mereka itu apa?" Tanya Evan pada Arthur.

"Seperti yang kau lihat, mereka berubah menjadi zombie. Jangan samakan mereka dengan zombie yang ada di film-film itu. Mereka jauh lebih kuat, cepat, dan berbahaya."

"Pastikan kau tak terkena gigitan mereka. Jika tidak, kau akan berubah menjadi seperti itu juga," jawab Arthur.

"Ya." Jawab singkat Evan.

Setelah itu, Arthur memberikan sebungkus roti dan botol minum kepada Evan, tak lupa memberinya sebuah pisau.

Tanpa bertanya, Evan sudah tahu untuk apa pisau tersebut, namun ia masih tak bisa membayangkan menusuk makhluk yang masih mirip manusia itu.

Setelah memakan sebungkus roti dan sebotol air minum, mereka pun bergegas menuju ke bawah untuk mengecek keadaan di bawah setelah membawa persediaan yang dibutuhkan, Arthur juga membawa pecahan kaca yang ia masukkan ke sarung bantal.

Sebenarnya lebih aman jika mereka tetap di atas, namun hanya untuk sesaat sebelum mereka kehabisan makanan dan minuman.

Setelah mereka turun ke balkon, mereka mengendap-endap mengecek kedalam kamar. Setelah memastikan tak ada zombie di dalam, Arthur pun menempelkan telinganya ke pintu kamar, mengecek apakah di luar ada zombie.

"Gimana Arthur?" bisik Evan.

"Sepertinya tidak ada," jawab Arthur pelan.

Secara perlahan, mereka pun mengangkat lemari kecil yang mengganjal pintu, setelah itu baru mereka keluar dari kamar. Villa benar-benar menjadi gelap. Listrik mati dan tak ada cahaya yang masuk.

Saat mereka berniat berjalan kebawah, mereka melihat seorang zombie wanita yang familiar, yakni Celina yang tengah memakan tubuh seseorang.

"Ughk!"

Tiba-tiba Evan merasa sangat mual, karena disekitar Celina ada begitu banyak orang yang mati dengan cara yang mengenaskan, serta darah dimana-mana.

"Hei, jangan berisik. Mereka sangat sensitif dengan suara ..." bisik Arthur berbalik menghadap Evan.

Namun saat Arthur melihat wajah Evan, dia terlihat seperti ketakutan. Arthur pun langsung mengalihkan pandangannya ke arah Cecilia dengan cepat, dan benar saja ...

Dia sudah menatap tajam dengan wajah yang penuh darah serta mulut yang terus mengeluarkan air liur.

'ini buruk.'

Bersambung>>

1
AIDRIEEL
/Casual//Casual//Casual/
kecut
/Skull//Skull//Skull/
Juan
sip
Juan
dayyum
Maulana Fatahilla
,🔥🔥
Danz sbg
Luar biasa
Nazak
mantap
Kings Path
Jangan Lupa rate 🌟 5 jika suka, jika ada kekurangan bisa langsung komen di bab terkait.
kecut
😊
kecut
lanjutt
Nazak
👍🏼👍🏼
Nazak
🔥🔥🔥
Hades
Lanjut thorr, Jagan hiatus
Hades
Lanjutt
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!