NovelToon NovelToon
Love After Marriage

Love After Marriage

Status: tamat
Genre:Tamat / Nikahmuda / Cinta setelah menikah / Diam-Diam Cinta
Popularitas:11.9k
Nilai: 5
Nama Author: Caroline Gie White

Indira dan Devian sama-sama dihadapkan pada kondisi traumatik yang sama. Sama-sama harus menelan pil pahit perselingkuhan. Indira memergoki pacarnya, Gilang berselingkuh dengan teman sekampusnya dan Devian dengan tragisnya melihat Mamanya berselingkuh dengan mata kepalanya sendiri, dirumahnya. Perasaan itu yang akhirnya bisa lebih menguatkan mereka untuk saling bantu melewati kenangan buruk yang pernah mereka alami.

Dan, takdir lebih punya rencana untuk lebih menyatukan mereka dalam sebuah pernikahan yang tidak mereka inginkan. Menikah di usia muda dan tanpa berlandaskan rasa cinta. Namun, Indira tidak pernah menyangka bahwa rasa nyaman yang ditawarkan oleh Devian pada akhirnya bisa membuat Indira tidak mau melepaskan Devian.

Akankan hubungan mereka baik-baik saja? Ataukah banyak konflik yang akan mereka hadapi dan semua itu berhubungan dengan rasa trauma mereka.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Caroline Gie White, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

KECEMBURUAN GILANG

"Vi, kayanya Gilang gak suka gue dekat sama Ian." Kata Indira melalui sambungan telepon ketika Devian sudah berpamitan pulang.

"Kok bisa? Lo sama Iankan cuma teman, Neng. Dan yang gue lihat Ian menghormati hubungan lo sama Gilang."

"Gue juga gak mengerti si, Vi."

"Tapi wajar sih, mungkin Gilang takut kalau someday ceweknya diambil cowok lain."

"Gua sayang banget sama Gilang, gimana bisa saat ini gue berpaling dari dia."

"Jaga jarak sama Ian."

"Gak bisa. Gue nyaman banget sama Ian."

"Hati-hati baper."

"Ngaco. Sudah ya, gue mau mandi bye." Indira mematikan ponselnya lalu terdiam sejenak seakan mencoba mencerna kata-kata Viana.

***

Bibi meletakkan 2 gelas minuman dingin di meja. “Diminum Mas.”

“Makasih ya, Bi.” Sahut Farel tanpa berpaling dari stik game dan matanya melekat ke layar TV.

“Mama sudah pulang, Bi?”

“Belum, Mas, mungkin malam, soalnya tadi berangkatnya gak lama sebelum Mas Ian pulang.”

“Makasih ya, Bi.”

Bibi pun pamit keluar dari kamar. Devian merubah posisi telentangnya menjadi tengkurap menatap Farel yang sedang bermain Playstation.

“Gilang kayanya jealous gue dekat sama Indi.”

“Cuma cowok gak normal yang gak merasa cemburu lihat ceweknya dekat sama cowok lain.”

“Tapikan gue sama Indi bisa memposisikan diri kita masing-masing.”

“Jaga jaraklah sama ceweknya.”

“Lokan tahu ini satu-satunya cara biar gue bisa dekat sama Indi.”

“Tapi gue beneran gak bisa bantu lo kalau someday Indi tahu lo suka sama dia dan lo gak jujur.”

Devian kembali terlentang dan menatap langit-langit kamarnya.

“Gue gak peduli, karena gue mau menikmati ini semua dulu.” Devian pun terpejam.

Beberapa hari kemudian.

Devian yang duduk di atas motor sport yang dia parkir di depan rumah Indira tersenyum ketika melihat Indira datang dan turun dari boncengan motor ojek. Setelah membayar ojeknya, Indira membuka pintu pagar berbarengan dengan Devian yang turun dari motornya.

“Sejak kapan lo di sini?”

“Baru kok.”

“Berani banget, lo gak takut gue pulang bareng Gilang?”

Devian tertawa. “Gue sama lo cuma teman biasa, Ndi, jadi harusnya dia gak perlu khawatir dan lagian hari ini dia kuliah sampai malamkan?"

“Ya sudah, ayo masuk.”

Devian lalu memindahkan motornya ke dalam pagar rumah Indira dan mengikutinya masuk ke dalam.

“Assalamualaikum, Bu.”

“Waalaikumsalam.” Nadia menoleh dan melihat Indira dengan Devian yang berjalan di belakangnya. “Hai, Sayang, hai, Ian, kalian lagi pulang bareng?”

“Gak, Bu, aku sampai dia sudah di depan rumah.” Indira mencium tangan Nadia.

Devian tertawa sambil ikut mencium tangan Nadia.

“Kamu kenapa gak langsung masuk saja, Yan? Jadikan bisa temani Tante nonton TV, sini duduk.”

Devian duduk di sofa di samping Nadia.

“Gue ambil minum dulu ya, Yan.”

“Makasih ya, Ndi.”

Indira menuju dapur. Nadia dan Devian pun terlihat mengobrol dengan akrab.

Pertama kali Indira memperkenalkan Devian ke ibunya, ada rasa yang tidak biasa karena Nadia termasuk orang yang susah sekali menerima teman lelaki anak gadisnya. Mungkin itu dia lakukan untuk lebih memproteksi Indira dalam hal pergaulan dengan lawan jenis.

Namun tidak berlaku untuk Devian. Dia bisa langsung mengambil hati Nadia dengan sangat mudah. Beda halnya dengan Gilang yang awal pendekatan dengan Indira, Nadia terlihat tidak suka, walaupun pada akhirnya, Nadia mengijinkan Gilang dan Indira berpacaran dengan banyak syarat termasuk tidak diijinkannya Gilang masuk ke dalam rumah.

Tapi anehnya, Devian bisa leluasa masuk ke dalam rumah dan mengobrol dengan Nadia ataupun Haris. Ditambah, Devian bisa menjadi security khusus apabila orang tua Indira sedang tugas ke luar kota yang mengharuskan meninggalkan Indira sendirian di rumah. Jadi Devian harus jadi orang pertama yang dihubungi Indira apabila ada sesuatu yang darurat terjadi.

"Gue pamit ya." Sahut Devian sambil naik ke atas motor dan memakai helmnya.

"Hati-hati lo, maaf Nyokap malah jadi merepotkan lo."

"Tenang saja, selagi gue bisa, gue bakal bantu kok. Istirahat ya."

"Lo juga."

Devian menyalakan motornya lalu pergi dan Indira masuk ke dalam rumah tanpa tahu kalau Gilang memperhatikan mereka dari dalam mobil yang dia parkir tidak jauh dari rumah Indira.

***

"Devian sering banget ke rumah kamu ya?" Tanya Gilang keesokan harinya saat mereka sedang makan siang di kantin kampus.

"Gak juga sih, Kak. Kenapa?"

"Aku lihat dia pergi dari rumah kamu kemarin."

"Kamu ke rumah? Kok aku gak tahu?"

"Tadinya mau mampir sebentar, cuma aku lihat ada motor dan ternyata itu motor Devian."

"Ibu lagi ada perlu sama dia."

"Ibu kamu atau malah kamu yang ada perlu sama dia."

Indira menyudahi makannya dengan kesal lalu menatap Gilang. "Perlu ya kita bahas masalah ini terus?"

"Ya karena aku gak suka sama kedekatan kamu sama Devian."

"Apa aku juga boleh bilang kalau aku juga gak suka kamu dekat sama Lusi?"

"Tapikan aku sama Lusi teman biasa saja."

"Oh iya, teman biasa, tapi kayanya dia care banget sama kamu ya?"

"Maksud kamu?"

"Aku pernah lihat, bukan cuma pernah tapi sering gak sengaja lihat ada chat dia masuk dan nanya kamu sudah makan apa belum?"

Gilang terdiam dan berusaha menutupi rasa terkejutnya.

"Asal kamu tahu ya, Kak. Sedekat-dekatnya aku sama Ian, aku gak pernah sekalipun chat seperti itu ke Ian. Kamu boleh periksa ponsel aku kalau memang kamu gak percaya."

Indira lalu meraih tas dan ponselnya lalu beranjak tanpa menghiraukan panggilan Gilang.

"Kenapa lo? Bete banget." Farel duduk di samping Indira sewaktu kuliah selanjutnya akan dimulai setelah makan siang.

"Biasa, Gilang selalu mempermasalahkan kedekatan gue sama Ian."

"Ya lo jaga jaraklah sama Ian."

"Gue bucin banget sama temen lo."

Farel tertawa. "Jadian saja."

Sontak Indira pun tertawa. "Ngaco."

"Tapi gue nanya serius deh, Ndi. Perasaan lo ke Ian gimana sih? Kenapa lo gak bisa jauhin dia buat menjaga perasaan cowok lo?"

"Karena sama Ian, gue selalu bisa jadi diri gue sendiri, Rel."

"Maksud lo, sama Gilang lo gak bisa jadi diri lo?"

"Terkadang. Ya lo tahulah, Gilang tuh jabatannya apa di kampus ini, dan gue sebagai ceweknya kudu jaga sikaplah, jaga omonganlah, gak boleh sembarangan, buat menjaga nama baik dia."

Farel mendengus sinis. "Baru juga jadi ketua BEM sombong banget."

"Tapi kalau sama Ian, gue gak bisa kudu jaga image, istilahnya kalau gue mau kentut depan dia pun, dia gak akan keberatan."

Farel tersenyum. "Gimana kalau misalnya pada akhirnya nanti, Ian jatuh cinta sama lo? Lo bakal memilih siapa?"

Indira terdiam sejenak menatap beberapa teman sekelasnya mulai berdatangan termasuk Devian yang duduk agak jauh dari tempatnya bersama Viana.

"Kayanya gak mungkin dia suka cewek kaya gue. Gue yakin dia butuh cewek yang jauh lebih baik dari gue buat mendampingi cowok kaya dia."

"Tapi Ian cuma butuh cewek yang bisa menerima dia apa adanya tanpa status yang bakal dia terima nanti."

Indira lagi-lagi terdiam menatap Devian yang sedang mengobrol bersama Viana. Saat mata mereka bertemu pun, mereka sama-sama saling melempar senyum.

Tapi sepertinya gak bakal butuh waktu lama sih buat jatuh cinta sama dia.

To be continued.....

1
Zaza Eiyna
gilang vs Marsha
Yvonne Dumais
Episode nya tolong diterbitkan semua sekaligus donk...jangan satu2 setiap hari. terima kasih
Yvonne Dumais
episode nya tolong diterbitkan sekaligus semuanya donk....jgn satu persatu...terima kasih
Càröliné Gie White
Terimakasih bwt yang sudah baca story aku sampai sini... 🙏🥰
Putu Sriasih
Luar biasa
Càröliné Gie White
Jadi makin semangat buat up terus..
Càröliné Gie White
Iya kak, makasih buat supportnya ya 🙏
mustaqim jm
Masih baca sampe sini thor. semangat upnya
Pena Hitam
di ikalnin terus kak..
semangat yaa semoga booming
Galuh Jennaira
Mereka yang berantem, gw yang baper /Sob/
Galuh Jennaira
Ayo devian, buat indira jatuh cinta sama kamu
Galuh Jennaira
Bibit hadirnya pelakor
Galuh Jennaira
Devian cowok gentle bgt
mustaqim jm
Semangat upnya thor.
Pena Hitam
Bagus ko kak, penempatan kalimat maupun tanda baca juga tepat.
Cuma tambahan aja kak untuk dialognya di kurangi jd biar balance dengan penjelasan latar dll. Biar pembaca tidak bosan 🙏
Pena Hitam: sama-sama ka 🙏
Càröliné Gie White: Terimakasih kak masukannya..
total 2 replies
Càröliné Gie White
Selalu berusaha lebih baik dalam menulis.. Saran kalian amat sangatlah berarti.. Terimakasih sudah mampir utk membaca story aku..
Galuh Jennaira
Penggunaan gaya bahasa yang sederhana jd bisa dengan mudah diikuti.
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!