Memiliki Kakak tiri dengan segudang pesonanya membuat Neira berperang dengan perasaannya.!
Bagaimana bisa Neira harus menahan dirinya untuk tidak menyukai Kakak tirinya dengan semua perhatian yang dia dapatkan juga semua perlakuan manis darinya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Encha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Rencana Makan Malam
Gevan melangkah turun dan terlihat Almer yang sudah berada di meja makan karena memang hari minggu membuat keduanya terlihat lebih santai.
"Pagi Pa" Sapa Gevan duduk di kursinya.
"Kamu baru bangun Ge, semalam pulang jam berapa"
"Jam 1."
"Jangan sering pulang malam, ingat kesehatan kamu."
"Hm"
Almer menggeleng.
Putranya memang sangat irit bicara. Bahkan dengannya saja hanya bicara seperlunya saja.
"Nanti malam kamu ikut Papa, Papa mau kenalin kamu dengan teman Papa."
Gevan hanya mengangguk dengan masih menikmati nasi goreng buatan maid di Mansion.
"Apa calon istri baru Papa?" Ucap Gevan membuat Almer menghentikan makannya dan beralih menatap wajah putranya.
"Papa minta maaf Ge, tapi Papa,-
"Gevan tidak pernah melarang apapun termasuk jika Papa mau menikah kembali. Tapi Gevan minta jangan pernah Papa hilangkan perasaan Papa terhadap mama."
Almer mengangguk.
"Walaupun mama sudah di surga bersama adik kamu tapi mereka akan selalu tetap ada di hati Papa."
Gevan mengangguk dan kembali menikmati sarapan mereka tanpa adanya lagi obrolan di sana.
Gevan memang tidak pernah memaksakan kehendaknya, dia tidak mau egois karena tidak mengijinkan Papanya untuk menikah. Dia tau jika Papanya membutuhkan seorang istri apalagi dengan kesibukannya.
"Bagaimana dengan kuliah kamu."
"Lancar."
Almer mengangguk.
Mereka kembali saling diam hingga akhirnya Gevan berjalan lebih dulu.
Sama halnya dengan Naira yang baru saja bangun.
Matanya masih terlihat sembab. Hatinya masih terasa sakit mengingat kejadian semalam.
Ceklek,,
"Sayang, kamu sudah bangun?" Ucap Widia berjalan masuk.
Neira mengangguk namun seakan enggan untuk turun dari tempat tidurnya.
"Bagaimana perasaan kamu sekarang sayang, apa sudah lebih baik?"
Neira menatap Widia dan memeluknya.
Dia masih belum rela jika hubungannya kandas karena orang ketiga. Namun dia masih tidak menyangka jika orang ketiga diantara mereka adalah sahabatnya sendiri.
Neira memang sudah menceritakan semuanya kepada Widia soal semalam.
"Kenapa harus Elisa Ma, dia sahabat Neira."
"Semua sudah di atur Tuhan Sayang, jadi kita tidak bisa merubahnya."
Neira terdiam.
Alex adalah cinta pertamanya. mengingat bagaimana hubungan mereka dulu yang begitu manis dengan perhatian-perhatian yang Alex berikan untuknya, semua itu tidak mudah untuk Neira lupakan. terlalu manis untuknya tapi terlalu sakit jika terus dia kenang.
"Sekarang mandi terus kita sarapan. Sekalian Mama mau bicara sama kamu."
Neira mengangguk dan melepaskan pelukannya.
Dia berjalan masuk kamar mandi, sedangkan Widia berjalan keluar dan akan menunggu putri nya di bawah.
Sekitar 20 menit,
Neira turun dengan memakai kaos oversize dan celana pendek yang hanya menutupi paha putihnya itu berjalan turun.
"Mama masak apa?" Ucapnya menatap makanan di meja.
"Nasi goreng sayang, mama tadi juga kesiangan."
Neira mengangguk dan duduk di kursinya sembari mengambil nasi goreng buatan Widia yang menurutnya mengalahkan rasa di restoran.
"Oya, Mama mau bicara apa?" Ucap Neira dengan mulut penuh makanan.
"Telan dulu sayang."
"Udah ma, Mama mau bicara apa?"
Widia meletakkan sendok makannya dan menatap putrinya. Putri yang kini sudah beranjak dewasa bahkan sangat cantik itu.
"Nanti malam Mama akan mengenalkan kamu dengan seseorang."
"Seseorang? siapa?"
"Namanya om Almer sayang, dia,-
"Pacar Mama?" Potong Naira membuat Widia menggenggam tangannya.
"Sayang,-
"Apa mama sudah gak sayang lagi sama Papa?"
"Bukan seperti itu Sayang, Mama sayang dan juga cinta sama papa kamu."
"Terus siapa om Almer Ma."
"Dia teman Mama, Papa kamu juga mengenalnya sayang."
Neira masih terus diam.
Dia hanya belum bisa menerima kehadiran sosok laki-laki pengganti Papanya. Hanya Papa Viktor lah Papanya dan bukan orang lain.
"Kamu mau kan ketemu dulu dengan Om Almer sayang."
"Papa Neira cuma Papa Viktor Ma, Neira gak mau punya Papa baru." Ucap Neira beranjak dan segera masuk ke dalam kamarnya.
"Neira." Panggil Widia namun Neira malah berlari masuk ke dalam kamarnya.
Widia menghela napasnya.
Bagaimana ini, Apa Neira tidak mau jika kembali memiliki seorang Papa.
Widia pun membiarkan putrinya dulu.
Dia sangat mengenal Neira. Dia bukan anak yang selalu membantah, dia tau jika saat ini Neira sedang tidak mood karena masalahnya bersama Alex.
Di dalam kamarnya.
Neira menangis dengan memeluk foto almarhum Papanya.
Papa yang begitu menyayangi nya, papa yang selalu memanjakan nya Papa yang selalu ada dan terus menemaninya. Papa Viktor dan dia tidak mau jika ada laki-laki lain yang akan menggantikan posisinya.
Papa,, hiks hiks hiks
Neira gak mau punya Papa baru, Papa Neira cuma Papa Viktor.
Tok..
Tok..
Tok..
"Sayang, Mama masuk ya."
Neira terdiam, dan terdengar suara pintu terbuka.
Neira menyeka air matanya dan membelakangi Widia yang duduk di tepi ranjang.
"Mama minta maaf Nei, Mama seharusnya lebih dulu menanyakan semua ini sama kamu. Mama seharusnya tidak boleh egois. kalau memang Neira tidak mau mengenal Om Almer juga gapapa. Mama akan batalkan makan malam nanti ya sayang. Tapi Mama mohon jangan mendiami Mama seperti ini sayang. Mama akan lakuin apapun untuk membuat kamu bahagia."
Neira masih tetap diam bahkan tidak membalikkan tubuhnya.
Widia menghela napasnya dan mengusap pucuk rambut Neira.
"Mama keluar dulu sayang, Mama minta Maaf." Ucap Widia mengecup pucuk rambut Neira dan berjalan keluar.
"Mama" Panggil Neira saat Widia akan keluar.
"Ya Sayang."
"Maafin Neira. Neira udah egois."
Widia tersenyum dan memeluk putrinya.
Putri semata wayangnya yang dia jaga dengan sepenuh hatinya. Bahkan Widia terus berusaha membuat putrinya untuk selalu tersenyum, berusaha membuat Neira tidak kekurangan apapun.
Walaupun sebenarnya harta yang di tinggalkan Viktor bukan main-main apalagi dengan Butik yang Widia miliki membuat Neira menjadi anak bergelimang harta.
"Kamu gak salah sayang, seharusnya Mama jangan egois memaksa kamu dengan kondisi hati kamu yang sedang kacau."
Neira menggeleng.
"Neira mau ketemu dan kenal dengan om Almer.
Mama juga perlu pendamping, tapi Neira mau Mama Jangan pernah lupain Papa."
Widia tersenyum dan menangkup wajah putrinya.
"Papa Viktor sampai kapanpun akan selalu dan tetap ada di hati Mama sayang. Dia tidak bisa tergantikan."
Neira mengangguk dan kembali memeluk Widia.
"Makasih ya Sayang"
"Neira sayang Mama."
"Mama juga sayang Neira."
Widia bernafas lega karena putrinya mau bertemu dengan Almer. Sebenarnya jika Neira menolak di kenalkan atau bahkan menolak jika Almer akan menjadi Papanya Widia pun tidak akan kembali melanjutkan hubungan mereka. Dia tidak mau membuat Neira sedih. Hanya Neira yang dia punya sekarang dan apapun itu akan Widia lakukan untuk kebahagiaan Putrinya itu sesuai dengan janjinya terhadap mendiang suaminya dulu.
semangat untuk karya novel lainya dan ehem jangan Lupa thor EXTRA PARTNYA YAA