Kamila penyuka ketenangan, sedangkan Arkan penyuka kebebasan
keduanya memang memiliki kesamaan tapi tidak dengan perasaan.
Tapi percaya pada takdir itu penting bukan? Kira-kira seperti apa
rencana semesta untuk keduanya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Orang Suusah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
3. Terlambat.
Kean berpindah menjadi di samping bastian.
"Sumpah Bas bau banget keteknya si Sean!"
Srotttt...
Kean mengelap wajahnya lalu membuang hingusnya menggunakan tisu.
"B*bi! Jorok woy!" kata Bastian mendorong Kean menjauh.
"Sean kayaknya lo berdua bukan sodara deh, Abang lo prik!" lanjut Bastian.
"Mungkin, kelakuannya minus!" kata Sean.
"Jahat lo semua, gue mau ke Arkan aja!"
"Gue mau balik, duluan yah!"
Arkan pergi meninggalkan mereka
semua dia berjalan menuju motornya.
"Jahat lo Kan gak setia kawan!" ucap Kean sambil menghentak-hentakan kakinya sebal.
Arkan menunjuk Daren, "Noh
Daren nganggur!"
Kean melihat ke arah Daren yang tengah menatapnya dingin. Kean bergidig ngeri.
"Kaga Bang ampun, gue harus, Lakik!" kata Kean sambil mengikuti suara tegas laki-laki
video yang kemarin dia tonton dia juga menunjukan otot di lengannya.
Daren menggidikan bahunya acuh, "Gak normal lo!"
"What?!" Sean membelakan matanya.
"Lo yang gak normal pacaran sama buku terus! Dah lah males, gue mau ke Bi Amah aja mau bikin mie laper gue!" Kean berlalu begitu saja.
"Bi Amah, indomie satu, utang ya Bi belum gajian!"
"Yang kemaren juga belum ari atuh kamu mah!" kata Bi Amah yang keluar dari warung.
"Minta ke Bastian Bi, duit dia bejibun apalah daya saya yang anak terlantar tidak di anggap mau makan juga susah Bi!" kata Kean memelas.
"Aamiin!" saut Bastian dan Sean sambil mengusap wajah mereka.
"Kenapa di aamiinin woy!" sungut Kean.
"Biar lo jadi gembel!" jawab Sean dengan ringannya.
"Kalo gue jadi gambel, lo juga jadi gembel, adik laknat!" Sean nampak berpikir.
"Lah iya gua kan adeknya yah!" gumam Sean.
Daren memutar bola matanya malas, "Abang adek lemotnya sama aja!"
Bastian sudah tertawa terpingkal-pingkal, "Mampus!"
Arkan masuk ke dalam supermarket dia melihat ponselnya, ibunya itu menitipkan pesanan yang banyak sekali.
Arkan mengelilingi supermarket dia mencari apa yang ada di list ibunya. Pertama dia mencari susu kental manis, keju seres Arkan mencari bahan lain dengan mudah hingga tiba di barisan tepung terigu Arkan bingung karena di depannya ada banyak merek tepung.
"Bunda kebiasaan deh, gue kan gak tau Bunda biasa pake yang mana!"
Arkan merogoh sakunya dia mengambil ponselnya lalu menelpon ibunya.
"Bund tepungnya yang mana ini ada banyak!" kata Arkan.
"Oke Bund!" Arkan mematikan sambungan teleponnya.
Arkan berjalan mencari terigu yang tadi disebutkan oleh bundanva.
"Kata Bunda bungkusnya biru!" Mata Arkan berbinar saat melihat benda yang dimaksud.
"Dapat!" Arkan memegang tepung itu tapi ada yang ingin memegangnya juga.
"Gue duluan!" kata Arkan mengambil lebih dulu.
"Arkan!"
"Kamila!"
"Balikin tepungnya itu gue duluan yang ngambil!" pinta Kamila.
"Bapak lo duluan, orang gue duluan liat nih di tangan gue kan barangnya!" ujar Arkan.
"Bapak gue di rumah, balikin Arkan, lo jadi cowo gak mau ngalah banget sih!"
"Oh tidak bisa!" ledek Arkan dia kembali mendorong trolinya.
Kamila menghentak-hentakan kakinya sebal, "Lagian lo cowo ngapain belanja!"
Arkan melirik Kamila sekilas, "Masalah buat lo?"
"Nanti ada berita, seorang brandalan sekolah belanja bahan kue di supermarket, sungguh sangat mencengangkan!" kata Kamila menyindir Arkan.
Arkan bersidekap dada sambil melihat Kamila.
"Ngapain lo liatin gue begitu?" tanya Kamila.
"Lo cantik.." kata Arkan.
Blush... Pipi Kamila memerah dia merasakan suhu tubuhnya panas.
"Lebih cantik lagi kalo lo diem, gak guna lo mencak-mencak gitu, mirip dakocan! Nih barang tetep punya gue!" Arkan pergi menuju kasir.
Kamila membelakan matanya dia tidak percaya Arkan mengatakan itu.
"Arkan sialan, cowo gila! Dasar brandalan!" sungut Kamila sebal.
"Ivah gue tau lo suka sama gue kan?" jawab Arkan penuh percaya diri.
"Amit-amit, mimpi lo ketinggian!" kata Kamila sebal.
"Gue emang tinggi, emangnya lo, pendek, dasar cebol!"
What?!
"Sembarangan! Gue gak pendek, lo nya aja yang ketinggian!" jawab Kamila.
"Giwi gik pindik li ny iji ying kitinggiyin! Dasar cewe! Ngeles mulu kayak bajai."
***
"Lompat Mil lompat aelah lo tinggal lompat aja susah amat!" kata Arkan yang masih berada di bawah sana.
Kamila memutar bola matanya malas, "Lo pikir ni pager gak tinggi nanti kaki gue patah lo mau ganti pake kaki lo?" tanya Kamila sebal.
"Ck... Udah gampang kalo kaki lo patah nanti gue tambal pake kaki sapi.
"Lo pikir gue fosil main tambal-tambal aja!" kata Kamila tidak terima.
Arkan memijit pelipisnya, "Udah nanti lagi bahasnya, terserah nanti mau lo ganti pake kaki sapi, kaki kambing, kaki gajah juga gak papa, sekarang lompat Kamila keburu ada
Kamila masih menimbang-nimbang dia lompat atau tidak, Kamila benar-benar bimbangbtapi saat ini Kamila sudah berada di atas.
"Lama lo!" Arkan yang sudah jengah dia ikut naikke atas pagar, lalu lompat, Kamila membelakan matanya melihat Arkan yang sudah berada di dalam lingkungan sekolah.
"Kan tungguin!" ujar Kamila.
Arkan memutar bola matanya malas, "Dari tadi juga gue bilang lompat Kamila, lo nya budeg!"
"Iyah nih gue lompat!"
"Cepet!" kata Arkan.
Kamila mengambil ancang-ancang untuk melompat dia meyakinkan dirinya semua akan baik-baik saja buktinya Arkan
baik-baik saja.
"KAMILA?! ARKAN?! APA YANG KALIAN LAKUKAN!"
Brukh...
Kamila yang tadi hendak melompat terkejut saat ada suara bariton menyebut namanya membuat Kamila jatuh tepat di atas Arkan.
Arkan menatap wajah Kamila yang sangat dekat, deru nafasnya sangat terasa. Cukup lama mereka berada di posisi seperti itu.
"Lo nyaman banget Mil ada di atas gue, posisi favorit yah?" tanya Arkan sambil menaik turunkan alisnya menggoda.
Plak...
Kamila memukul wajah Arkan membuat pemuda itu meringis. Kamila langsung bangkit dari atas Arkan dia merapikan
seragamnya.
"Gila lo Mil itu tangan manusia apa Thanos muka gue sampe perih!"
"Bapak lo Thanos!"
"Kalian berdua ikut saya ke lapangan!" Pak Samsul sebagai guru bk menatap keduanya nyalang.
Mau tidak mau keduanya mengikuti langkah Pak Samsul. Mereka berdiri di tengah lapangan, Pak Samsul bersidekap dada.
"Sedang apa kalin di halaman belakang? Kalian terlambat?" tanya Pak Samsul dengan sangar.
Kamila menundukan kepalanya sedangkan Arkan menatap ke kanan ke kiri.
"Kamila Bapak bingung kenapa kamu bisa telat padahal kamu itu bagian seksi keamanan di anggota osis, kamu udah kayak monyet aja gelantungan di atas pager!"
"Pfftt.." Arkan menahan tawanya membuat Kamila menatapnya sinis.
"Lo monyet katanya Mil!" bisik Arkan sambil tertawa kecil.
"Lo----"
"Kamu juga Arkan, saya udah cape ngurusin kamu, setiap hari selalu terlambat, kapan mau berubah Arkan? Kamu sudah kelas tiga SMA bukan anak kecil lagi! Kamu gak baca peraturan sekolah? Atau kamu emang gak bisa baca!" kata Pak Samsul
kepada Arkan sedangkan yang sedang
dimarahi dia hanya terkekeh.
"Peraturan dibuat untuk dilanggar Pak! Kalo masa SMA nya kayak Kamila bosen Pak, belajar terus nanti gila!" jawab Arkan dengan ringannya.
"Kamu selalu saja menjawab apa pun yang saya katakan, sekarang kalian berdua berdiri di lapangan sampai jam pelajaran pertama selesai!" kata Pak Samsul mutlak.
"Tapi Pak----"
yu gabung di GC BCM
di sini kita akan belajar bersama dan juga akan mengadakan event seperti lomba puisi/pantun dll
Di sini kita akan di bimbing secara langsung ya oleh kak Lily blasom salah satu author senior. Jadi yu segera bergabung dengan cara follow akun saya. Maka saya akan undang kalian semua. Terima kasih.