Arga, menyandang gelar casanova dingin yang tidak suka terikat hubungan, apalagi pernikahan. Maka diusianya yang sudah matang belum juga menikah.
Namun, kematian Sakti membuat dia harus menikahi Marsha. Wanita yang sedang mengandung benih milik sang adik.
Menikahi wanita yang tidak dia cintai, tidak mengubah kelakuan Arga yang seorang casanova suka bersenang-senang dengan para wanita.
Kebaikan, perhatian, dan keceriaan Marsha mengubah Arga secara perlahan sampai dia merasa tidak tertarik dengan para wanita diluar sana.
Namun, semua berakhir saat Valerie bangun dari koma panjang. Arga lebih mementingkan sang kekasih dari pada Marsha yang sedang hamil besar.
Arga merasakan penyesalan saat Marsha mengalami koma setelah melahirkan. Ketika sadar sang istri pun berubah menjadi sosok yang lain. Tanpa Arga duga Marsha kabur membawa Alva, bayi yang selama ini dia besarkan.
Akankah Arga bisa mendapatkan Marsha dan Alva kembali?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Santi Suki, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 3. Surat Perjanjian Pernikahan
Bab 3
Kamar pengantin yang dihias sangat indah dan wangi tidak membuat kedua penghuninya merasa bahagia layaknya pengantin baru pada umumnya. Tiada canda dan tawa dalam menghabiskan malam pertama yang akan selalu menjadi salah satu kenangan indah dalam hidup mereka.
Pandangan Arga tidak pernah lepas dari sang istri. Kini di tangan Marsha ada selembar kertas yang berisikan beberapa poin dan dibawahnya ada matrei. Perempuan itu beberapa kali membaca isi dari perjanjian pernikahan yang diajukan oleh laki-laki itu selaku pihak pertama dan sang wanita sebagai pihak kedua.
"Kakak serius dengan surat perjanjian ini?" tanya Marsha masih tidak percaya.
"Ya, tentu saja aku serius. Ini demi kebaikan kita semua. Asal kamu tahu aku 'lah pihak yang paling dirugikan gara-gara pernikahan ini," jawab Arga dengan tatapan tajam dan wajah datar.
Sebenarnya perjanjian pernikahan ini tiba-tiba saja muncul saat Arga bangun tidur. Entah kenapa dia tidak mau kehidupannya yang bebas tiba-tiba menjadi terkekang oleh kehadiran seorang istri. Apa yang sering dia lakukan sebelumnya pun tidak mau diubah.
Marsha juga bukan tipe wanita kesukaannya. Dia itu wanita baik-baik dari keluarga baik-baik. Mana mungkin dirinya akan merusak kehormatan dia sebagai seorang wanita yang selalu menjaga dirinya.
"Baiklah jika itu memang kemauan Kakak," ucap Marsha sambil melirik ke arah pintu takut ada yang tiba-tiba masuk.
"Aku akan ikuti apa mau Kakak. Hanya saja izinkan aku untuk bekerja selama aku mampu. Aku janji akan menjaga baik-baik bayi ini," kata wanita yang baru saja menyandang gelar sebagai istri Arga.
Dahi Argi mengkerut mendengar keinginan Marsha. Kebanyakan perempuan lebih suka berdiam diri di rumah ketika awal kehamilan karena sering muntah-muntah, tetapi wanita ini ingin pergi bekerja.
"Padahal kamu tidak perlu kerja selama menjadi istriku. Karena aku akan menanggung semua kebutuhan kamu selama kamu tidak mempersulit hidupku," tukas Arga terkesan angkuh.
Marsha tersenyum manis lalu berkata, "Aku bekerja uangnya untuk anak-anak panti. Kasihan mereka karena jika tidak ada donatur. Kebetulan aku sudah menjadi donatur tetap sejak aku kuliah. Kalau Kakak mau …."
"Tidak, terima kasih. Itu sudah dilakukan oleh kedua orang tuaku," tukas Arga sambil menyilangkan kedua tangannya.
Marsha tersenyum kaku dalam hatinya dia berkata, 'Bersedekah untuk anak yatim piatu 'kan pahalanya buat dia sendiri. Kenapa Kakak tidak meniru orang tuanya?'
Marsha kembali membaca surat perjanjian itu berulang kali agar dia tidak salah paham. Ada 17 poin yang tertera di sana. Tidak semua memberatkan dirinya, bahkan ini bisa dibilang peraturan yang sama-sama menguntungkan.
'Aku tidak menyangka kalau Kak Arga orang yang seperti ini. Selama ini aku melihat dia laki-laki baik dan terhormat,' batin Marsha saat dia membubuhkan tanda tangan.
Arga senang karena Marsha mau menandatangani perjanjian pernikahan mereka. Setidaknya hidup dia tidak akan banyak perubahan nanti.
"Apa perjanjian ini sudah mulai berlaku sekarang?" tanya Marsha sambil melirik ke arah sang suami.
"Ya," balas Arga.
Marsha mengangguk-anggukan kepala pelan, lalu berdiri kemudian berjalan ke arah pintu. Melihat itu Arga langsung menahan tangannya.
"Mau ke mana kamu?" tanya laki-laki itu dengan tatapan tajam.
"Ya, pindah kamar. Bukannya dalam surat perjanjian itu kita tidak akan tidur di kamar yang sama," jawab Marsha sambil memutar bola matanya karena dia merasa kalau Arga ini lupa dengan apa yang dia tulis sendiri di kertas itu.
"Ingat perjanjian nomor lima! Hubungan kita harus terlihat baik-baik saja di depan keluarga kita," desis Arga dengan menekan setiap kata-kata yang keluar dari mulutnya.
Mata Marsha membulat dan baru mengerti arti poin itu. Dia mengira kalau mereka tidak boleh bertengkar di depan keluarga mereka.
"Jadi, malam ini kita akan tidur bersama di kamar pengantin ini?" tanya perempuan berjilbab instan.
"Ya, jika kita sedang bersama keluarga kita maka kita akan tidur satu kamar," jawab Arga lalu membalikkan badan.
Laki-laki itu berjalan menuju ranjang pengantin yang sudah dihias dengan sangat indah. Lalu, dia pun mengambil salah satu bantal dan selimut.
"Loh, Kak! Ini maksudnya apa?" tanya Marsha saat Arga memberikan bantal dan selimut kepadanya.
"Kamu tidur di sofa, aku tidur di kasur," jawab Arga sambil merebahkan tubuhnya di atas kasur yang empuk.
Melihat Marsha yang masih diam saja Arga pun bangun dan duduk. Ditatapnya wanita yang sedang hamil muda itu dengan tatapan kesal.
"Tubuh kamu itu pendek dan cukup untuk berbaring di sofa," tukas Arga dengan kesal.
Mau tidak mau Marsha pun berjalan menuju sofa dan tidur di sana.
***
Arga membawa Marsha ke ibu kota masih pagi-pagi sekali karena hari ini dia harus masuk ke kantor. Dengan kecepatan maksimal dia melajukan mobilnya. Tidak ada pembicaraan di antara mereka selama perjalanan.
Mata Arga sekilas melirik ke arah Marsha yang sedang mengarahkan pandangannya ke luar kaca jendela. Dia tahu kalau saat ini istrinya itu sedang marah karena tadi dilarang membawa kucing kesayangannya.
Perjalanan menghabiskan waktu sekitar empat jam. Arga memasukan mobilnya ke basement apartemen tempat tinggal dia selama ini.
"Turun!" perintah Arga sambil membuka sabuk pengaman.
Arga melihat Marsha kesulitan membuka sabuk pengamannya karena ada sebagian dari kain bajunya yang ikut terselip di kuncian kursi. Tanpa bicara dia membantu sang istri membuka sabuk pengaman itu.
"Arga!" teriak seorang perempuan cantik berbaju seksi yang berlari ke arahnya.
Arga pun menoleh ke arah sumber suara. Terlihat salah satu wanita yang pernah dia ajak kencan dan tidur bersama dengannya. Wanita itu langsung memeluk dan mencium bibir sang lelaki dengan penuh gairah.
Mata Marsha terbelalak hampir keluar dari tempatnya saat melihat pemandangan itu. Entah kenapa nilai Arga di matanya kini langsung jatuh. Terlihat jelas ada rasa jijik yang tersirat dari wajah perempuan itu.
"Kamu ke mana saja? Aku tiga hari berturut-turut datang ke sini, tapi kamu tidak ada," tanya wanita itu masih memeluk leher Arga. Wajahnya terlihat cemberut, tetapi suaranya bernada manja.
"Adikku meninggal," jawab Arga.
"Apa? Kenapa kamu tidak bilang kepadaku?" Wanita yang memakai baju terusan dengan model dada rendah bahkan isinya hampir tumpah itu kini wajahnya terlihat sendu.
"Kenapa aku harus memberi tahu kamu? Kamu bukan siapa-siapa aku," balas Arga sambil menarik kedua tangan perempuan itu dari lehernya.
Setelah terlepas dari wanita itu Arga pun berjalan menuju lift. Namun, langkahnya terhenti saat mendengar suara teriakan Marsha.
"Kak, kopernya!"
"Bawa sendiri semua barang kamu. Buat apa punya tangan," balas Arga kemudian melanjutkan lagi jalannya.
"Kamu siapa?" tanya wanita itu kepada Marsha dengan tatapan penuh selidik.
Marsha bingung harus jawab apa. Dia melihat Arga sudah berdiri di depan pintu lift.
***
Apa yang akan dilakukan oleh Marsha setelah tahu Arga seorang casanova yang suka berganti-ganti teman kencan? ikuti terus kisah mereka, ya!