Bagaimana jadinya jika seorang siswi dijodohkan dengan gurunya sendiri.
Faradilla Angelica, siswi kelas 12 yang terkenal dengan prestasinya keluar masuk ke ruang BK, bukan karena dia sering bolos atau yang lainnya, melainkan karena dia sering kepergok berpacaran di area sekolah dengan Arsyad.
Orang tuanya merasa geram, hingga mereka menjodohkan Fara dengan Aslan, guru baru di sekolahnya.
Fara jelas tidak terima dengan perjodohan itu. Dia sampai rela kabur dengan Arsyad demi menolak perjodohan itu.
Lalu bagaimana jika akhirnya Fara dan Aslan dinikahkan? Apakah akhirnya Fara bisa mencintai Aslan, sosok guru yang sangat galak itu?
"Dasar Pak Singa!" begitulah Fara menyebutnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Puput, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 3
Pagi itu, Arsyad yang sedang membonceng Fara menghentikan motornya di depan sekolah. Mereka menatap bingung pintu gerbang yang sudah tertutup di lima menit sebelum bel masuk berbunyi. Ada beberapa teman lain juga yang berdiri di depan gerbang.
"Kan masih kurang 5 menit, kok udah di tutup?" Fara turun dari motor Arsyad dan ikut bergabung dengan teman lainnya yang sedang protes.
"Pak, ini masih kurang 5 menit kok gerbangnya udah ditutup?" teriak Fara pada Pak Satpam yang berdiri di dekat posnya.
Karena mereka semakin ramai, Pak Aslan keluar dan berjalan menuju gerbang. Seketika mereka semua terdiam mendapat tatapan dari Pak Aslan.
"Mulai sekarang, kalian harus sudah datang dan masuk 10 menit sebelum bel berbunyi." kata Pak Aslan dengan keras dan tegas.
Arsyad menjagrak motornya dan turun. "Tidak bisa begitu, Pak. Kita semua tidak tahu dengan peraturan yang baru." protes Arsyad. Sebenarnya dia juga penasaran, siapa sebenarnya guru matematika itu? Mengapa dia punya wewenang untuk mengubah peraturan.
Pak Aslan menunjuk sebuah kertas pengumuman yang tertempel di kaca pos satpam. "Pengumuman itu tertempel dari kemarin, tidak ada yang melihat?"
"Tidak bisa begitu, Pak. Namanya pengumuman ya diumumin lewat loud speaker."
"Iya, selama dua tahun sekolah di sini juga aman-aman saja. Kenapa Bapak tiba-tiba merubah peraturan."
Beberapa murid semakin protes. Suasana semakin riuh. Mereka tidak terima dengan peraturan baru yang tiba-tiba dibuat itu.
Pak Aslan menghela napas panjang. "Diam! Saya rubah peraturan ini agar jam masuk di sekolah ini sama dengan jam masuk di sekolah lainnya. Jadi ada waktu untuk mengatur napas dan tenaga setelah perjalanan dari rumah ke sekolah, tidak ada lagi yang ngos-ngosan berlari ke kelas dan bebarengan dengan guru datang. Kalian bisa lebih rapi di kelas saat guru masuk kelas."
Mereka akhirnya terdiam. Selama ini kebanyakan dari mereka memang masuk ke dalam kelas dengan tergesa dan hampir bebarengan dengan guru. Napas belum teratur seperti habis olahraga sudah menerima pelajaran.
"Baik, kalian boleh masuk. Tapi karena kalian beberapa kali membantah, kalian bapak hukum lari putar lapangan basket sebanyak tiga kali." kata Pak Aslan.
"Aduh Pak, kita pulang aja deh daripada suruh putar lari lapangan."
"Iya, gimana sih ini. Katanya tadi biar tidak ngos-ngosan saat menerima pelajaran. Sekarang justru lari dulu."
Mereka kembali protes, tidak setuju dengan hukuman yang diberikan Pak Aslan.
Pak Aslan mengeraskan rahang bawahnya. Ingin dia membentak dan memarahi anak-anak itu habis-habisan tapi dia tahan. "Kalau kalian mau pulang, Bapak hubungi orang tua kalian."
Seketika mereka terdiam dan tunduk. Sepertinya peraturan sekolah itu akan semakin diperketat.
"Pak, buka pintu gerbangnya. Kalian masuk dengan teratur dan lari putar lapangan." perintah Pak Aslan.
Pak Satpam segera membuka pintu gerbang. Beberapa murid yang terlambat itu masuk dengan teratur, termasuk Fara.
Sedangkan Arsyad dan teman lainnya yang membawa motor harus memarkir motor mereka terlebih dahulu.
Fara mulai berlari dengan teman lainnya tanpa menunggu Arsyad karena Pak Aslan terus mengawasi mereka dan memberi aba-aba agar cepat lari.
Baru setengah putaran saja, perut Fara semakin terasa melilit. Semakin dia buat berlari, semakin terasa sakit. Dia semakin memegang perutnya dan berjongkok. Keringat dingin juga mulai membasahi pelipisnya.
"Far, lo kenapa?" tanya Lili yang memang kebetulan juga datang terlambat.
"Perut aku sakit banget." kata Fara sambil meringis menahan sakit.
Melihat Fara yang berjongkok sambil menekan perutnya, Pak Aslan berjalan mendekat. "Kamu kenapa?" tanyanya.
Fara tak menjawab. Dia semakin meringis kesakitan dan menunduk.
"Fara sakit, Pak." kata Lili.
Terbesit rasa bersalah di hati Pak Aslan. Apa dia terlalu keras mendidik mereka. "Kalian lanjut satu putaran saja!" teriak Pak Aslan sambil meraih tubuh Fara dan menggendongnya. Dia tidak mungkin membiarkan Fara begitu saja di pinggir lapangan.
What the hell, Pak Aslan gendong gue. Coba aja perut gue gak sakit gini, gue udah berontak. Idih, amit-amit. Harusnya Arsyad yang gendong gue.
Fara semakin menekan perutnya yang terasa melilit. Keringat dingin semakin membasahi pelipisnya.
"Kamu kenapa?" tanya Pak Aslan sambil menurunkan Fara di atas bed UKS. "Sebentar saya ambilkan obat. Kamu sakit apa?" tanya Pak Aslan lagi. Dia benar-benar tidak mengerti tentang perempuan.
Fara menggelengkan kepalanya. "Tidak apa-apa, Pak. Nanti juga hilang sendiri." jawab Fara. Inginnya Pak Aslan segera keluar dari UKS agar dia bisa merebahkan dirinya.
Pak Aslan hanya berdiri mematung. Dia tidak memahami situasi seperti ini. Alih-alih memberi mereka sedikit hukuman agar patuh tapi justru ada yang sakit.
Beberapa saat kemudian Arsyad masuk ke dalam UKS sambil membawa segelas teh hangat. "Far, kamu minum dulu." Arsyad mendekat dan membantu Fara minum teh hangat itu. Arsyad yabg sudah berteman lama dengan Fara jelas tahu sakit yang dialami Fara. Karena ini terjadi tidak hanya satu dua kali tapi hampir di setiap bulan di tanggal yang sama.
Pak Aslan akan berbicara sesuatu tapi tertahan. Tindakan dan solusinya kalah cepat dengan Arsyad. Untuk sesaat dia biarkan Arsyad memberikan perhatiannya pada Fara.
Arsyad kini mengambil obat dan diberikan pada Fara. "Minum pereda nyeri dulu biar sakitnya hilang."
Pak Aslan semakin menautkan kedua alis tebalnya. Usianya dan Arsyad terpaut 7 tahun, tapi menangani hal semacam ini justru lebih cekatan Arsyad.
Tapi Pak Aslan tidak akan membiarkan Arsyad berlama-lama dengan Fara. Dia juga sudah membuat peraturan baru, dilarang berpacaran di area sekolah.
"Arsyad, kamu kembali ke kelas biar Fara istirahat di UKS." kata Pak Aslan saat melihat Fara dan Arsyad justru saling menatap penuh cinta.
Meski sebenarnya sangat dongkol dengan Pak Aslan, Arsyad tetap menurutinya. Dia kini berdiri dan berjalan mendekati Pak Aslan. "Pak Aslan, bapak harus lebih bisa memahami kondisi perempuan, tidak seenaknya main hukuman fisik seperti ini. Pelajaran olahraga saja memberi kelonggaran pada murid perempuan, tapi Bapak justru memberi hukuman fisik seenaknya." setelah itu Arsyad keluar dari UKS tanpa menunggu perkataan daru gurunya lagi.
Pak Aslan menatap punggung Arsyad yang kian menjauh. Baru kali ini dia merasa kalah dewasa dengan anak SMA. Kemudian dia beralih menatap Fara yang sedang merebahkan dirinya. Dia kini baru paham, kenapa Fara tiba-tiba kesakitan.
Lain kali, dia harus lebih hati-hati memberikan hukuman pada mereka.
Pak Aslan kini keluar dari UKS dan berjalan ke ruang guru untuk mengambil bukunya dan bersiap mengajar.
💞💞💞
.
Jangan lupa like dan komen ya...
sayang ama papa aslan