Nur Aini seorang gadis piatu yang beragama muslim yang di asuh oleh nenek dan kakeknya, dan sudah di lamar oleh kakak seperguruan tempatnya belajar ilmu agama islam. tapi karena berahli asuh ketangan Pamannya, Aini di bawa ke negara Prancis dan dipaksa pindah agama oleh pamannya, membuat Aini harus memutuskan hubungannya dengan tunangannya.
Setelah kecelakaan, Aini melupakan memori tentang tunangan masa kecilnya, dan kembali ke Indonesia, disinilah Aini bertemu dengan seorang pemuda tampan yang sholeh, sekaligus pengusaha yang terkenal lalu di pinang olehnya yang bernama Ammar Abqori.
Tapi siapa sangka pernikahanya yang baru 2 hari harus merelakan suami tercinta menikah dengan sehabat suaminya.di malam pertamanya. Bagaimana perasaan seorang istri ketika mengijinkan suaminya menikah lagi? bagaimana kisah kehidupan poligami Aini..? Apakah Aini akan kembali ingat dengan tunangannya.. yang bernama Al..?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon anggi (@ngie_an), isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 3. Masih Kecil
Ernata terkejut mendengar pertengkaran paman dan tantenya, tubuhnya gemetaran saat melihat Jhon yang membentak istrinya dengan kasar, perlahan dia mundur untuk bersembunyi ke arah samping kursi ruang tamu.
Sekarang dia tahu, kenapa tantenya begitu kejam terhadap dia selama ini, begitu pun dengan Jhon, pamannya memang sering menghukum Ernata tapi hanya saat Jhon tahu kalau Ernata melanggar semua peraturan-peraturan yang Jhon buat.
Namun, pada saat Ernata mau menurut dan tidak melanggar peraturan dari pamannya, dia mendapatkan kasih sayang yang lebih dari pamannya, bahkan Jhon lebih sayang kepada Ernata dari pada Monica.
"Baik kalau kamu seperti ini sama aku, lebih baik aku angkat kaki dari sini. Kamu urus aja anak dari perempuan yang kamu cintai itu," gertak Rose.
"Ok, ok, ok ... sekarang mau kamu apa?" tanya Jhon yang merasa kesal dengan sikap sang istri.
'Ck! Ternyata dia masih mau mempertahankan aku,' gumam Rose dengan wajah sedikit tersenyum.
"Baik, aku akan memaafkan kamu atas tamparan yang kamu kasih ke aku, tapi aku mau kamu menghukum anak tengkik ini di depan mataku," ucap Rose yang tidak terima.
"Untuk apa aku menghukumnya?" tanya Jhon yang begitu heran dengan sikap Rose.
"Karena dia tidak masuk ke Gereja tadi, terus untuk ini." Rose memperlihatkan sebuah video kepada Jhon.
Jhon marah besar, ketika melihat video yang memperlihatkan Ernata sedang menangis sembari bersholawat, dia langsung melirik ke arah keponakannya yang melihatnya dengan ketakutan.
"Ampun Om, ampun ... sakit." Ernata berusaha melepaskan cengkraman dari pamannya. Namun, sang paman tidak menggubrisnya.
Tangan Ernata diseret paksa dari ruang tamu hingga ke kamar mandi, tubuhnya di hempaskan begitu saja hingga lutut Ernata membentur lantai sampai berdarah.
"Kapan kamu akan berubah Ernata, om sayang sama kamu tapi kamu tidak mau mendengarkan apa kata om." Jhon menyiram tubuh Ernata dengan air secara terus menerus.
Rose tersenyum senang melihat anak yang dia benci di siksa oleh pamannya sendiri. 'Rasakan itu.'
"Ampun Om, ampun ... salah Ernata apa Om? Ernata hanya enggak mau memeluk agama lain selain Islam, Om." Ernata memeluk kaki Jhon.
"Om cuma mau, kamu nurut sama om, nata." Jhon menyingkirkan tangan Ernata dari kakinya.
"Tapi ... om, setau Aini ...." ucapan Ernata terhenti saat rambutnya mendapat jambakan dari pamannya.
"Maksudnya, Ernata om. Setahu Ernata, setiap agama tidak mengajarkan kekerasan om. Apa lagi dengan anak seusia Ernata dan juga tidak ada pemaksaan dalam menganut apapun om," ucap Ernata yang mencoba menyadarkan pamannya.
"Kamu berani menasihati saya? Kamu pikir, mentang-mentang kamu sudah mulai tumbuh dewasa kamu boleh semau kamu? Hah!" bentak pamannya.
"Gak om, Ernata salah ... Ampun om, Ernata gak ngulangi lagi om." Ernata terus memohon kepada sang paman.
"Om gak mau sampai kasar ke kamu, tapi kalo kamu terus melanggar aturan, om akan kasih hukuman lebih dari ini," ancam pamannya yang di anggukan oleh Ernata.
"Puas kamu?" tanya Jhon kepada istrinya tanpa melihat dan langsung pergi meninggalkannya.
**********
Rumah Omah Lopez.
Monica yang berada di rumah sang nenek sedang berusaha untuk menghubungi nomor mantan kekasihnya yang masih dia cintai, dia terus memperhatikan layar ponselnya yang terhubung dengan suara sambung ke nomor ponsel mantannya.
"Ya, hallo?" tanya dari seorang seorang laki-laki tersebut.
Debaran jantung Monica langsung berdegup kencang, ketika orang yang dia rindukan menjawab panggilan telepon darinya. Perasaannya begitu senang sampai dia sulit untuk menjawab sapaan dari mantannya.
"Halo?" tanya pemuda itu kembali dari seberang telepon.
"Aneh," ucap pemuda itu yang di dengar oleh Monica.
"Monica ini kamu kan? Kalo kamu ganggu aku terus, aku bakalan benci sama kamu," tebak Frans yang begitu benar.
"Beb, maafkan aku ... aku cuma gak mau putus dari kamu, kita balikan lagi ya?" Monica memberanikan diri untuk berbicara.
'Ternyata benar ini Monica, bukan Ernata. Oh iya, kenapa juga berharap bahwa Ernata?' batin Frans.
"Maaf Monic, kita sudah putus, ngertikan?" tanya Frans agar Monica mau memahami hubungan mereka.
"Kenapa? Aku masih sayang sama kamu, beb. Aku janji akan merubah sifat aku gak akan kaya anak kecil lagi," paksa Monica yang tidak terima dengan keputusan Frans.
"Apa kamu sudah punya wanita baru beb?" Monica langsung meninggikan nada bicaranya.
"Monic, sekali lagi ya ... gue tegasin ke loe. Kalo kita uda putus, jangan panggil aku beb lagi, ok! Dan satu lagi, mau gue punya cewek lagi atau gak, itu urusan gue ... bukan urusan loe. Ngerti!" bentak Frans dengan kasar.
"Kok kamu, jadi kasar sama aku? Emang aku salah, kalau aku masih cinta sama kamu?" Monica mulai merasa panas dengan ucapan dari mantannya.
"Karena loe gak bisa dibilangin," bentak Frans yang sudah emosi tingkat dewa.
"Ok, aku terima kita putus, tapi ... aku masih mau kita berteman," pinta Monica yang berbohong.
Belum sempat Frans menjawab permintaan dari Monica, dia sudah mematikan sambungannya terlebih dahulu, Monica sangat kesal dengan sikap kasar Frans, dia berfikir bahwa mantannya memutuskan hubungan karena ada pihak ketiga.
"Halo? Fans?" panggil Monica yang mengetahui Frans mematikan sambungan teleponnya.
"Anyying tuh si Frans." Monica melempar ponselnya ke atas tempat tidur.
"Siapa sih, cewek yang sudah buat Frans berubah? Liat aja nanti, kalau gue sampai tau tuh cewe ... bakalan abis sama gue! Kelar hidup loe!" umpat Monica yang berbicara sendiri.
***
Dua hari kemudian.
Apotik.
Sepulang sekolah, Ernata menyempatkan untuk mampir ke sebuah apotik, membeli obat luka untuk dirinya sendiri. Namun, selang beberapa menit kemudian, namanya dipanggil oleh seseorang yang sudah dia kenal.
"Ernata!" panggil seseorang, Ernata pun langsung menengok ke arah yang memanggil namanya.
"Oh, hay," jawab Ernata singkat.
"Kamu beli apa? Apa ada yang sakit? Apa kamu sakit? " tanya beruntun Frans, sambil langsung memegang kening Ernata.
Sontak Ernata pun langsung refleks menghindar untuk di sentuh.
" Loh kenapa? Apa aku tak boleh menyentuh mu? " heran Frans.
" Engg... Engg, itu akuuu hanya saja, Sorry Frans.. " jawab ragu Ernata
"Oh mungkinkah dia trauma? Kasian," gumam Frans yang teringat kata oma Rienza.
"I'm sorry bee... " pinta Frans.
"Bee? " heran Ernata
"Maksud aku panggilan sayang ke seorang teman, " elak Frans.
"Ooww... Kalau kakak ngapain disini?" tanya Ernata yang menebak kalau frans lebih tua dari dia.
"Oh, Aku di suruh mama buat beli obat, kebetulan mama lagi kurang sehat. "
"Atas nama nomor 023" suara dari apotik pun memanggil nomor Ernata.
"Oh, ia kak, aku duluan ya... Salam buat mama kakak, semoga cepat sembuh, " doa Ernata
" Thanks ya bee. " gombal Frans.
Sesampainya di depan apotik, Ernata pun bingung harus naik apa sedangkan duitnya sudah abis buat beli obat salep untuk mengobati luka bakarnya di kaki.
Mau tidak mau Ernata pun jalan kaki untuk pulang kerumah, pelan pelan dia berjalan sambil menahan sakit di kakinya akibat luka bakar yang di berikan oleh tantenya tanpa sepengetahuan pamannya.
Tak lama kemudian suara klakson motor pun berbunyi.
Tin... Tin... Tinnn...
Ernata pun minggir karena pikiran dia, dia berjalan terlalu tengah.
Tinn.....
Ernata pun kesal dan menengok kebelakang. Ya itu adalah frans yang sengaja mengerjai Ernata.
"Hayo naik, aku antar kamu pulang." ajak Frans.
"Gak usah kak. Rumah ku deket ko. " tolak Ernata
" Deket dari mana ? Lumanyan loh, kan kaki mu juga sakit sepertinya," melihat kaki Ernata yang jalannya agak pincang.
Ernata pun langsung melihat ke kakinya, dia terkejut karna ada darah yang keluar.
"Astagfirullah alazim" sontak Ernata kaget tanpa dia sadari Frans pun mendengar ucapan Ernata.
"Kenapa bee? Oh my god kaki mu berdarah bee, ayo cepat naik aku antar kamu kerumah sakit " turun Frans dari motornya.
"Gak usah ka، gak apa apa kok. Cuma luka kecil " jawab Ernata sambil berpegangan di pundak Frans yang sudah berjongkok melihat kakinya.
" Luka kecil gimana" Frans pun langsung menggendong Ernata untuk duduk di belakang.
" Aakkhhh astag....ga... kakak" Ernata pun langsung memgganti kalimatnya takut ketahuan sama Frans lagi.
"Astagfirullah maksudnya?" membenarkan kalimat Ernata. Membuat Ernata hanya menutup mulutnya dengan kedua tanganya. Frans pun mengidupkan motornya.
Sesampainya di Rs,
" Lain kali jangan sampai di biarkan terlalu lama luka nya ya " nasihat dari dokter. sambil membalut luka Ernata.
" Ya dok " ucap Ernata.
"Parah banget ya dok? apa gak seharusnya di rawat aja dok? " tanya Frans yang kawatir dengan keadaan Ernata.
" Tidak begitu parah, hanya saja kalau tidak di obati tepat waktu akan berakibakan sangat sakit, susah untuk berjalan. " ucap Dokter
"Jangan kawatir ini saya kasih obat yang ampuh untuk menyembuhkannya. dan jangan lupa untuk selalu ganti perbannya. " timpal dokter lagi.
"Apa ada yang perlu di tanyakan lagi? " ucap dokter.
"Tidak ada dok" ucap Ernata
"Baik kalau tidak ada yang di tanyakan lagi setelah ini boleh pulang " ucap dokter
"Trimkasih dok" ucap Frans.
Frans pun langsung menggendong Ernata ke dalam taxi yang sudah di pesankan Frans. Frans pun duduk di samping Ernata dan menaruh kaki Ernata ke pangkuannya.
"Ih ga usah kak. gak sopan. lagian kok kaka juga ikut naik taxi? motor kakak gimana " ucap Ernata melarang dan menanyakannya.
"Motor ada temen kakak yang akan bawa, Gak apa apa, kamu tuh ya kaya tinggal dimana aja, jujur aku respect sama kamu. kamu sopan, tutur kata kamu juga sopan. baik, cantik lagi. cuma ada 1 kekurang nya. "
"Apa itu kak? " tanya nya penasaran.
"Kurangannya adalah... bukan pacar aku" ejek Frans.
"HAH.! " ketawa singkat Ernata dengan wajah datar.
"Tuh kan ngeselinya keluar. " kecewa melihat ekspresi Ernata.
"Abisnya gak lucu banget. " sambil mengipas ngipas kakinya yang perih.
"Kok kamu bisa sampai terluka begini si bee? " tanya Frans penasaran.
"Ceroboh" jawab singkat Ernata
"Kenapa? gak mau cerita sama aku? , kalau aku bilang aku tau semua ini. ini semua pasti gara gara mama nya Monica, iya kan? " tepat sasaran Frans.
"Ko dia bisa tau si" gumam Ernata.
" Come on bee, jangan ada yang kamu tutupi dari aku, dari pertama omah Rienza nyuruh aku buat lindungi kamu, aku uda jatuh cinta sama kamu bee. aku tau semua yang mereka lakukan pada mu. " mencoba jujur sama Ernata.
"Jadi itu alesan kamu tadi membenarkan kalimat istigfar aku? " tanya Ernata.
"Iya"jawab singkat Frans.
" Maaf ka tapi aku masih kecil buat pacaran. lagian dalam ajaran agama aku, tidak memperbolehkan untuk pacaran." memperjelas maksud Frans.
" Agama apa? islam? oh no bee. kamu sendiri aja sekarang bukan islam dan kamu di Prancis bukan di negara Indonesia. " pertegas Frans.
"Maaf tuan dan nona kita sudah sampai. " ucap pak sopir.
Kata kata frans barusan membuat Ernata sedih, sebelum turun Ernata berkata pada Frans.
" Maaf kak, tapi aku gak ada rasa ke kamu, aku cuma nganggep kamu sebagai kakak ku gak lebih, dan untuk melindungi ku trimakasih, aku gak minta bantuan ke kakak buat melindungi ku. cukup tuhan yang menjadi penolong ku. "
Ernata pun keluar dari mobil dan berjalan dengan pincang. Frans pun bergegas membantu Ernata tapi di tepis oleh Ernata. pamannya pun keluar bersama Monica, saat ini Monica lagi di rumah ayah dan mamanya.
"Oh jadi ini, perempuan ****** kamu beb? " sindir Monica ke Frans.
" Dari mana saja kamu nat? kenapa kaki kamu? "tanya pamannya dengan sedikit marah apa lagi melihat pulang bersama seorang laki laki.
"Aku terjatuh om" jawab singkat Ernata.
"Kena karma deh si ****** nya, " timpal Monica yang ditatap sinis oleh Frans.
Ernata pun langsung di gendong oleh pamannya untuk masuk kedalam.
" Ini terakhir kalinya saya melihat kamu dekat dengan anak saya dan keponakan saya. paham! " tegas Jhon.
Bersambung.......
intip karyaku juga ya..