Kisah seorang Wanita bernama Reyna yang mampu berjuang menghadapi kehidupan dengan iman dan keyakinannya
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sinho, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
20. Sang AZETA
Rehan bersiap pulang dari perusahaan nya "sudah jam 5 sore... sebaiknya aku segera pulang...kangen banget sama Reyna " batin Rehan
Dijalan Rehan mendapat telpon dari nomer tidak di kenal. Sesaat kemudian Rehan terdiam membisu dan mematung mendengar siapa yang telpon barusan adalah AZETA..
seorang wanita yang dulu mampu meluluh lantakkan hati Rehan, cinta pertama sekaligus wanita yang sangat di puja oleh Rehan melebihi apapun
Setiba dirumah Rehan berusaha bersikap seperti biasanya, namun saat berada di dalam kamar Rehan menatap foto itu dan tanpa sadar tangannya membelainya
"Kau kembali sayang...aku ragu, apakah merindukanmu..?" suara lirih Rehan, tanpa sengaja di dengar oleh Reyna yang dari tadi tanpa disadari Rehan sudah ada tepat di belakangnya
"Siapa yang kau rindukan yang..?" Reyna
Rehan terkejut dan langsung membalikkan badan
"Rey...sayang...kapan kau ada di sini hemm..." Rehan berusaha bersikap biasa dan membelai rambut Reyna
"Baru saja...dan kau tidak menyadarinya yang...siapa yang kau rindukan..?" Tanya Reyna lagi
"Ohh..itu..teman lama dulu..sudah, ayo kita ke bawah, waktunya makan malam kan..?" Jawab Rehan berusaha menghindari pertanyaan Reyna
"Kau sangat pandai menyembunyikan sesuatu Han...seperti apa dia bagimu, ya Alloh kenapa hatiku sangat sakit, mungkinkah hal ini yang membuat tubuhku seakan masih ragu menerima Rehan..?" Kuatkan aku ya Alloh, aku percaya dengan semua takdirmu" batin Reyna sambil menyusul Rehan turun ke bawah untuk makan malam
Saat makan malam Reyna mendadak sangat diam, biasanya paling suka tanya apa saja lauk yang diinginkan suaminya
"Rey...ada apa sayang...kamu sakit..?" Tanya Dinda
"Sepertinya ia bunda...mungkin Rey masuk angin...maaf boleh Rey ke kamar duluan.?" Jawab Reyna
Rehan yang dari tadi diam dan tidak fokus langsung tersadar
"Apa.. Rey..kenapa kamu yang..ada yang sakit..?" Tanya gugup Rehan
"Mangkanya punya istri itu di perhatikan, bukan dianggurin aja dari tadi" kata Agam
"Sudah...Rey gak apa-apa yah...biar Rey istirahat bentar di kamar, mungkin karena pengaruh datang bulan saja kok" jawab Reyna kemudian pamit melangkah masuk ke kamarnya
"Sebentar lagi aku susul yang..." Kata Rehan
Tanpa perduli dengan kata-kata Rehan, Reyna segera masuk ke kamar dan merebahkan tubuhnya sambil memegang dadanya
"Ya Alloh ya Robb...kuatkan hati Reyna...aku selalu berlindung padamu...ampuni dosaku...ringankan semua bebanku..." Batin Reyna
kemudian langsung ke kamar mandi mengganti pembalut dan setelah itu keluar menuju balkon kamarnya, disana Reyna menatap langit dan bintang-bintang
"Sangat indah ciptaanmu ya Alloh... Mama...aku merindukanmu...bahagia selalu di sana ma.." ucap Reyna sambil menitikkan air mata
Rehan memeluk Reyna dari belakang
"Kenapa diluar sini yang...dingin Lo disini..ada apa hem..?"
"Gak ada yang..aku pengen melihat bintang dan alam semesta yang indah ini" ucap Reyna sambil melepaskan diri dari pelukan Rehan dan segera masuk ke kamar merebahkan diri di kasur
"Aku boleh tidur lebih awal yang...aku merasa capek sekali dan pengen tidur" tanya Reyna
"Tidurlah sayang...aku ke ruang kerjaku dulu ya...kamu gak papa kan aku tinggal ?"
Reyna mengangguk dan segera menyelimuti badannya
Keesokan harinya Rehan berangkat kerja, dan Reyna pamit sama mertuanya untuk keluar ke kontrakannya dulu untuk bertemu dengan Ira dan Siska
"Ya Alloh sayangku...cantikku...udah sebulan setengah ni...kita gak ketemu...kangen...." Kata Ira
"Iya cantik...aku kangen...."sahut Siska
"Iya maaf...aku terlalu sibuk adaptasi dengan kehidupan rumah tanggaku... hehehe..gimana jadi jalan ke cafe nggak...sekalian kita cari makan siang..gimana..?? Kata Reyna
"Eh...enaknya kita ke cafe deket perusahaan Rehan saja...katanya enak banget Lo makanan di sana tuh..." Kata Ira
"Masak sihh..aku juga baru tau.. kebetulan kalau gitu, nanti sekalian biar aku mampir ke tempat Rehan" kata Reyna
"Asik...yuk cuss....." Ajak Siska menuju mobilnya diikuti dengan Reina dan Ira
Kebetulan cafe di sana mulai rame karena memang sudah masuk jam makan siang
"Kalian pesen dulu ya...aku ke rehan bentar siapa tau mau gabung makan siang sama kita...cari tempat yang enak ok...!"
Reyna segera memasuki gedung perusahaan milik Rehan, dengan hati yang berbunga Reyna berharap ini sebuah kejutan.
Saat tiba di lantai 8 ,Reyna keluar dari liff dan menuju ke ruangan Rehan...sebelum ke ruangan ada meja tempat sekertaris baru Rehan dan Reyna segera menyapa dengan manis
"Assalamualaikum intan..pak rehan ada..?" Tanya Reyna
"Ohh... Waalaikumsalam...Bu Reina... maaf bapak itu...anu...eh...gimna yaa...bapak ada tamu Bu..." Jawab intan gugup,bingung dan serba salah
Reyna melihat gelagat aneh intan... "kenapa...bapak ada tamu perempuan di dalam...?" tanya Reyna
"Anu Bu...iya...ehh...maaf...kata bapak tidak ingin di ganggu siapapun Bu...maaf..." Kata intan dengan wajah takut luar biasa
"Ya sudah...boleh aku nunggu di dekat kursimu itu intan..? Aku sekalian mau pinjam komputer untuk nge cek emailku " tanya Reyna tenang
"Eh..i..iya Bu...silahkan..." Kata intan gugup
"Mampus nih gue...tamat riwayat hidupku...kenapa pak Rehan aneh-aneh sama wanita itu sihh...ini bini udah cantiknya selangit masih kurang aja..." Batin intan ketar ketir
Tiba-tiba pintu terbuka dan keluar wanita dengan memakai hijab
"Han...jadi kita makan siang di luar aja nih..."wanita
"Iya ze...kita ke cafe sebelah kantor, tempatnya asik, makannya enak" Rehan keluar dan di gandeng oleh wanita itu
Sementara Reyna bagai tersambar petir melihat mereka berjalan bergandengan, hatinya sakit, nafasnya terasa sesak, badannya mematung serasa sulit di gerakkan, mulutnya terkunci kelu terasa bisu
Sedangkan intan shock tidak bisa bernafas dan keluar keringat se jagung-jagung
"In...kalau ada tamu suruh nunggu habis makan siang dulu ya..."pamit Rehan tanpa menoleh ke intan dan tentu saja tidak menyadari adanya Reyna di sana
Dengan membaca istighfar sebanyak-banyaknya Reyna berusaha menyadarkan dan memenangkan dirinya "ini hidupmu Rey... semua hanya cobaan...lewati dengan bismillah...surga untukmu" batin Reyna menyemangati diri sendiri yang akhirnya bisa berdiri dengan tenang
"Bu....maafkan saya....maaf Bu....hik..hik..." Ucap intan lirih terisak
"Sst...sudah itu bukan salahmu, maafkan aku membuat keadaanmu serba salah...tenang aku tidak apa...aku pamit dulu ya..."ucap Reyna menenangkan intan sambil berlalu pergi mengikuti Rehan dari belakang
"Apa...!" Batin Intan yang kaget mendapati Reyna tidak murka dan justru minta maaf dan menenangkan dirinya
"ya Alloh...terkutuk kau pak Rehan..." istri sebaik itu sudah kau hianati...gak Sudi aku kerja denganmu lagi... laki-laki si****n... b *** ek...tak tau diri" umpat intan
Menunggu lift terbuka, Rehan masih digandeng erat tangan wanita itu tanpa menyadari Reyna di belakangnya, ketika liff terbuka Rehan masuk dengan wanita itu dan saat membalikkan badannya ke arah pintu liff.. Rehan terkejut membelalakkan mata melihat Reyna di depannya, sesaat Rehan menahan nafasnya limbung hampir terjatuh
"Eh Han...kenapa...kamu pusing..?" Kata wanita itu sambil membelai muka Rehan
Rehan langsung mengatur nafasnya menegakkan diri dan melepas genggamannya
"Aku gak apa-apa...ehemm..."Rehan merubah ekspresi wajahnya sambil membenahi jasnya
Saat Rehan akan bicara, Reyna langsung masuk ke liff dengan ekspresi datar biasa saja seolah tidak mengenal Rehan
Sesaat suasana sepi tidak ada suara apapun sampai...
"Han...nanti malam bisa ngantar aku ke butik kan...jangan lupa ya...jam 7 aku tunggu looo...kamu dah janji...hemm.."
Kata wanita itu
Rehan terdiam membisu tanpa sepatah katapun. Sedangkan Reyna makin merasa muak mendengar rengekan manja dari wanita itu
Ting..
Bunyi liff terbuka di lantai dasar dan Reyna segera keluar dengan santai dan tenang, sementara Rehan benar-benar bingung dengan sikap Reyna,
Rehan melangkah sedikit pelan agar berjarak dengan Reyna yang ada di depannya.
"Han...kamu kenapa sihh...kamu aneh deh tiba-tiba...!" Kata wanita itu
"Hemm...aku gak papa sedikit pusing saja...mungkin efek lapar yaa..." Sahut Rehan sambil celingukan dan bernafas lega karena sudah tidak melihat Reyna lagi
"Maafkan aku Rey...aku benar-benar minta maaf..." Batin Rehan menunduk bingung