NovelToon NovelToon
Mantan Calon Istri Yang Kamu Buang Kini Jadi Jutawan

Mantan Calon Istri Yang Kamu Buang Kini Jadi Jutawan

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / Bepergian untuk menjadi kaya / Bullying dan Balas Dendam / Balas dendam pengganti / Balas Dendam
Popularitas:862
Nilai: 5
Nama Author: Savana Liora

​Satu surat pemecatan. Satu undangan pernikahan mantan. Dan satu warung makan yang hampir mati.

​Hidup Maya di Jakarta hancur dalam semalam. Jabatan manajer yang ia kejar mati-matian hilang begitu saja, tepat saat ia memergoki tunangannya berselingkuh dengan teman lama sekaligus rekan sekantornya. Tidak ada pilihan lain selain pulang ke kampung halaman—sebuah langkah yang dianggap "kekalahan total" oleh orang-orang di kampungnya.

​Di kampung, ia tidak disambut pelukan hangat, melainkan tumpukan utang dan warung makan ibunya yang sepi pelanggan. Maya diremehkan, dianggap sebagai "produk gagal" yang hanya bisa menghabiskan nasi.

​Namun, Maya tidak pulang untuk menyerah.

​Berbekal pisau dapur dan insting bisnisnya, Maya memutuskan untuk mengubah warung kumuh itu menjadi katering kelas atas.

​​Hingga suatu hari, sebuah pesanan besar datang. Pesanan katering untuk acara pernikahan paling megah di kota itu. Pernikahan mantan tunangannya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Savana Liora, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

​Bab 20: Hari Pernikahan (The Big Event)

​"Semuanya sudah siap di posisinya? Jangan sampai ada sendok yang miring satu senti pun!"

​Suara Maya menggema di dapur satelit Ballroom Hotel Cipta Pesona. Dia berdiri tegak mengenakan seragam koki berwarna putih bersih dengan aksen kain tenun tradisional di bagian kerah. Rambutnya disanggul rapi, menyisakan beberapa helai yang membingkai wajahnya yang dipoles riasan tipis namun sangat berkelas. Hari ini, dia bukan lagi gadis warung yang kusam; dia adalah panglima perang di dapur paling prestisius di kabupaten ini.

​"Siap, Mbak Maya! Tim pramusaji sudah standby di pintu samping," sahut seorang pemuda dari tim logistik Arlan.

​"Bagus. Ingat, hari ini kita bukan cuma kasih makan orang. Kita kasih lihat mereka kelas yang sebenarnya," Maya melirik jam tangannya. Pukul 11.00. Acara resepsi baru saja dimulai.

​Maya melangkah keluar menuju area prasmanan untuk mengecek penataan terakhir. Saat dia melewati koridor kaca menuju ballroom, beberapa staf hotel dan tamu yang baru datang sempat tertegun. Mereka mengira Maya adalah anggota keluarga pengantin atau mungkin bintang tamu penting karena auranya yang begitu bersinar, bahkan jauh lebih mencolok daripada foto Siska yang terpampang besar di lobi.

​"Itu owner kateringnya? Cantik banget, gila," bisik seorang tamu undangan yang lewat.

​Maya mengabaikan pujian itu. Fokusnya tertuju pada meja panjang yang sudah dipenuhi deretan chafing dish tembaga mengkilap. Aroma Nasi Rempah Jati buatannya mulai menguasai ruangan, mengalahkan wangi bunga melati yang dekorasinya memakan biaya ratusan juta.

​"May, kamu cantik banget hari ini. Ibu sampai hampir nggak ngenalin," Ibu Sum menghampiri dengan seragam serba hitam yang elegan, tugasnya adalah mengawasi area pencuci piring agar tetap steril.

​"Ibu juga cantik. Kita harus kelihatan profesional, Bu. Biar mereka tahu katering kampung juga bisa punya standar internasional," Maya menggandeng tangan ibunya sejenak sebelum kembali ke barisan stafnya.

​Di pelaminan yang megah, Siska duduk dengan gaun pengantin putih yang sangat besar dan berat. Wajahnya tertutup veil tipis, namun matanya terus bergerak gelisah. Dia melihat ke arah area katering dan wajahnya langsung mengeras saat melihat Maya berdiri di sana, dikelilingi pramusaji yang gerakannya sangat sinkron dan disiplin.

​"Dit, lihat itu. Si Maya sengaja banget mau nyuri perhatian," desis Siska dari balik senyum palsunya saat menyalami tamu.

​Adit, yang berdiri di sampingnya dengan jas yang terasa mencekik leher, hanya bisa menelan ludah. Dia tidak berani menoleh. Sejak melihat Maya masuk ke gedung tadi, jantungnya berdegup tidak keruan. Maya terlihat begitu anggun, begitu jauh dari jangkauannya sekarang.

​"Fokus saja ke tamu, Sis. Jangan bikin malu," jawab Adit pelan.

​"Bikin malu katamu? Lihat itu! Tamu-tamu malah lebih sibuk foto-foto di depan gerobak katering dia daripada foto sama kita di sini!" Siska nyaris meremas buket bunganya sampai hancur.

​Memang benar. Antrean di depan stan "Warung Bu Sum" meledak. Para tamu VIP, termasuk pejabat daerah dan kolega bisnis Siska, tidak henti-hentinya memuji rasa makanan yang disajikan.

​"Wah, ini luar biasa! Saya sering makan di Jakarta, tapi rasa rempahnya tidak ada yang seberani ini," ujar seorang pria paruh baya berpangkat tinggi kepada istrinya.

​"Iya, Mas. Dagingnya lembut sekali, langsung lumer. Katering siapa sih ini? Berkelas banget penataannya," sahut sang istri.

​Suasana resepsi menjadi aneh. Pelaminan yang seharusnya jadi pusat perhatian malah terasa sepi. Adit dan Siska hanya menjadi pajangan yang dilewati begitu saja oleh para tamu yang lebih bersemangat mengejar porsi kedua Nasi Rempah Jati.

​Arlan muncul dari arah pintu utama, mengenakan setelan jas hitam yang sangat pas di tubuhnya. Dia tidak langsung ke pelaminan. Dia justru berjalan santai menuju arah Maya.

​"Bagaimana? Capek?" tanya Arlan sambil berdiri di samping Maya, mengabaikan tatapan mata tamu-tamu lain yang terkejut melihat CEO ternama itu tampak begitu akrab dengan koki katering.

​"Nggak. Terlalu semangat buat capek," jawab Maya sambil tersenyum tipis. "Gimana menurutmu? Rencananya lancar?"

​"Sangat lancar. Siska terlihat seperti mau meledak di atas sana. Dan Adit... yah, dia terlihat seperti orang yang menyesali seluruh keputusan hidupnya dalam satu malam," Arlan terkekeh rendah. "Kamu sudah siap buat 'menu penutup' itu?"

​Maya menyentuh saku tersembunyi di balik seragam kokinya, tempat dia menyimpan amplop berisi bukti transfer ilegal Siska. "Lebih dari siap. Aku cuma nunggu instruksi protokol buat naik ke pelaminan."

​"Sekarang waktunya. Protokol baru saja mengumumkan sesi foto bersama tim katering utama dan penyerahan hidangan spesial untuk pengantin," Arlan menepuk bahu Maya pelan. "Lakukan, Maya. Bersihkan namamu sekarang."

​Maya menarik napas dalam. Dia mengambil sebuah piring perak kecil yang tertutup tudung saji eksklusif. Di atas piring itu, selain porsi kecil makanan, terselip sebuah amplop cokelat kecil yang sudah ia siapkan.

​Musik pengiring pengantin berubah menjadi lebih lembut. Pembawa acara mengumumkan dengan suara lantang, "Selanjutnya, sebagai bentuk apresiasi kepada pemenang Festival Bumi Lestari, Mbak Maya dari Warung Bu Sum akan menyajikan hidangan penutup spesial langsung untuk kedua mempelai."

​Maya melangkah perlahan menuju pelaminan. Ratusan pasang mata menatapnya. Setiap langkahnya terasa sangat mantap. Siska menegang, tangannya gemetar di atas pangkuan gaunnya. Adit tertunduk, tidak sanggup menatap mata Maya yang kini sudah berdiri tepat di depan mereka.

​"Selamat siang, pengantin yang berbahagia," suara Maya terdengar tenang namun bergema melalui pengeras suara yang tak sengaja masih aktif di dekat pelaminan.

​"Taruh saja di meja, May. Nggak usah banyak gaya," bisik Siska dengan nada penuh kebencian yang tertahan.

​Maya tidak menaruh piring itu di meja. Dia justru melangkah lebih dekat, hingga jaraknya hanya satu meter dari kursi Siska. 

Dia mengangkat tudung saji peraknya perlahan. Di hadapan Siska, bukan hanya ada potongan kue tradisional yang manis, tapi juga sebuah amplop cokelat kecil yang menyembul di sisi piring.

​"Aku bawa sesuatu yang lebih manis dari sekadar makanan, Siska. Sesuatu yang kamu lupakan saat kamu terlalu sibuk menyewa hotel ini pakai uang yang bukan hakmu," bisik Maya, cukup keras untuk didengar oleh Adit dan beberapa tamu di barisan depan.

​Siska membelalak. Dia melihat ujung kertas di dalam amplop itu—dokumen internal perusahaan lama mereka di Jakarta. Wajahnya mendadak pucat pasi, lebih putih daripada bedak yang ia kenakan.

​"May, apa-apaan ini?" Adit akhirnya bersuara, suaranya parau.

​Maya tersenyum manis, senyum paling mematikan yang pernah dia tunjukkan. Dia menyerahkan amplop itu tepat ke tangan Siska yang gemetar.

​"Ini menu penutup spesialku, Sis. Rekapitulasi dana darurat kantor yang kamu tilep buat bayar DP hotel ini. Aku sudah kirim salinannya ke tim audit pusat di Jakarta pagi tadi lewat bantuan Arlan. Kamu pikir fitnah kamu ke aku bakal bertahan selamanya?"

​Siska nyaris menjatuhkan buket bunganya. "Kamu... kamu nggak mungkin punya bukti ini!"

​"Jangan meremehkan koki kampung, Siska. Kami tahu caranya membersihkan kotoran, termasuk kotoran yang kamu sembunyikan di laporan keuangan," Maya mundur satu langkah, suaranya kini sengaja dinaikkan agar terdengar oleh beberapa wartawan yang mulai mendekat ke pelaminan. "Selamat atas pernikahannya. Tapi sepertinya bulan madu kalian nggak akan ke Bali, melainkan ke kantor polisi untuk urusan penggelapan dana."

​Tepat saat itu, di pintu masuk ballroom, beberapa pria berseragam rapi dengan lencana kepolisian terlihat berjalan masuk dengan langkah mantap menuju ke arah pelaminan.

1
Ma Em
Semangat Maya semoga masalah yg Maya alami cepat selesai dan usaha kateringnya tambah sukses .
Savana Liora: terimakasih udah mampir ya kk
total 1 replies
macha
kak semangat💪💪
Savana Liora: hi kak. makasih ya
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!