NovelToon NovelToon
JERAT SUTRA BERDURI

JERAT SUTRA BERDURI

Status: sedang berlangsung
Genre:Menjual Anak Perempuan untuk Melunasi Hutang / Pernikahan Kilat / Dijodohkan Orang Tua / Mafia
Popularitas:2.2k
Nilai: 5
Nama Author: Ayu Arsila

Aruna yang sedang menikmati masa kuliahnya yang santai tiba-tiba dipaksa pulang ke rumah untuk sebuah "makan malam darurat". Ia mendapati keluarganya di ambang kehancuran finansial. Ayahnya terjerat hutang pada keluarga Gavriel, sebuah klan penguasa bisnis yang kejam. Aruna "dijual" sebagai jaminan dalam bentuk pernikahan politik dengan Damian Gavriel, pria dingin yang mempesona namun manipulatif

bagaimana cara aruna mengahadapi takdirnya?..... yuk, baca selengkapnya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ayu Arsila, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Skakmat di Lantai 50

​Aula rapat di lantai teratas gedung Gavriel Group tampak seperti kuil kekuasaan. Lukas Gavriel berdiri di podium dengan setelan jas seharga ratusan juta, wajahnya memancarkan kemenangan yang mutlak. Di depannya, puluhan pemegang saham dan wartawan papan atas menunggu pengumuman besar.

​"Saudara-saudara sekalian," suara Lukas menggema, berwibawa namun dingin. "Hari ini, kita akan melakukan langkah besar untuk membersihkan parasit-parasit kecil yang menghambat pertumbuhan perusahaan.

Termasuk pemutusan kontrak logistik dengan perusahaan yang bermasalah secara hukum..."

​Lukas sengaja menjeda kalimatnya, menatap layar besar yang menampilkan foto kantor Maheswari yang sedang menunggu buldoser.

​"Oleh karena itu, saya nyatakan....."

​BRAK!

​Pintu ganda aula yang berat itu terbuka dengan dentuman keras. Seluruh kepala menoleh ke arah sumber suara. Di sana, di bawah sorotan lampu kristal, Damian berdiri dengan luka kecil di pelipisnya namun dengan tatapan mata yang bisa membakar seluruh ruangan. Di sampingnya, Aruna berdiri dengan pakaian serba hitam yang masih belepotan debu, memeluk map biru seolah itu adalah harta karun nasional.

​"Pengumuman yang bagus, Ayah," suara Damian memotong keheningan dengan tajam. "Tapi sayangnya, orang yang tidak memiliki hak suara dilarang berdiri di podium itu."

​Lukas mencengkeram sisi podium hingga buku jarinya memutih. "Damian! Beraninya kamu mengacaukan rapat ini! Keamanan! Bawa mereka keluar!"

​"Keamanan siapa, Tuan Lukas?" Aruna berteriak sambil mengangkat tinggi-tinggi map biru itu. "Keamanan yang gajinya dibayar pakai uang curian? Maaf ya semuanya, rapatnya kita jeda sebentar karena ada pengumuman tentang siapa pemilik asli gedung ini!"

​Damian melangkah maju, melewati barisan pemegang saham yang mulai berbisik-bisik panik. Ia merebut mikrofon dari tangan Lukas.

​"Dalam map ini terdapat surat wasiat asli dari kakek saya, Hendrik Gavriel. Surat yang menyatakan bahwa saham mayoritas Gavriel Group dimiliki oleh Ibu saya, Elena, dan dialihkan sepenuhnya kepadaku sejak lima tahun yang lalu," Damian membuka map itu dan menampilkannya melalui proyektor ruang rapat.

​Wajah Lukas yang tadinya merah padam mendadak pucat pasi. Clara, yang berdiri di barisan depan, mencoba menyelinap keluar namun dihalangi oleh Tiara dan beberapa pengawal setia Damian yang sudah membelot.

​"Ini palsu! Itu rekayasa!" Lukas berteriak histeris, namun suaranya terdengar putus asa.

​"Dokumen ini sudah divalidasi oleh dewan notaris pusat sepuluh menit yang lalu," Damian menatap ayahnya dengan dingin. "Dan bersamaan dengan ini, tim audit sudah menemukan bukti penggelapan dana yang kamu lakukan selama lima belas tahun untuk menutupi biaya operasional sanatorium ilegal tempat kamu menyembunyikan Ibuku."

​Mendengar kata "Ibu", para pemegang saham langsung ricuh. Skandal kemanusiaan adalah racun bagi harga saham.

​Aruna maju ke depan, berdiri di samping Damian. Ia menatap Lukas yang kini tampak seperti pria tua yang rapuh dan kehilangan taringnya.

​"Tuan Lukas," ujar Aruna dengan nada yang lebih lembut namun mematikan. "Tuan pernah bilang saya adalah kerikil. Tapi Tuan lupa, kerikil kalau masuk ke dalam sepatu yang mahal bisa bikin orang yang pakainya pincang dan jatuh. Sekarang, silakan Tuan lepas sepatunya dan... pergi dari sini."

​Polisi masuk ke dalam ruangan. Kali ini, borgol itu benar-benar mengunci tangan seseorang dan orang itu adalah Lukas Gavriel. Saat Lukas digiring keluar, ia sempat menatap Damian dengan kebencian, namun Damian tidak memalingkan wajahnya.

​"Satu hal lagi, Ayah," bisik Damian saat Lukas melewatinya. "Kantor Maheswari tidak akan diratakan. Justru, kantor itu akan menjadi mitra utama Gavriel Group mulai detik ini."

​Setelah ruangan dikosongkan dan wartawan mulai mengejar mobil polisi, Aruna terduduk lemas di podium. Ia melepas rompi hitamnya yang panas.

​"Mas Damian... kita menang?" tanya Aruna tak percaya.

​Damian berlutut di depan Aruna, mengabaikan semua mata yang masih tersisa di ruangan itu. Ia memegang tangan Aruna yang gemetar. "Kita menang, Aruna. Dan kali ini, tidak ada lagi jerat. Tidak ada lagi hutang. Kamu benar-benar bebas."

​Aruna menatap Damian, lalu ia tersenyum lebar hingga matanya menyipit. "Bebas? Artinya aku boleh minta traktat bakso tiga mangkuk dan martabak manis rasa keju cokelat sekarang juga?"

​Damian tertawa, sebuah tawa yang paling ringan yang pernah Aruna dengar. Ia menarik Aruna ke dalam pelukannya. "Bukan cuma bakso, Aruna. Aku akan membelikanmu pabriknya jika kamu mau."

​"Jangan pabriknya, Mas! Nanti aku capek hitung stoknya. Cukup Mas saja yang jadi 'pabrik' kebahagiaan buat aku."

​Di lantai 50, di atas reruntuhan tirani Lukas, sebuah babak baru dimulai. Jerat sutra berduri itu telah gugur satu per satu, menyisakan sebuah ikatan baru yang tidak lagi dipaksakan, melainkan dipilih dengan hati.

Damian berdiri dari posisinya, menarik Aruna untuk ikut berdiri di sampingnya di tengah aula yang kini mulai hening. Ia menatap ke jendela besar yang menampilkan pemandangan kota dari ketinggian. Untuk pertama kalinya, pemandangan itu tidak lagi terasa seperti wilayah taklukan yang dingin, melainkan sebuah masa depan yang lapang.

​"Mas Damian, lihat itu!" Aruna menunjuk ke arah layar besar di gedung seberang yang mulai menampilkan berita penangkapan Lukas. "Wajah Tuan Lukas masuk berita utama, tapi kok fotonya yang itu? Itu kan foto saat dia sedang merengut karena kopi susunya kurang gula. Tidak ada keren-kerennya sebagai penjahat kelas kakap."

​Damian menggelengkan kepala, senyumnya tidak lepas dari wajahnya. "Biarkan saja. Dunia perlu tahu bahwa masa kejayaan tirani Gavriel sudah berakhir."

​Tiba-tiba, Tiara berlari masuk ke dalam aula dengan wajah berseri-seri. "Aruna! Mas Damian! Ayah Aruna baru saja menelpon! Segel di kantornya benar-benar sudah dilepas secara permanen, dan beberapa klien besar yang dulu kabur malah balik lagi sambil bawa parsel buah sebagai permintaan maaf!"

​Aruna langsung melompat kegirangan dan memeluk Tiara. "Alhamdulillah! Akhirnya Ayah bisa duduk di kursi hokinya lagi tanpa takut digusur buldoser!"

​Damian melangkah mendekati Aruna, lalu dengan lembut merapikan rambut Aruna yang acak-adakan terkena debu pipa ventilasi. "Malam ini, kita akan mengadakan pesta kecil. Hanya untuk keluarga. Ibu sudah menunggu di rumah aman, dan aku ingin dia segera pindah ke mansion."

​Aruna mendongak, matanya berbinar. "Pindah ke mansion? Berarti ada Ibu Mertua di rumah? Wah, Mas, saya harus belajar masak masakan normal! Saya tidak mungkin menyuguhi Ibu Elena dengan 'Mie Instan Carbonara Eksperimental' terus-menerus. Nanti saya dikira mau meracuni beliau!"

​"Ibu menyukaimu, Aruna. Dia bilang kamu adalah satu-satunya orang yang suaranya bisa mengalahkan kebisingan trauma di kepalanya," ujar Damian sungguh-sungguh.

​Damian menggenggam tangan Aruna, membawanya keluar dari ruangan yang penuh kenangan pahit itu. Saat mereka berjalan di koridor, beberapa staf yang dulu takut pada Damian kini membungkuk dengan rasa hormat yang berbeda bukan karena takut, tapi karena segan.

​"Mas," bisik Aruna saat mereka berada di dalam lift. "Terima kasih ya, sudah tidak jadi manekin plastik lagi."

​Damian menarik Aruna lebih dekat, mencium keningnya lama. "Dan terima kasih, Aruna, sudah menjadi kerupuk seblak yang paling keras kepala di dunia ini. Tanpa kerikil kecil sepertimu, aku mungkin masih terjepit di dalam sepatu mahalku sendiri."

1
shabiru Al
aruna jeli juga yah...
shabiru Al
waduh,, bakalan jadi korban barunya aruna nih si raka
shabiru Al
ini gimana sih thor aruna bilangnya saya saya terus sementara damian bilangnya aku
shabiru Al
buset aruna masih sempet kepikiran mesen makanan onlen cod lagi 🤭
shabiru Al
tdkah aruna ingin belajar menjadi lebih cerdik,, tdk mungkin jika harus bergantung terus sama damian kan.. tak selamanya damian akan ada d sisi aruna
shabiru Al
sudah mulai falinginlop kah.... 🤭
shabiru Al
aruna yang out of the box😄
shabiru Al
nah kan bener damian mengerikan,, dia bisa merancang sekenario dengan sangat rapih
shabiru Al
kok damian sedikit mengerikan ya...
shabiru Al
aruna ya gokil abis,, berbanding terbalik dengan damian
shabiru Al
mampir ya thor....
Ayu Arsila: silahkannn🤭
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!