"Aku mati. Dibunuh oleh suamiku sendiri setelah semua penderitaan KDRT dan pengkhianatan. Kini, aku kembali. Dan kali ini, aku punya sistem."
Risa Permata adalah pewaris yang jatuh miskin. Setelah kematian tragis ayahnya, ia dipaksa menikah dengan Doni, anak kepala desa baru yang kejam dan manipulatif. Seluruh hidup Risa dari warisan, kehormatan, hingga harga dirinya diinjak-injak oleh suami yang berselingkuh, berjudi, dan gemar melakukan KDRT. Puncaknya, ia dibunuh setelah mengetahui kebenaran : kematian orang tuanya adalah konspirasi berdarah yang melibatkan Doni dan seluruh keluarga besarnya.
Tepat saat jiwanya lepas, Sistem Kehidupan Kedua aktif!
Risa kembali ke masa lalu, ke tubuhnya yang sama, tetapi kini dengan kekuatan sistem di tangannya. Setiap misi yang berhasil ia selesaikan akan memberinya Reward berupa Skill baru yang berguna untuk bertahan hidup dan membalikkan takdir.
Dapatkah Risa menyelesaikan semua misi, mendapatkan Skill tertinggi, dan mengubah nasibnya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kde_Noirsz, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 20 : Kematian Sang Permata (System Activated)
Angin menderu dengan suara yang menyerupai rintihan roh-roh yang terlupakan di dasar jurang. Risa Permata bergantung di dahan pohon jati tua yang mencuat dari tebing belakang mansion Adhyaksa. Tubuhnya terasa ringan, bukan karena ia kehilangan berat badan, melainkan karena jiwanya sudah terlalu hancur untuk menanggung beban raga yang penuh luka. Darah dari luka tikaman di perutnya menetes perlahan ke kegelapan di bawahnya, menciptakan garis merah di atas batu-batu tajam yang menunggu untuk meremukkan tulangnya.
Di atas tebing, di antara kabut asap ledakan, pria misterius itu berdiri tegak. Wajahnya yang sangat mirip dengan paman atau kerabat jauh yang pernah Risa lihat di foto lama ayahnya, tampak sangat mengerikan di bawah cahaya bulan yang pucat. Ia tidak memakai jas mahal seperti Revano atau setelan berandalan seperti Doni. Ia memakai jubah hitam sederhana, namun auranya membuat Revano yang terluka di tanah tampak seperti serangga kecil.
"Siapa... kau...?" rintih Risa, suaranya hilang ditelan suara gemuruh air sungai di bawah.
Pria itu berjongkok di tepi tebing, matanya yang dingin menatap tepat ke dalam manik mata Risa. "Aku adalah rahasia yang tidak pernah berani Baskoro ceritakan padamu. Aku adalah pemilik sebenarnya dari tambang yang kalian perebutkan. Baskoro hanya penjaganya, dan dia gagal karena dia memiliki kelemahan terbesar: dirimu."
Pria itu mengulurkan tangannya yang bersarung tangan hitam. Bukan untuk meraih tangan Risa yang bersimbah darah, melainkan untuk mematahkan dahan pohon tempat Risa bergantung menggunakan sebuah alat pemotong hidrolik kecil.
"Dunia ini tidak butuh permata yang rapuh, Risa," bisik pria itu, suaranya terdengar sangat jelas meski badai sedang mengamuk. "Dunia ini butuh iblis yang dibentuk dari rasa sakit yang sempurna. Selamat jalan, Nona Permata. Sampaikan salamku pada ayahmu di neraka."
KRAK!
Dahan itu patah.
Risa jatuh.
Waktu seolah melambat saat tubuh Risa melayang di udara. Ia tidak merasa takut. Justru, untuk pertama kalinya dalam dua tahun terakhir, ia merasa bebas. Ia melihat ke atas, ke arah tebing yang semakin menjauh. Ia melihat Revano yang meraung frustrasi karena kehilangan koordinatnya, ia melihat Melati yang tertawa histeris sebelum diseret penjaga, dan ia melihat pria misterius itu yang hanya berdiri diam seperti malaikat maut.
Ayah... Ibu... Risa datang...
BRAKK!
Tubuh Risa menghantam meja kaca besar yang terletak di balkon paviliun bawah sebelum akhirnya terpental ke bebatuan sungai. Meja kaca itu hancur berkeping-keping, persis seperti janji hidupnya yang hancur. Pecahan kaca yang tajam menghujam punggung, dada, dan lehernya. Darah merah segar membanjiri air sungai yang jernih, merubahnya menjadi aliran merah yang mengerikan.
Risa tergeletak di antara batu-batu sungai yang keras. Matanya yang terbuka menatap langit malam yang mendung. Ia bisa merasakan air dingin merendam tubuhnya yang panas karena luka dan demam. Napasnya tersenggal, setiap hembusan mengeluarkan buih darah dari mulutnya.
Pandangannya mulai meredup. Cahaya bulan mulai menghilang. Namun, di saat kesadarannya hampir padam sepenuhnya, sebuah cahaya biru neon tiba-tiba muncul tepat di depan matanya. Cahaya itu bukan berasal dari dunia ini.
[TING! KONDISI KEMATIAN SEMPURNA TERPENUHI.]
[GELOMBANG DENDAM : 100% (STABIL).]
[SUBJEK : RISA PERMATA.]
[STATUS : TEWAS (BIOLOGIS).]
Risa merasa jiwanya ditarik keluar dari raga yang hancur itu. Ia melihat tubuhnya sendiri di bawah sana—seorang wanita muda yang cantik namun hancur, tergeletak di atas batu sungai seperti boneka rusak yang dibuang pemiliknya.
[MENGINISIALISASI SISTEM REINKARNASI : DEWI PEMBALAS DENDAM.]
[MENGHITUNG TOTAL PENDERITAAN...]
- Dikhianati Suami : 100 Poin
- Dikhianati Keluarga : 100 Poin
- Disiksa Fisik & Mental : 500 Poin
- Penodaan Makam Orang Tua : 300 Poin
- Kematian yang Menyakitkan : 1000 Poin
[TOTAL POIN DENDAM : 2000 POIN TERKUMPUL.]
"Apa... apa ini?" batin Risa di tengah ruang hampa yang bercahaya biru.
[SELAMAT DATANG, HOST 01. ANDA TELAH MEMENUHI SYARAT UNTUK MEMUTAR BALIK TAKDIR.]
[SISTEM AKAN MENGIRIM ANDA KEMBALI KE TITIK AWAL SEBELUM TRAGEDI DIMULAI.]
[REWARD AWAL : SKILL 'INSTING PREDATOR' (LV.1) & 'KETAHANAN MENTAL BAJA'.]
Tiba-tiba, suara pria misterius dari tebing tadi kembali bergema, namun kali ini suaranya terdengar seperti berasal dari dalam sistem itu sendiri. "Risa, gunakan kesempatan ini. Jangan lagi menjadi permata yang hanya bisa dipajang. Menjadilah belati yang siap mengiris leher siapa pun yang berani menyentuh duniamu."
Risa merasakan panas yang luar biasa membakar seluruh jiwanya. Rasa sakit dari kehidupan pertamanya—cambukan Doni, tamparan Paman Hari, tusukan pisau Revano, dan rasa dingin di makam ibunya—semuanya dikompresi menjadi satu titik kekuatan di dalam dadanya.
"Aku bersumpah..." suara Risa bergema di dalam ruang sistem, bukan lagi suara yang lemah, melainkan suara yang penuh dengan otoritas dan kebencian. "Aku akan membuat mereka merasakan neraka yang lebih panas dari yang mereka berikan padaku. Aku akan menghancurkan setiap senyum mereka, setiap harta mereka, dan setiap napas mereka."
[TING! PERMINTAAN DITERIMA.]
[MEMULAI PROSES TRANSFER JIWA...]
[TARGET WAKTU : 2 TAHUN SEBELUM KEMATIAN AYAH.]
[LOKASI : KEDIAMAN KELUARGA PERMATA - KAMAR RISA.]
[3...]
[2...]
[1...]
[SISTEM AKTIF. SELAMAT BERJUANG, NYONYA PEMBALAS DENDAM.]
DUARR!
Suara petir yang sangat keras mengejutkan Risa. Ia tersentak bangun, napasnya memburu seperti orang yang baru saja tenggelam. Ia langsung memegang lehernya, mencari luka sayatan pisau. Tidak ada. Ia memegang perutnya. Tidak ada luka tikaman. Ia meraba punggungnya. Kulitnya terasa halus, tanpa jaringan parut dari cambukan atau sikat kasar Tante Dina.
Risa menatap sekeliling. Ia berada di kamarnya yang lama. Kamar yang luas, harum bunga melati, dengan sprei sutra yang lembut. Cahaya matahari pagi yang hangat masuk melalui jendela kaca yang utuh—bukan jendela yang dipaku papan kayu.
Ia melihat ke arah kalender di meja riasnya.
21 Desember 2023.
Air mata Risa jatuh, namun kali ini bukan air mata keputusasaan. Ini adalah air mata kemenangan pertama. Ia kembali. Ia benar-benar kembali ke dua tahun sebelum ayahnya tewas. Dua tahun sebelum Paman Hari menjualnya. Dua tahun sebelum ia bertemu Doni Wijaya.
"Risa? Sayang, kau sudah bangun?"
Suara itu. Suara bariton yang penuh kehangatan yang paling ia rindukan di dunia ini. Risa menoleh ke arah pintu. Ayahnya, Baskoro, berdiri di sana dengan setelan jas kerjanya yang rapi, memegang sebuah kotak hadiah kecil. Ayahnya masih hidup. Wajahnya masih utuh, tidak hancur karena kecelakaan mobil.
Risa langsung melompat dari tempat tidur dan menghambur ke pelukan ayahnya, menangis sesenggukan hingga tubuhnya berguncang.
"Loh, kenapa menangis, Putri Ayah? Mimpi buruk ya?" Baskoro mengelus rambut Risa dengan sayang, persis seperti dalam ingatannya.
Risa mempererat pelukannya. Bukan hanya mimpi buruk, Ayah. Risa baru saja kembali dari neraka, batinnya.
Saat ia memeluk ayahnya, sebuah layar biru transparan muncul kembali di sudut matanya, tidak terlihat oleh ayahnya.
[SISTEM : MISI PERTAMA DIAKTIFKAN.]
[TARGET : PAK BASKORO (AYAH).]
[TUJUAN : CEGAH PERTEMUAN DENGAN PAMAN HARI DI KANTOR KOTA HARI INI.]
[REWARD : 100 POIN DENDAM & INFORMASI RAHASIA TENTANG PENYUSUP DI RUMAH INI.]
[FAILURE : TRAGEDI KEMATIAN AYAH DIPERCEPAT.]
Risa melepaskan pelukannya. Matanya yang merah kini memancarkan sinar yang tajam dan waspada. Iblis yang lahir dari kematian di Bab 20 kini telah bangkit.
"Ayah," ujar Risa dengan suara yang tenang namun tegas. "Hari ini Ayah jangan pergi menemui Paman Hari. Ada sesuatu yang sangat penting yang harus aku tunjukkan pada Ayah di ladang utara. Sekarang juga."
Baskoro mengerutkan kening, bingung melihat perubahan sikap putrinya yang mendadak sangat dewasa dan serius. "Tapi Risa, Paman Hari bilang..."
"Lupakan apa yang Paman Hari bilang, Ayah," potong Risa. Ia mengambil sebuah pisau kecil di meja buah di sampingnya, memainkannya dengan lincah di tangannya—sebuah gerakan insting yang didapatnya dari sistem. "Mulai hari ini, Risa yang akan menjaga Ayah. Dan siapa pun yang mencoba menyentuh keluarga kita... mereka harus melewati mayatku dulu."