NovelToon NovelToon
Dari Musuh Jadi Candu

Dari Musuh Jadi Candu

Status: sedang berlangsung
Genre:Dijodohkan Orang Tua
Popularitas:3k
Nilai: 5
Nama Author: Martha ayunda

Clara Adelin, seorang gadis bar bar yang tidak bisa tunduk begitu saja terhadap siapapun kecuali kedua orangtuanya, harus menerima pinangan dari rekan kerja papanya.
Bastian putra Wijaya nama anak dari rekan sang papa, yang tak lain adalah musuh bebuyutannya sewaktu sama sama masih kuliah dulu.
akankah Clara dan Bastian bisa bersatu dalam satu atap? yuk simak alur ceritanya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Martha ayunda, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

kisah Bima

Bima yang baru turun dari motor langsung di sambut tatapan sinis Abang iparnya, pemuda itu dengan cuek melangkah masuk melewati Bagas yang tengah duduk di teras rumah, Bagas yang sedang menatapnya langsung menegur Bima.

"he berandalan! Enak ya kerjaan kamu cuma foya foya menghabiskan uang keluarga tanpa mau memilih kelanjutan nasib perusahaan!."

Bima yang hampir mencapai pintu utama langsung berbalik badan, matanya menyipit lalu menyandarkan badannya di tembok dekat pintu.

"apa urusannya sama kamu?."

"tentu saja ada, aku yang kerja mati Matian! kamu yang menikmati hasilnya!." balas Bagas dengan tatapan tajam.

"apa kamu tidak menerima gaji dari perusahaan itu? atau kamu pikir gajimu lari ke rekeningku?." pertanyaan pertanyaan pedas meluncur dari mulut Bima.

"Setidaknya kamu itu tahu diri! Aku dan kakakmu yang harus membanting tulang untuk bekerja, kamu malah santai santai di rumah, kelayapan tidak jelas! Kamu pikir aku dan Alisa kakakmu itu babu apa ha?!." bentak Bagas.

"kalau kamu merasa di perbudak di perusahaan itu, ya sudah resign sana. Simpel kan?!."

"lagipula siapa yang suruh kamu gabung dengan perusahaan itu, tanpa kamu dan Alisa pun perusahaan itu tidak akan pernah merugi, kamu pikir aku tidak tau cara kerja kalian bertiga ha?. kalian itu hama!." imbuh Bima dengan nada tinggi.

"Bima, Bagas, ada apa ribut ribut?." seorang pria setengah baya datang mendekat ke mereka yang sedang bersitegang.

"ini pa, aku coba mengingatkan dia, eh gak taunya malah nyolot!." adu Bagas ke Sofyan yang tak lain adalah mertuanya.

"mengingatkan soal apa? Kita bisa bicara baik baik kan?." ucap Sofyan sok bijak.

"tanya saja sama menantu Anda itu! Saya tidak butuh ceramah dari seorang penjilat!." Bima paling malas berhadapan dengan Sofyan, ayah tirinya.

"Bima!." suara seorang wanita membentak Bima cukup keras.

"dimana sopan santun kamu terhadap orang yang lebih tua ha?! Kamu pikir pantas bicara kasar sama papa dan saudaramu seperti itu!." Marina melotot tajam kearah anaknya.

"sopan santunku sudah lenyap bersamaan dengan kedatangan para hama itu di rumah ini!." balas Bima.

"plak!."

Marina menampar pipi Bima cukup keras, tanpa wanita itu sadari, suami dan menantunya telah menyunggingkan senyum penuh kepuasan, begitu juga dengan Alisa yang baru saja keluar dari dalam rumah.

"mama tidak pernah mengajarkan kamu untuk berkata kasar dan bersikap tidak sopan!." bentak Marina.

"ya memang tidak pernah! Karena waktu mama habis untuk mengurus para hama ini!." balas Bima sembari memegangi pipinya yang terasa kebas akibat tamparan sang mama.

"aduh ada apa ini kok ribut ribut?." Alisa mendekat dan berpura pura tidak tahu apa yang terjadi.

"mama, mama jangan kasar begitu dong sama Bima." Alisa mencoba mencari muka dengan sok perhatian terhadap adik tirinya itu.

"menjijikan! jangan sentuh aku dengan tangan kotormu itu!." Bima menepis kasar tangan Alisa yang hendak menyentuh lengannya.

"Bima! Apa masih kurang tamparan dari mama ha?." bentak Marina makin geram.

"silahkan kalau mama mau menampar Bima lagi, tapi ingat ya ma! Bima sudah cukup mengalah selama ini! Jika sampai kesabaran Bima sudah habis, mama jangan menyesal." ucapan bernada ancaman pun keluar dari mulut Bima yang salama ini lebih memilih diam ketimbang ribut bersama mereka.

"kamu!." geram Marina yang hendak melayangkan tamparan lagi ke wajah anaknya.

"sudah ma sudah!." cegah Sofyan seraya memegangi tangan istrinya.

Bima yang enggan berlama lama di depan pintu langsung melengos pergi meninggalkan mereka berempat, Marina berteriak memanggil namanya namun tak ia hiraukan.

Bima masuk ke dalam kamarnya lalu berdiri di depan cermin, matanya menatap pipi putihnya yang kini berubah berwarna merah dengan cap lima jari yang belum menghilang.

"baiklah! Sudah cukup aku bermain untuk memberikan waktu kepada mereka, kini saatnya aku membalas perbuatan jahat kalian terhadap papaku! Kalian pikir aku tidak tahu dengan apa yang kalian lakukan di belakangku!." geram Bima seraya mengusap pipinya.

"maafkan aku pa, bukan maksudku untuk membiarkan mereka hidup bebas dan menikmati hasil jerih payah papa selama ini."

"Sudah saatnya mata mama terbuka!." Bima mengambil ponsel di dalam jaketnya lalu menghubungi nomor seseorang.

(halo mas Bima, ada apa gerangan anda menghubungi saya malam malam begini?.) sapa seorang pria dari seberang telepon.

"pak adam, bagaimana perusahaan kita?. Aman?." balas Bima seraya duduk di tepi ranjang mewahnya.

(secara keseluruhan aman mas, cuma mereka masih saja terus menerus mengambil uang perusahaan sedikit demi sedikit, sebenarnya mau sampai kapan anda membiayai mereka seperti ini?.) ucap pak adam dari seberang telepon dengan nada khawatir.

"pak adam tenang saja, saya akan kembali ke perusahaan, siapkan segalanya. mulai besok saya akan kembali ke kursi kebanggaan milik almarhum papa." jawab Bima mantap.

(anda serius kan?.) pak adam terdengar ragu dengan ucapan Bima.

"ya, mulai besok mereka tidak akan bisa berfoya foya menggunakan uang perusahaan, mereka hanya akan menerima uang gaji sesuai kedudukan masing masing!."

(syukurlah kalau anda sudah memutuskan untuk kembali ke perusahaan kita, saya khawatir lama lama perusahaan ini akan mengalami kerugian atas ulah mereka, apalagi Bu Marina sangat mudah untuk di pengaruhi oleh pak Sofyan.) ucap pak Adam lega.

"tolong bersihkan ruangan papa dari barang barang milik laki laki itu pak, saya tidak Sudi dia mengacak acak dan menguasai barang barang milik papa." titah Bima.

(siap mas, baiklah saya akan menyuruh orang orang kita untuk membereskan semuanya.)

"oke pak, jangan lupa bukti bukti kejahatan mereka anda siapkan duplikatnya karena saya butuh untuk membuat mereka tahu diri!."

(siap mas!?)

Panggilan pun di akhiri oleh Bima, bibir tipis pria tampan itu tersenyum tipis sambil beranjak dari tepi ranjang.

"papa jangan khawatir, Bima sengaja meninggalkan perusahaan itu untuk sementara waktu agar Bima bisa mengumpulkan lebih banyak bukti lagi." gumamnya seraya menatap dirinya dari pantulan cermin besar di kamarnya.

****

suasana kantor yang tadinya ramai oleh canda tawa para karyawan yang baru saja tiba, langsung hening saat mata mereka melihat seorang pria tampan memasuki lobi kantor.

Bima melangkah tegap melewati mereka dengan wajah penuh wibawa, aura kepemimpinan yang diwariskan oleh sang papa sungguh membuat para karyawan terhipnotis.

Mereka langsung membungkuk hormat sambil saling lirik, Bima menatap para karyawan tersebut dari balik kacamata hitam yang melengkapi penampilannya.

"selamat datang kembali di perusahaan, tuan Bima." sambut seorang pria berkepala botak.

"terimakasih pak Darwis." balas Bima tegas.

Bima naik ke lantai atas lalu disambut oleh pak Adam yang sudah datang terlebih dahulu, pak Adam adalah sahabat karib almarhum papanya Bima sekaligus orang kepercayaan almarhum.

"selamat datang mas Bima, mari silahkan." sambut beliau seraya membuka pintu ruangan CEO yang sudah lama di tempati oleh Alisa, Marina dan Sofyan, semengan Bagas menjabat sebagai manajer.

peran Bagas di perusahaan itu bisa di bilang hanya sebagai beban, karena seluruh pekerjaan ia limpahkan ke asisten manajer yang ia rekrut sendiri.

"semoga anda cocok dengan renovasi ruangan yang dadakan ini." imbuh pak Adam.

"bagus! Pak Adam kemanakan barang barang mereka?." tanya Bima seraya menatap ke seluruh ruangan yang sudah kembali seperti sediakala.

"saya pindahkan ke ruangan sebelah, karena ruang sekretaris di kosongkan cukup lama oleh Bu Marina, Bu Marina melakukan itu atas permintaan Bu Alisa yang ingin satu ruangan dengan beliau." jelas pak Adam.

"mama sungguh tidak bisa membedakan lagi, Sudah jelas jelas Alisa telah mengacak acak privasi ruang CEO masih saja di sanjung sanjung!." ucap Bima seraya duduk di kursi peninggi sang papa.

"saya akan mendukung Anda sepenuhnya mas, semoga dengan kembalinya anda ke kantor ini bisa membawa perubahan besar." ujar pak Adam penuh harap.

"terimakasih pak Adam, baiklah anda bisa kembali ke ruangan anda, sebentar lagi mereka pasti akan datang." balas Bima yang langsung di jawab anggukan kepala oleh wakil direktur perusahaan tersebut.

Meskipun Marina menjabat sebagai seorang CEO sementara di perusahaan tersebut,.pak Adam lah yang paling besar peranannya,. karena beliau yang mengendalikan perusahaan tersebut secara diam diam tanpa mereka sadari.

Seringkali Marina hampir membuat perusahaan peninggi suaminya itu bangkrut akibat terlalu menuruti nasihat Sofyan, namun pak Adam selalu berhasil membuat perusahaan itu bertahan.

Marina dan Sofyan serta Alisa berjalan menuju ruangan direktur utama dengan langkah pasti, mereka melangkah sambil berbincang bincang layaknya keluarga kecil bahagia, Marina sendiri tidak menyadari jika hari kemarin itu dia terakhir kalinya duduk di kursi kebanggaan almarhum suaminya.

"Selly! Buka pintunya!." perintah Marina terhadap asisten pribadinya.

"baik Bu."

dengan sigap Selly membuka pintu untuk bosnya, Marina melenggang masuk diikuti oleh suami baru dan anak tirinya, mata wanita itu melotot sempurna saat melihat sosok pria tampan berwibawa duduk bersandar di kursi yang selama ini ia tempati.

"Bima? Ngapain kamu disini?." tanya Alisa yang juga tak kalah terkejutnya.

"ngapain? Ya kerja lah, bukankah itu yang diinginkan oleh suami dan papamu?." jawab Bima sambil tersenyum miring.

"ta-tapi ini tempat mama, Bim. Kamu belum layak memimpin istrinya ini!." marina berkata dengan gagap.

"ma, kok bisa sih sia duduk disitu! bukankah mama sudah menjanjikan kursi CEO itu untuk Alisa!." protes Alisa dengan wajah kesal.

"kamu siapa kok bermimpi terlalu tinggi?." cibir Bima sambil menegakkan badannya.

"Bima! Alisa juga anak mamamu, dia juga berhak atas perusahaan ini! kamu itu anak kemarin sore yang bisanya cuma main main! kamu mau menghancurkan perusahaan ini ha?!." ujar Sofyan yang ikut ketar ketir karena incaran utamanya telah di kuasai oleh Bima.

"oh ya?.kok aku baru tau ya?."

Tapi maaf ya ma, mulai hari ini sebaiknya mama beristirahat saja di rumah karena Bima akan memegang kendali atas perusahaan milik almarhum papa ini, tidak ada catatan juga papa memasukkan daftar orang tidak dikenal untuk mengacau di perusahaan ini!."

Ucapan Bima langsung membuat Sofyan dan Alisa murka, keduanya tak terima atas kembalinya sang pewaris perusahaan tersebut, sesungguhnya mereka menginginkan Bima duduk di kursi rendahan dan mereka akan memperalat pemuda tersebut.

Tapi sayangnya rencana mereka tidak sesuai ekspektasi, Bagas sendiri mendesak bima untuk bekerja dengan tujuan ingin menginjak injak harga diri adik iparnya itu, karena dia juga terlalu percaya diri bahwa Alisa lah yang akan menjadi pimpinan perusahaan tersebut.

1
Nur Halida
ini ni mama durhaka .. anak sendiri gak di anggap malah anak orang yg di sayang2
Nur Halida
siapa elooo..
Martha ayunda: gue? 🤣🤣🤣
total 1 replies
Nur Halida
aku suka bima tapi keluarga bima toxic.. kalo keluarga bastian keluarga cemara tapi aku gak suka sama bastiannya .. terus gimana dong ??? kok berasa aku yg jadi clara 🤭🤭🤭
Martha ayunda: langsung ngakak baca komentar kk 🤣🤣🤣
total 1 replies
Nur Halida
dasar alisa dan keluarganya lintah..
Martha ayunda: ho'o 🤭
total 1 replies
Permata_tanty
thor double up dong
Martha ayunda: insyaallah ya kak soalnya lagi sibuk 🙏
total 1 replies
Martha ayunda
insyaallah kk, author pemula disini jadi seneng banget ada yang kasih komentar 😊
Nur Halida
aku kasih like terus thor dari bab 1 . tapi aku baru nemu malam ini ceritanya .. semoga tetap seru dan authornya ngelanjutin ampe tamat .. soalnya aku kadang baca cerita yg on going tapi mandek gak di terusin sama authornya ..
Nur Halida
karakter bima lebih keren dari si bastian
Nur Halida
yahhh claranya jatuh cinta ma bastian.. ya emang sesuai judul sih .. tapi aku kasian ama bima jadi patah hatu
Nur Halida
kenapa aku leboh suka bima daripada bastian.. kayak clara juga lebih enjoy bareng bima deh ..taoi terserah authornya aja lah
Nur Halida
saingan bastian muncul .. rasain lo bastian mangkanaya jadi cowok harus tegas
Martha ayunda: hehehe iya kk
total 1 replies
Martha ayunda
ya, cinta terhalang gengsi 🤭
Nur Halida
bastian ini suka deh sama clara mangkanya usil terus.. cowok kan kalo suka ma cewek sering gitu bikin rusuh terus😄
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!