"Ma, Papa Anin masih hidup atau sudah pergi ke Sur_ga?" tanya bocah cantik bermata sayu yang kini berusia 5 tahun.
"Papa masih hidup, Nak."
"Papa tinggal di mana, Ma?"
"Papa selalu tinggal di dalam hati kita. Selamanya," jawab wanita bersurai panjang dengan warna hitam pekat, sepekat hidupnya usai pergi dari suaminya lima tahun yang lalu.
"Kenapa papa enggak mau tinggal sama kita, Ma? Apa papa gak sayang sama Anin karena cuma anak penyakitan? Jadi beban buat papa?" cecar Anindita Khalifa.
Air mata yang sejak tadi ditahan Kirana, akhirnya luruh dan membasahi pipinya. Buru-buru ia menyeka air matanya yang jatuh karena tak ingin sang putri melihat dirinya menangis.
Mendorong rasa sebah di hatinya dalam-dalam, Kirana berusaha tetap tersenyum di depan Anin.
Sekuat tenaga Kirana menahan tangisnya. Sungguh, ia tak ingin kehilangan Anin. Kirana hanya berharap sebuah keajaiban dari Tuhan agar putrinya itu sembuh dari penyakitnya.
Bagian dari Novel : Jodoh Di Tapal Batas.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Safira, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 20 - Aku Sangat Membutuhkan Banyak Uang
"Kamu terlihat murahan di tempat terku_tuk itu!"
Deg...
Kalimat meno_hok yang keluar dari bibir Aldo barusan, semakin mengiris perih hati Kirana. Bagai ditusuk belati tajam ke arah jantungnya.
Namun, Kirana berusaha tegar dan tak menangis di depan Aldo. Kirana tak ingin terlihat lemah dan rapuh pada siapapun termasuk Aldo.
"Kalau sudah tau aku murahan, kenapa kamu tidak membuang ku saja?" desis Kirana.
"Apa yang kamu lakukan di tempat seperti itu? Apa kamu butuh uang? Berapa? Sebutkan!" cecar Aldo yang didera penasaran.
"Ya, aku memang butuh uang. Aku sangat membutuhkan banyak uang saat ini. Apa kamu bisa memberikannya?" balas Kirana terdengar mengejek sekaligus menantang Aldo.
"Sebutkan berapa yang kamu mau?"
"Apa kamu bisa memberikan semua uang yang kamu punya untukku?" Kirana tak menjawab dan justru balik bertanya pada Aldo.
"Baik. Aku beri yang kamu mau. Tapi, apa yang ku dapat?" tantang Aldo semakin gencar. Saat ini emosinya seakan berada di atas ubun-ubun nya.
"Apapun yang kamu minta," jawab Kirana.
"Tanggalkan bajumu saat ini juga di depanku, maka aku akan beri uang yang kamu inginkan!" titah Aldo seraya kedua tangannya bersedekap di depan da_da nya dan menatap tajam ke arah Kirana.
Keduanya dalam posisi berdiri saling berhadapan satu sama lain di dalam kamar utama dengan jarak yang cukup dekat.
Jantung Kirana saat ini sungguh berdegup kencang. Dirinya benar-benar dilema. Ia tak menyangka Aldo menyuruhnya seperti itu.
Hati Kirana sangat terluka atas penghinaan Aldo tersebut. Harga dirinya benar-benar direndahkan.
Namun, Kirana tak punya pilihan lain. Ia sedang membutuhkan uang yang banyak saat ini demi kesembuhan Anin.
Aldo sengaja masih diam membisu. Ia ingin melihat aksi keberanian Kirana sampai sejauh mana.
"Dia masih suamimu, Ki. Dia berhak atas tubuhmu. Jika pun dia menyuruhmu menanggalkan seluruh baju di depannya saat ini, itu bukan hal yang berdosa." Batin Kirana seraya berusaha meyakinkan dirinya sendiri.
Daripada harus menja_jakan diri pada pria lain, bukankah jauh lebih baik dan terhormat jika dirinya membuka tubuhnya untuk pria yang masih berstatus sebagai suaminya itu.
Beberapa menit hanya ada keheningan di antara mereka berdua. Kirana pun masih berdiri kaku tanpa aksi apapun.
"Kenapa diam? Apa kamu takut?" desak Aldo semakin membuat Kirana terpojok.
"Lakukanlah, Ki. Demi Anin," batin Kirana.
Dengan kepala tertunduk, tangan Kirana perlahan membuka pakaian yang membungkus tubuhnya di bagian atas. Pupil mata Aldo seketika melebar tatkala ia melihat aksi Kirana yang sama sekali tak diduganya.
Aldo berpikir Kirana tak akan melakukannya. Terlebih hal itu demi sejumlah uang yang sama sekali Aldo tak tau mau diapakan oleh Kirana.
Entah uang tersebut untuk membayar utang atau keperluan pribadi Kirana sendiri, Aldo masih tak bisa menebaknya.
☘️☘️
Bagian atas tubuh Kirana telah terbuka. Menyisakan br_a warna hitam pembungkus mahoni kembarnya yang tampak ranum menyem_bul dan terlihat lebih padat daripada enam tahun yang lalu saat Aldo mencicipinya untuk pertama kali.
Aldo menelan salivanya dalam-dalam. Salah satu bagian krusial tubuhnya tepatnya di bawah perut, seketika ikut bereaksi. You know what I mean.
Aldo adalah pria normal. Tentu hal ini sangat wajar dialaminya. Terlebih di usianya yang tengah produktif secara sek_sual, bukanlah perkara mudah untuk menahan hassratnya.
Menikah dengan Hana selama tiga tahun tak mendapatkan kesucian. Bahkan Aldo berusaha sekuat tenaga menahan has_rat kelelakiannya karena tak ingin membuat penyakit Hana semakin parah.
Aldo tetap setia menjaga ikrar pernikahan sucinya dengan Hana. Ia tak pernah berselingkuh atau 'jajan' di luar sana. Walaupun Aldo sangat mampu dari segi finansial jika semisal ingin berbuat nakal dengan wanita lain.
Pernah mencicipi manis kesucian Kirana enam tahun yang lalu adalah hal terindah yang sangat membekas di hati dan pikiran Aldo hingga detik ini. Seumur hidup tak akan mampu dilupakannya.
Apalagi cinta di hatinya untuk Kirana sudah terpatri. Walaupun bibirnya masih bungkam tak mengakui pada si pemilik hatinya.
Ditambah banyak permasalahan yang terjadi dalam rumah tangga mereka. Membuat Aldo tak bisa mengutarakan hal penting itu secara gamblang pada Kirana. Ia takut kecewa jika cintanya bertepuk sebelah tangan.
Apapun yang terjadi, Aldo tetap tak bisa menghapus nama Kirana di hatinya.
Sungguh, Aldo tak rela jika tubuh Kirana dilihat apalagi sampai dinikmati oleh pria lain di luar sana. Kulit mulus putih dan tanpa cacat. Semua itu miliknya.
Lalu, tangan Kirana beralih ke belakang hendak membuka resleting rok pendeknya yang begitu ketat.
Aldo semakin menatap tajam atas tingkah Kirana tersebut yang ternyata bukan isa_pan jempol belaka. Padahal Aldo hanya berniat menggertaknya saja. Darah Aldo otomatis mendidih.
Seketika Aldo melangkah cepat ke arah Kirana dan mendekapnya. Otomatis hal ini membuat tangan Kirana yang sebelumnya berada di resletingnya ikut terhenti dan tak melanjutkan aktifitasnya.
"Apa yang kau lakukan?" desis Aldo di telinga Kirana.
"Kau bilang aku harus menanggalkan bajuku," jawab Kirana dengan bibir bergetar. Ia berusaha menahan tangis dan rasa sebah di hatinya.
"Apa kamu benar-benar butuh uang sampai rela jual diri begini?" bisik Aldo yang masih tak habis pikir dengan tindakan Kirana barusan yang terbilang nekad.
Aldo tak bisa membayangkan bagaimana jika saat ini yang ada di depan Kirana adalah pria hidung belang, bukan dirinya. Aldo bisa-bisa membunuh pria itu tanpa ampun.
"Kamu berjanji memberikan semua uangmu asal aku melepaskan baju di depanmu. Kamu bilang masih suamiku. Aku hanya_" ucapan Kirana seketika terpotong dan suaranya mendadak hilang akibat bibir merahnya dibungkam oleh bibir Aldo.
Pupil mata Kirana sontak melebar karena terkejut atas yang dilakukan Aldo padanya sekarang.
Tanpa aba-aba, Aldo menyerbu Kirana dengan pagutan yang begitu menuntut. Efek dari rasa cinta, gai_rah, rindu dan emosi yang mele_bur jadi satu.
Aldo meraih tengkuk Kirana dan menanamkan bibirnya dalam-dalam. Ia mendekap tubuh ramping Kirana hingga merapat kuat padanya.
Detik selanjutnya, Aldo mendorong tubuh Kirana hingga kaki jenjang mulus itu menyentuh tepian ranjang. Kirana yang tak siap, akhirnya jatuh dan tubuhnya terlentang di atas ranjang.
Aldo memerangkap Kirana di bawah daksa tegapnya. Seakan menguncinya dan tak membiarkannya lolos dari kung_kungan nya.
Bersambung...
🍁🍁🍁
siapa ya yg fitnah kirana , kasian kirana yg sabar ya ki😭
kasian bgt bumil di dorong polisi ko gitu ya
astagfirullah, cmn bisa inhale exhale
Pen jambak Aldo boleh gak sih?? Tapi takut dimarahin pak Komandan...
Do, bnr² lu yee, suami gak bertanggung jawab!!! Pantes kmrn nangis sesunggukan, merasa berdosa yak... Tanggung Jawab!!! Kudu dibwt bahagia ntu si Kirana sama anak²nya sekarang!!!
lanjutkan.....
Hamil 1 ajah berat, apalagi ini hamil kembar dah gt gak ada support system... hebat kamu Kirana, mana cobaan datang bertubi² 👍👍👍 saLut
alasanya jelas karena dia merasa kecewa karena Kirana tidak lagi bisa digunakan sebagai boneka balas dendamnya pada Aldo