NovelToon NovelToon
Dendam Dua Jiwa [Mafia Cantik Di Tubuh Gadis Lugu]

Dendam Dua Jiwa [Mafia Cantik Di Tubuh Gadis Lugu]

Status: sedang berlangsung
Genre:Reinkarnasi
Popularitas:3.8k
Nilai: 5
Nama Author: Ikri Sa'ati

Dendam dua jiwa.

Jiwa seorang mafia cantik berhati dingin, memiliki kehebatan dan kecerdasan yang tak tertandingi, namun akhirnya hancur dan berakhir dengan mengenaskan karena pengkhianatan kekasih dan sahabatnya.

Jiwa yang satu adalah jiwa seorang gadis lugu yang lemah, yang rapuh, yang berlumur kesedihan dan penderitaan.

Hingga akhirnya juga mati dalam kesedihan dan keputus asaan dan rasa kecewa yang mendalam. Dia mati akibat kelicikan dan penindasan yang dilakukan oleh adik angkatnya.

Hingga akhirnya dua jiwa itu menyatu dalam satu tubuh lemah; jiwa yang penuh amarah dan kecewa, dan jiwa yang penuh kesedihan dan putus asa, sehingga melahirkan dendam membara. Dendam dua jiwa.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ikri Sa'ati, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 20. Memberi Pelajaran Sekaligus Peringatan

Setiap untaian kalimat yang diucapkan Annabella begitu kalem, begitu tenang, begitu santai. Tanpa ada beban dalam mengucapkannya, tanpa ada rasa takut sama sekali.

Akan tetapi semua orang yang ada di dalam kantin menahan napas mendengar setiap ucapannya. Karena untaian-untaian kata yang dia ucapkan bukan saja meremehkan Rangga dan Reinald, bahkan lebih dari itu seakan-akan Annabella menjatuhkan harga diri masing-masing cowok populer itu.

Wajah Rangga yang dingin semakin dingin. Kedua matanya telah kentara menyemburkan amarah yang sangat di balik sorotan dingin itu. Tapi dia masih tetap duduk di kursinya, seakan hendak membakar dirinya sendiri dengan amarahnya.

Beda halnya dengan Reinald. Rasa kagum dan rasa terpesonanya dia terhadap Annabella seketika berubah menjadi kebencian dan amarah yang membakar, yang harus dilampiaskan dengan menindas gadis itu dengan kejam dan beringas.

Dengan cepat dia berdiri. Sementara kedua matanya yang menyorot nyalang sudah mengunci wujud Annabella.

Tapi belum juga dia beranjak hendak menindaki Annabella, gadis itu sudah berkata dengan nada kalem dan tenang seolah mengingatkannya.

"Apa kamu hendak menjatuhkan harga dirimu dengan sejatuh-jatuhnya di hadapan banyak orang, bocah?"

Itu adalah suara jiwa Fiorella, yang meski diucapkan melalui bibir menawan Annabella, tapi ucapan itu adalah lontaran ancaman bagi lawan.

Namun Reinald yang sudah kerasukan amarah tidak perduli dengan ucapan Annabella itu, malah semakin menyulut kebengisannya untuk menindas Annabella.

Dengan langkah berat penuh keangkuhan yang berbalut kemarahan, Reinald langsung menghampiri Annabella dengan cepat.

Sedangkan Annabella masih duduk tenang di kursinya sambil masih bersedekap. Sepasang matanya yang indah meneduhkan masih menatap lurus ke depan, ke arah Rangga.

Begitu Reinald sudah sampai di dekat Annabella sebelah kanan, dalam jangkauan serangan, dengan kuat, dengan cepat dia melayangkan telapak tangan kanannya yang cukup besar dan kekar, menampar wajah cantik manis Annabella.

Sementara semua orang yang menyaksikan adegan mengerikan itu merasakan kengerian sambil menahan napas.

Namun belum juga tamparan telapak tangan kanan Reinald sampai membelai wajah cantik Annabella....

Tap!

Dengan sigap, berani, dan mantap Annabella menangkap pergelangan tangan Reinald yang kekar itu, satu jengkal di depan wajahnya.

Bukan saja semua orang yang ada di dalam kantin serta Rangga terkejut tegang melihat adegan itu, bahkan Reinald amat sangat terkejut, terkejut tidak percaya sekaligus tidak menyangka.

Dan kelengahan yang fatal itu tidak disia-siakan oleh Annabella.

Dengan gerakan ringan Annabella menarik tangan Reinald ke samping kiri, lalu melepaskan. Belum juga Reinald menyadari apa yang hendak dilakukan gadis itu, sikut Annabella yang kecil tapi tajam bergerak meluncur dengan cepat.

Lalu....

Dughk!

Dengan telak dan mantap ujung sikut Annabella menusuk rusuk kanan Reinald tanpa ampun, hingga dia terjajar dua langkah ke sebelah kirinya sambil meringis.

Kemudian tanpa membuat Reinald menyadari akan keadaan, dengan cepat Annabella berdiri dengan posisi bergeser setengah langkah di samping kanan.

Setelah itu dia memutar badannya ke kiri, lalu disusul dengan melayangkan tendangan melengkung terputar kaki kiri dengan cepat.

Dan tanpa ampun, tanpa Reinald sempat menghindar, tendang indah tapi mengerikan itu langsung menghantam wajah angkuh Reinald dengan telak, dengan presisi.

Desss!

Reinald kembali terjajar, terjajar limbung ke belakang. Hampir saja dia jatuh kalau tidak cepat ditangkap oleh Rangga.

Sedangkan Annabella, setelah sukses melakukan serangannya barusan, dia kembali berdiri diam di tempatnya kini. Sikapnya masih saja mengagumkan, tenang dan elegan.

Beberapa detik kemudian, Reinald seakan telah tersadar kalau baru saja dipecundangi oleh Annabella dengan mudah.

Menyadari akan hal itu, Reinald segera melepaskan rangkulannya pada Rangga, lalu bersiap-siap hendak menyerang Annabella. Tapi Rangga dengan cepat mencegatnya.

"Hentikan kebodohanmu, Rey! Jika kamu tetap meneruskan niatmu hendak menindas Bella," ucap Rangga mengingatkan, "maka dia benar-benar akan menjatuhkan harga dirimu di sini!"

"Aku nggak percaya dia bisa melakukannya," bantah Reinald tetap ngotot. "Tadi itu aku hanya sedikit lengah. Tapi kali ini...."

"Dengarkan aku, bodoh!" kata Rangga dengan suara rahang dan sedikit pelan. "Jangan di sini jika kamu hendak menindak Bella. Cari tempat yang lebih bagus."

Reinald tidak menggubris, tapi tidak jadi menyerang Annabella.

"Anak itu sepertinya habis mengalami sesuatu sehabis dia sembuh," Rangga tetap membujuk Reinald dengan sabar. "Kamu harus memperhatikan perubahan itu. Dan kamu harus menyusun rencana sebelum menindaknya lagi!"

Reinald seperti terpengaruh akan bujukan Rangga. Dia memang harus memperhatikan sekaligus memperhitungkan perubahan aneh yang terjadi pada Annabella.

"Kita belum selesai, Bella!" kata Rangga bernada dingin setelah menjinakkan Reinald.

"Kali ini kau beruntung, brengsek!" dengus Reinald. "Tapi nggak lain kali."

Lalu kedua pemuda itu dengan cepat berbalik, terus segera meninggalkan kantin.

Sementara Annabella tetap diam saja. Tapi sepasang mata indahnya terus memperhatikan kedua cowok itu hingga hilang di telan pintu masuk.

Sepertinya Annabella juga hendak meninggalkan kantin. Tapi sebelum itu dia hendak melakukan sesuatu pada seseorang yang amat lancang mencampuri urusannya.

Dengan sedikit cepat dia meraih tas ranselnya, lalu menggantungnya di belakang punggungnya. Lalu berbalik, terus berjalan menuju sebuah meja yang berada agak di tengah ruangan.

Di meja itu, salah seorang siswa yang duduk di situ yang tadi menunjukkan keberadaan Annabella pada geng Rangga dan geng Reinald. Annabella hendak memberi sedikit pelajaran padanya.

Serasa Annabella begitu cepat melangkah, tahu-tahu dia sudah berada di meja itu, di samping kiri siswa yang tadi sudah lancang itu.

Sementara semua orang yang masih ada di kantin tentu saja dapat melihat tindakan Annabella itu. Dan belum ada yang bisa memastikan apa yang hendak dilakukannya di situ.

Termasuk siswa yang didatangi itu. Belum bisa menebak apa yang hendak dilakukan Annabella terhadapnya. Masalahnya sikap gadis itu begitu kalem, santai dan tenang.

Hanya saja dia tampak bingung dan salah tingkah melihat Annabella menatapnya dengan lekat. Tapi entah kenapa firasat buruk seketika terlintas dalam benaknya akan apa yang akan terjadi.

Dan tiba-tiba siswa itu terkejut takut saat jemari Annabella yang lentik seketika mencengkeram kerah bajunya dengan kuat, terus menariknya berdiri dengan kasar.

"A-apa... apa yang kamu mau lakukan, Bella?" tanya siswa itu gugup serta ketakutan.

Wajahnya kini sudah pucat laksana kafan. Kalau sudah begitu dia sudah bisa menebak bahwa dirinya bakal celaka di tangan Annabella. Sementara teman-teman duduknya tidak ada yang berani melakukan apa-apa.

"Apa yang ada di kepalamu saat kau tadi menunjukkan keberadaanku pada Rangga dan Reinald hmm?" kata Annabella kalem, tapi tentu saja menakutkan.

"A-aku... aku...."

Siswa itu langsung gugup ketakutan, benar-benar gugup. Dia berusaha meronta atau melepaskan cengkeraman Annabella. Namun jemari lentik Annabella begitu keras dan kuat mencengkeram kerah bajunya, sehingga tidak bisa dia lepas.

"Itu karena kau meremehkan aku bukan?" lanjut Annabella masih tetap kalem suaranya. Namun terdengar menakutkan di telinga siswa itu.

Sungguh dia amat menyesal telah berlaku lancang terhadap Annabella tadi. Seandainya dia tahu jika Annabella yang sekarang benar-benar mengerikan, dia tidak berani berbuat seperti tadi.

Tapi apa boleh buat nasi sudah jadi bubur.

Apakah kamu tidak menyangka jika aku bakalan memberimu tatakrama atas kelancanganmu itu hmm?" Annabella terus berkata kalem, namun semakin membuat siswa itu ketakutan.

Sementara semua siswa yang ada di situ masih tidak ada yang berani melakukan apa pun. Bahkan bergerak dan bernapas pun seolah terasa susah. Setelah apa yang mereka lihat tadi benar-benar membuat nyali mereka mencair.

"A-a-ampun... am-pun..., senior, a-aku... aku nggak sengaja...," begitu gugup, begitu susah siswa itu berkata.

"Tapi aku melihat kamu tadi itu sengaja," kata Annabella tetap tenang. "Kamu mau bohong?"

"A-am-pun..., a-aku... aku nggak bohong...."

Tapi Annabella tahu kalau siswa itu berbohong. Maka dia akan segera memberi pelajaran ringan.

Dengan cepat telapak tangan kanannya bergerak dua kali secara beruntun pulang balik, menampar wajah sang siswa malang dengan cukup keras.

Plaaak! Plaaak!

Siswa itu hanya bisa meringis-ringis kesakitan saat menerima tamparan. Tampak bibirnya berdarah karena pecah akibat tamparan.

Rasanya dia ingin menangis. Kenapa dia begitu lancang terhadap Annabella, kesialan itu terus terngiang-ngiang dalam benaknya.

Plaaak!

Annabella memberikan tamparan terakhir hingga dia terhuyung jatuh ke lantai.

"Aku harap tadi itu yang pertama sekaligus yang terakhir, bocah," kata Annabella seolah memberi peringatan.

Lalu Annabella berbalik, tidak lagi menghiraukan nasib sial siswa itu. Kakinya bergerak melangkah hendak meninggalkan kantin.

"Mulai sekarang nggak ada lagi yang boleh macam-macam dengan Annabella Calista," ucapnya sambil melangkah, memberi sebuah pernyataan sekaligus ultimatum yang mengerikan.

Belum ada yang bergerak lekuasa selagi wujud Annabella masih berada di dalam kantin. Tapi begitu wujud Annabella telah bilang, semua orang yang ada di situ langsung bernapas lega.

Salah seorang teman siswa yang apes itu segera membantunya berdiri. Sementara suasana di dalam kantin langsung ramsi riuh rendah membicarakan penampilan Annabella yang berubah dan aksi mengerikannya yang dia lakukan di dalam kantin.

★☆★☆★

1
Adhie
maksudnya kenapa bella masih bertahan di kediaman winata?
bella menunggu momen di mana dia benar benar diusir oleh keluarga winata, baru dia mau keluar.
Aretha Shanum
kenapa harus bertahan disitu
Adhie: makasih sudah mampir kaka...
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!