"Meski kau adalah satu-satunya lelaki di dunia ini, aku tetap tidak akan mau denganmu!" Britney menolak tegas cowok yang menyatakan cinta padanya.
Tapi bagaimana kalau di hari Britney mengatakan itu, terjadi invasi virus zombie? Seketika satu per satu manusia berubah menjadi zombie. Keadaan Zayden High School jadi kacau balau. Pertumpahan darah terjadi dimana-mana.
Untungnya Britney mampu bertahan hidup dengan bersembunyi. Setelah keadaan aman, dia mulai mencari teman. Dari semua orang, satu-satunya orang yang berhasil ditemukan Britney hanyalah Clay. Lelaki yang sudah dirinya tolak cintanya.
Bagaimana perjalanan survival Britney dan Clay di hari kiamat? Apakah ada orang lain yang masih hidup selain mereka?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Desau, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
chapter ²⁰ - zombie bite
Selama tiga puluh menit perjalanan, semuanya terasa lancar. Jalanan lengang, hanya ada beberapa mobil terbalik dan bangkai zombie di pinggir jalan. Tidak ada suara, tidak ada gerakan, hanya angin yang menembus celah-celah kaca mobil.
“Clay,” kata Britney tiba-tiba, memecah keheningan. “Bagaimana kalau kita singgah sebentar ke toko baju?”
Clay menatapnya sekilas, agak heran. “Kenapa? Bukankah kau membawa bajumu dari rumah?”
Britney mengembuskan napas kesal. “Hanya satu lembar. Sekarang persediaanku habis. Lagi pula jaket kita sudah mulai lusuh dan bau. Aku butuh baju baru, setidaknya untuk merasa manusia lagi.”
Clay mengangkat bahu. “Ya sudah kalau itu maumu.”
Mobil pun berhenti di depan toko pakaian besar. Cat dindingnya pudar, papan namanya miring, dan kaca depan retak besar. Mereka keluar dengan hati-hati, senjata di tangan. Suasana toko begitu hening, hanya terdengar suara langkah mereka yang bergema di antara rak-rak pakaian berdebu.
Sebelum berpencar, Clay berkata singkat, “Periksa baik-baik. Jangan ceroboh.”
Britney mengangguk. Ia berjalan ke bagian belakang toko, di mana ruangan lebih gelap dan bau apek semakin kuat. Tangannya menggenggam pisau bedah kecil, senjata yang sempat dia ambil dari rumah sakit. Ia sibuk memeriksa beberapa lemari dan rak baju, mencari pakaian yang masih layak. Hening. Tidak ada suara, tidak ada tanda bahaya. Ia mulai sedikit tenang.
Namun dari kegelapan ruangan di belakang, sesuatu bergerak. Sebuah bayangan tinggi, dengan langkah gontai dan suara napas berat. Britney tidak menyadarinya. Ia membungkuk untuk mengambil tas ransel dari lantai, tanpa tahu bahwa sosok busuk itu kini sudah berada di belakangnya.
Suara geraman serak terdengar. Britney menoleh, dan matanya langsung membesar. “Sial!”
Zombie itu melompat ke arahnya, menjatuhkannya ke lantai dengan kasar. Tubuh Britney membentur keras. Ia berusaha menahan kepala makhluk itu agar tidak menggigit wajahnya. Nafasnya tersengal, tenaga zombie itu jauh lebih kuat dari yang ia duga.
“Clay!” pekiknya panik, berusaha menggapai pisaunya yang terlempar ke samping.
Zombie itu terus menekan tubuhnya ke lantai, rahangnya berdecit, ludah busuknya menetes ke pipi Britney. Ia menahan teriakannya, jantungnya berdetak cepat. Dengan seluruh tenaga yang tersisa, Britney akhirnya berhasil meraih pisaunya.
Tanpa pikir panjang, ia mengayunkannya ke arah kepala zombie.
Sret! Sret! Sret!
Pisau kecil itu menembus kulit dan tulang, berkali-kali. Darah hitam kental menyembur, membasahi tangannya. Zombie itu mengerang pelan sebelum akhirnya ambruk, mati sepenuhnya.
“Britney!”
Clay berlari masuk dari arah depan, suaranya parau. Melihat keadaan Britney, ia langsung menyingkirkan tubuh zombie itu dan memenggal kepalanya dengan satu tebasan cepat dari pedang yang selalu ia bawa.
Darah memercik kemana-mana. Napas Clay terengah. Ia menatap Britney dengan wajah cemas. “Kau baik-baik saja?” tanyanya, suaranya hampir gemetar.
Britney tidak menjawab. Ia hanya menatap lengannya sendiri. Dengan perlahan, ia memperlihatkannya pada Clay, kulitnya berdarah dan di sana jelas terlihat bekas gigitan.
Waktu seakan berhenti bagi Clay. Dunia terasa berputar. “Britney…” suaranya parau, nyaris tak terdengar.
Clay segera mengambil kotak medis yang dibawanya dari rumah sakit. Tangannya gemetar saat menuangkan alkohol ke luka itu. Britney meringis, menahan sakit yang luar biasa.
Clay menekan luka itu dengan kain kasa, mencoba menghentikan darah. “Kau akan baik-baik saja. Kau akan baik-baik saja,” ucapnya berulang-ulang, seolah sedang meyakinkan dirinya sendiri lebih dari siapa pun.
Britney hanya menatapnya dalam diam. Matanya mulai berkaca-kaca. Di luar, angin kembali berhembus kencang, membawa aroma kematian yang kini terasa lebih nyata dari sebelumnya.
semoga ada seoasen ke 2 nya 🥳
🎉🥰💖🤩🎊
Apa yg akan terjadi dengan Joy, mungkinkah berubah jadi zombie...🤔
Akan tetapi seharusnya Joy juga kebal seperti Britney.