Dihina dan direndahkan oleh keluarga kekasihnya sendiri, Candra Wijaya benar-benar putus asa. Kekasihnya itu bahkan berselingkuh di depan matanya dan hanya memanfaatkannya saja selama ini.
Siapa sangka, orang yang direndahkan sedemikian rupa itu ternyata adalah pewaris tunggal dari salah satu orang terkaya di negara Indonesia. Sempat diasingkan ke tempat terpencil, Candra akhirnya kembali ke tempat di mana seharusnya ia berada.
Fakta mengejutkan pun akhirnya terkuak, masa lalu kedua orang tuanya dan mengapa dirinya harus diasingkan membuat Candra Wijaya terpukul. Kembalinya sang pewaris ternyata bukan akhir dari segalanya. Ia harus mencari keberadaan ibu kandungnya dan melindungi wanita yang ia cintai dari manusia serakah yang ingin menguasai warisan yang ditinggalkan oleh orang tuanya.
Harta, Tahta dan Wanita "Kembalinya sang Pewaris. "
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Reni t, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 6
"Ada apa, Er? Kenapa kamu bengong kayak gitu?" tanya Candra, berdiri tidak jauh dari tempat resepsionis.
Erlin menggaruk kepalanya sendiri yang sebenarnya tidak terasa gatal. "Anu, Can, eu ... cuma ada satu kamar kosong di hotel ini. Gimana dong?"
"Ya udah gak apa-apa, saya bisa ko menginap di sini sendirian. Katanya kamu udah punya kamar di hotel lain, 'kan?"
"Masalahnya, Nyonya Rosalinda memintaku untuk mengawal kamu selama 24 jam sampai hasil test DNA itu keluar."
"Kenapa harus dikawal segala? Saya bukan anak kecil lho. Lagian, saya juga gak bakalan kabur ke mana-mana."
Erlin hanya mengangkat kedua bahunya dengan wajah datar. Ia hanya menjalankan tugas dari atasan. Dirinya pun tidak tahu apa alasan dan mengapa Candra tidak boleh lepas dari pandangan matanya. Perintah itu pun baru ia terima ketika di perjalanan menuju hotel. Sebenarnya, ia pun merasa ada yang ganjil dengan perintah Nyonya Rosalinda. Mengapa Candra harus dikawal?
"Ya udah, gak apa-apa satu kamar juga. Nanti biar saya tidur di sofa," ujar Candra dengan senyum kecil. "Kamu tenang aja, saya gak akan macam-macam sama kamu, Er."
Erlin terdiam sejenak seraya menggerakkan matanya ke kiri dan ke kanan sebelum akhirnya menganggukkan kapal. "Baiklah, kamu tunggu sebentar. Aku pesan kamarnya dulu, ya."
Kali ini Candra yang menganggukkan kepala. Meski merasa canggung harus menginap di kamar hotel dengan wanita yang baru ia kenal siang ini, tapi dirinya tidak memiliki pilihan lain. Ada sesuatu yang ingin ia capai. Ada sesuatu yang ingin ia tunjukkan kepada mereka orang-orang yang telah menghinanya sedemikian rupa. Satu harapannya saat ini, semoga hasil test DNA-nya positif dan ia bisa membalas mereka yang telah merendahkannya.
"Saya gak pernah seambisi ini, Tuhan. Semoga hasil test DNA-nya positif dan saya benar-benar pewaris yang hilang itu," batinnya penuh harap.
***
Erlin membuka pintu kamar hotel lalu melangkah masuk ke dalamnya dengan perasaan canggung dan gugup. Meskipun Candra mengatakan tidak akan berbuat macam-macam, tapi hatinya tetap dihinggapi rasa cemas yang berlebihan. Laki-laki tetaplah laki-laki, bak kucing disuguhkan ikan segar, kucing tersebut bisa saja menerkam ketika pemilik ikan lengah.
"Hmm ... ini pertama kalinya saya menginap di hotel kayak gini," gumam Candra, melangkah memasuki kamar seraya menatap sekeliling. Aroma khas seketika menguar tercium hidung.
"Be-benarkah? Sebelumnya kamu gak pernah menginap di hotel, sekalipun?" tanya Erlin, mencoba untuk bersikap biasa saja.
"Sayang duitnya, Er. Dari pada dipake buat nginep di hotel, mendingan uangnya saya pake buat beli beras."
Erlin tersenyum lebar. "Kamu udah kayak Ibu rumah tangga aja sih?" decaknya.
"Eu ... saya mandi dulu, ya. Biar saya yang tidur di sofa, kamu tidur di ranjang."
Erlin menganggukkan kepala, lalu duduk di tepi ranjang dengan sprei berwarna putih bersih lengkap dengan dua bantal dan dua guling dengan warna yang sama. Jika ini pertama kalinya Candra menginap di hotel, maka ini adalah kali pertama baginya menginap bersama seorang laki-laki.
Bayangkan bagaimana perasaan Erlin saat ini. Gelisah, takut dan gugup. Bagaimana jika Candra tidak sebaik yang ia bayangkan mengingat pertemuan mereka yang terbilang sangat singkat? Terkadang, penampilan tidak mencerminkan jati diri seseorang. Laki-laki yang tutur katanya lembut dan penampilan biasa saja, bisa lebih buas dari pria berpenampilan urakan.
"Mudah-mudahan gak ada setan lewat. Ya Tuhan, lindungilah hamba-Mu yang lemah ini," batinnya seraya menatap punggung Candra yang sedang melangkah menuju kamar mandi lalu masuk ke dalamnya.
Ia pun berbaring di ranjang seraya menutup hampir seluruh tubuhnya menggunakan selimut tebal.
***
15 menit kemudian, pintu kamar mandi pun kembali dibuka. Candra yang sudah berganti pakaian, lengkap dengan rambutnya yang basah nampak berjalan keluar dari dalam kamar mandi. Erlin yang sudah memejamkan mata seketika menarik pelupuknya pelan, mengedipkan-nya secara perlahan, menatap wajah Candra yang terlihat tampan dan lebih segar dengan kaos oblong berwarna hitam yang dipadu padankan dengan celana panjang berbahan katun dengan warna senada.
"Ya Tuhan, si Candra cakep banget pake baju biasa kayak gini. Aura pewarisnya silau banget," batin Erlin, tanpa sadar mulutnya pun turut terbuka lebar.
"Jangan liatin saya kayak gitu, Er. Saya jadi GR lho," ucap Candra seraya memainkan rambut basahnya.
Erlin seketika memalingkan wajah ke arah samping seraya duduk tegak. "Nggak ko biasa aja. Eu ... kamu yakin mau tidur di sofa? Aku gak enak lho."
"Gak apa-apa, santai aja. Jangankan di sofa, tidur di lantai pun saya pernah," jawab Candra, melangkah ke arah sofa lalu berbaring di sana, tatapan matanya nampak kosong menatap langit-langit kamar. "Dalam mimpi sekalipun, saya gak pernah membayangkan kalau saya adalah seorang pewaris."
"Kamu beneran gak inget orang tua kamu, Can?"
Candra menggelengkan kepala lalu merubah posisi tubuhnya, meringkuk menghadap Erlin. "Apa Nyonya Rosalinda itu Ibu kandung saya, Er?"
"Untuk masalah itu, aku juga gak tau, Candra. Nyonya gak pernah cerita urusan pribadinya sama aku," jawab Erlin, melakukan hal yang sama seperti Candra, menatap wajah satu sama lain. "Yang aku tau, selama ini Nyonya Rosalinda mencari anak bernama Candra Wijaya. Udah itu aja."
Candra menarik napas dalam-dalam. "Hmm ... saya pasti bangga banget kalau punya Ibu kandung seperti Nyonya Rosalinda. Cantik dan berkelas. BTW, kapan saya bisa ketemu lagi sama beliau?"
"Setelah hasil test DNA itu keluar, aku akan membawa kamu ke tempat Nyonya."
Candra mengangguk-anggukkan kepala. "Hmm ... baiklah."
"Kalau Nyonya Rosalinda memang Ibu kandung saya, mengapa saya gak merasakan getaran apapun saat pertama kali ketemu sama dia. Setidaknya, pasti ada ikatan batin antara Ibu dan anak. Apa mungkin karena saya gak mengingat apapun tentang Ibu kandung saya itu?" batin Candra, kembali merubah posisi tubuhnya. Berbaring terlentang seraya menatap langit-langit kamar.
"Sebaiknya kita tidur sekarang. Saya gak sabar pengen cepet-cepet besok," ucapnya, seraya memejamkan kedua mata, rasa kantuk mulai datang mendera.
"Can, boleh aku tanya sesuatu sama kamu?" tanya Erlin, membuat Candra sontak membuka kedua mata lalu menoleh dan kembali menatap wajah Erlin.
"Kamu mau tanya apa, Er?" tanyanya dengan santai.
"Eu ... kalau hasil test DNA-nya positif, hal apa yang akan kamu lakukan pertama kali, Candra? A-apa kamu akan balikan lagi sama mantan pacar kamu?"
Candra terdiam sejenak, kembali menatap langit-langit kamar dengan wajah datar. Sejujurnya, dirinya tidak pernah membayangkan hal seperti ini benar-benar akan terjadi. Rasanya masih seperti mimpi.
"Hal pertama yang akan saya lakukan adalah, balas dendam kepada mereka yang telah menghina saya, Er. Saya manusia yang punya hati dan perasaan, harga diri saya diinjak-injak dan saya direndahkan. Akan saya buat si Viona menangis darah, bersujud di bawah kaki saya dan meminta maaf sama saya."
Bersambung ....
lh
sekarang ohhh ada yang sengaja niat
jahat menculik Candra jadi tukang sapu jadi viral bertemu orang tua nya yang
tajir melintir setelah hilang 29 th lalu
👍👍
jangan mendekati viona itu wanita
ga benar tapi kejam uang melayang
empat jt ga taunya menipumu Chan..😭